Selesai memasak mi, Pamela menyajikannya ke hadapan pria itu.Pria itu sedang duduk di meja makan sambil melihat layar ponselnya. Begitu melihat mi tomat dengan asap yang masih mengepul sudah disajikan di hadapannya, dia langsung meletakkan ponselnya, lalu mendongak dan berkata, "Kamu sudah selesai masak secepat ini?"Pamela melepaskan celemeknya, lalu menarik sebuah kursi di samping pria itu dan duduk. "Paman, kalau tadi kamu nggak mengganggu, bisa lebih cepat lagi! Sudah, sudah, cepat dimakan dulu mi-nya!"Agam menyunggingkan seulas senyum, mengambil garpu dan mengaduk-aduk mi, lalu memakan sesuap mi dengan santai, "Keterampilan memasakmu cukup bagus, tapi kelak kamu nggak perlu memasak sendiri lagi untukku, serahkan saja hal seperti ini pada pelayan."Pamela mengangkat alisnya dan berkata, "Kenapa? Apa kamu merasa masakanku kurang enak?"Agam mencubit pipi gadis-nya dan berkata, "Dasar gadis nakal, jelas-jelas aku berbaik hati takut kamu kelelahan!"Wajah Pamela sudah hampir tak ber
Pamela yang sudah tidak bisa berpikir secara logika itu pun melingkarkan lengannya ke leher Agam dan berinisiatif untuk mencium pria itu ....Karena pergerakan Pamela, mantel handuk yang melilit tubuh pria itu menjadi agak renggang dan memperlihat otot-otot dada sempurnanya. Melihat pemandangan itu, jantung Pamela pun berdebar dengan kencang ....Tentu saja Agam sangat senang gadis-nya bisa berinisiatif menciumnya, seulas senyum tersungging di wajahnya. Dia langsung membalas ciuman gadis-nya, seolah-olah ingin melahap bibir gadis-nya, bahkan seluruh tubuh gadis-nya!Tepat pada saat momen kemesraan mereka mencapai puncaknya, Pamela mencubit lengan Agam, lalu menatap pria itu dengan tatapan bergairah dan berkata, "Jangan lakukan di sini, aku mau kembali ke kamar ...."Pria itu menjawab "hmm" dengan suara serak basahnya, lalu menggendong gadis-nya. Sambil melahap bibir manis gadis-nya, dia membawa gadis-nya ke lantai atas ....Kemudian, dia menendang pintu kamarnya, meletakkan gadis-nya d
"Nah, aku sudah selesai mengerjakannya! Sekarang sudah saatnya kamu menepati janjimu! Belikan aku sepuluh buah tas Hermes!"Pamela menerima buku latihan soal yang disodorkan padanya dan meliriknya sejenak, semua jawaban soal-soal itu memang benar. "Bagaimana kamu bisa membuktikan padaku kamu mengerjakan soal-soal ini sendiri?"Olivia mengerutkan keningnya dan berkata dengan tidak senang, "Memangnya perlu bukti apa lagi? Tulisan di buku latihan soal ini adalah tulisanku, kamu bisa membandingkannya sendiri dengan tulisan di buku-buku milikku yang lain!"Pamela terkekeh dan berkata, "Aku bukan menanyakan padamu apakah tulisan-tulisan ini adalah tulisanmu atau bukan, melainkan apakah semua soal-soal ini kamu jawab sendiri atau bukan. Apa kamu melakukan kecurangan?"Olivia mengedipkan matanya dengan rasa bersalah. "Siapa ... siapa yang melakukan kecurangan?! Kemarin aku berada di dalam kamarku dan mengerjakan buku latihan soal ini sendirian. Biarpun aku ingin melakukan kecurangan, memangnya
Pamela menatap Dimas dan berkata dengan santai, "Jangan khawatir, dia nggak akan bisa membuat keributan apa pun di sini. Pak Dimas, tolong panggil pelayan untuk mengantarkan sarapan ke kamarku. Aku harus mengawasi nona kalian mengerjakan tugas!"Dimas menganggukkan kepalanya, "Baik, Nyonya. Aku akan segera meminta pelayan mengantarkan sarapan untuk Nyonya. Hmm .... Nyonya, kalau Nona Olivia nggak patuh dan mempersulit Nyonya, Nyonya panggil aku saja."Pamela membuat isyarat tangan oke, lalu meminta Dimas untuk pergi dan menutup pintu kamarnya.Setelah Pamela selesai memakan sarapannya pun, Olivia baru mengerjakan beberapa halaman soal.Pamela juga tidak mendesak adik iparnya, melainkan menunggu dengan tenang sambil memainkan ponselnya.Waktu berlalu dengan cepat. Tepat pada siang hari, Olivia sudah mengerjakan halaman terakhir dari buku latihan soal itu, lalu menyerahkannya kepada Pamela untuk diperiksa!"Aku sudah selesai mengerjakannya! Aku mau lihat apa lagi yang bisa kamu katakan k
Dia bahkan tidak makan siang hanya demi mengerjakan ulang soal-soal dalam buku latihan soal itu!Setelah bersusah payah mengerjakan soal-soal itu, dia melemparkan buku latihan soal itu kepada Pamela dan berkata, "Nah, sudah selesai!"Setelah meliriknya sekilas, Pamela terkekeh dan berkata, "Lumayan, kali ini ada kemajuan, sudah ada sepuluh soal yang kamu jawab benar!"Sebenarnya, Olivia juga merasa agak malu. Setelah mendengarkan pembelajaran selama satu jam penuh, dia baru mengerjakan sepuluh soal dengan benar. Sungguh memalukan!"Aku sudah lapar! Aku mau pergi makan!"Merasa malu di hadapan Pamela yang paling dipandang rendah olehnya, Olivia memilih untuk menghindar. Dia langsung berdiri dan pergi."Tunggu," kata Pamela untuk menghentikannya dengan lembut.Olivia menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh dan memelototi Pamela dengan kesal. "Kamu nggak mengizinkanku makan? Apa kamu mau aku mati kelaparan?"Pamela meletakkan buku latihan soal itu, lalu bangkit dan mengenakan mantelnya
Tiba-tiba, Olivia merasa sedikit penasaran dan bertanya, "Eh, Pamela, kamu bisa menggunakan kartu kakakku sesuka hatimu, kenapa kamu nggak membeli sedikit lebih banyak barang untuk dirimu sendiri?"Pamela berkata, "Aku nggak kekurangan apa pun, nggak ada yang perlu kubeli lagi."Olivia mengerutkan keningnya dan mengenakan pakaian sederhana yang dikenakan oleh Pamela dengan sorot mata jijik ....Pamela memang sangat cantik. Hanya dengan mengenakan pakaian sederhana seperti ini saja, dia tetap terlihat menawan. Namun, pakaian yang dikenakannya bukanlah pakaian bermerek, tidak bisa menunjukkan identitasnya sekarang."Siapa bilang nggak ada yang perlu kamu beli lagi? Kulihat seharusnya semua pakaianmu dibuang saja dan beli yang baru! Pamela, sekarang identitasmu adalah Nyonya Keluarga Dirgantara, kamu harus menaikkan standarmu dalam berpakaian, agar nggak memalukan kakakku saat bersamanya!"Pamela menoleh menghadap Olivia dan menatap adik iparnya itu dengan tatapan agak terkejut.Olivia me
Andra mendekatkan wajahnya ke arah Pamela dan berkata, "Bantu aku memikirkan cara untuk menyingkirkan wanita itu tanpa menyinggung keluarganya."Pamela mengerutkan keningnya, kilatan jijik melintas di matanya. "Kalau kamu merasa nggak cocok dengannya, kamu bisa langsung berterus terang dengannya. Kalian nggak perlu mempersulit satu sama lain! Untuk apa kamu berpura-pura baik seperti ini, bahkan sampai membawanya datang ke sini untuk membeli tas. Tindakanmu ini hanya bisa membuatnya salah paham dan berpikir kamu masih ingin melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius dengannya!"Andra mengangkat bahunya dan berkata, "Nggak ada gunanya berterus terang dengannya, dia tetap beranggapan perasaan bisa dipupuk dengan perlahan-lahan. Sekarang, kami sudah selesai makan bersama dan menonton bioskop bersama, aku benar-benar nggak tahu harus membawanya ke mana dan melakukan apa lagi. Aku bermaksud untuk mengantarnya pulang, tapi dia enggan pulang, malah menarikku untuk menemaninya berbel
"Dia adalah ...." Andra membuka mulutnya, seakan-akan sudah bersiap untuk mengatakan identitas Pamela sebagai Nyonya Keluarga Dirgantara.Tepat pada saat ini, Pamela membuka mulutnya untuk menyela pria itu. Dia sendiri yang menjawab pertanyaan Denada, "Ah, kami berdua adalah teman satu penyakit."Denada tertegun sejenak, lalu berkata, "Teman satu penyakit?"Andra tidak menyangka Pamela akan memberikan jawaban seperti itu. Pria itu mengerutkan keningnya, sudut bibirnya terangkat ke atas, seolah-olah sedang menanti apa yang akan dikatakan oleh Pamela selanjutnya ....Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, kami adalah teman satu penyakit. Sebelumnya, kami saling mengenal di sebuah obrolan teman-teman satu penyakit. Baru saja kami sedang membicarakan tentang penyakitnya!"Denada menatap Andra yang duduk di sampingnya dengan tatapan terkejut dan berkata, "Penyakit apa? Andra, apa kamu sakit? Kenapa kamu nggak memberitahuku?"Pamela berpura-pura memasang ekspresi seolah-olah baru