Melihat pemandangan itu, Andra benar-benar tidak bisa menahan tawanya. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Pamela.Pamela sedang duduk dengan santai dan tenang sambil menyesap kopinya.Andra mengangkat alisnya dan berkata, "Pamela, karena idemu ini, sepertinya kelak aku nggak akan bisa menemukan pendamping hidup lagi. Siapa yang ingin hidup bersama seorang pria berpenyakit menular yang nggak bisa disembuhkan lagi?"Pamela menjawab dengan santai, "Bukankah tadi kamu hanya meminta bantuanku untuk menyingkirkan wanita yang dijodohkan padamu itu? Aku hanya membantumu untuk menyelesaikan masalah itu, aku nggak peduli dengan masalah lainnya."Andra mengusap-usap dagunya, lalu tersenyum pada Pamela dan berkata, "Nggak bisa. Kalau karena hal ini, aku nggak bisa menemukan pendamping hidup lagi. Kamu harus bertanggung jawab pada masalah pernikahanku!"Pamela melirik pria itu dengan malas dan berkata, "Bagaimana aku bisa bertanggung jawab padamu? Aku sudah menikah!"Andra tersenyum dan
Pamela mengeluarkan selembar kartu berwarna emas dari sakunya dan menyodorkannya kepada Olivia, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Nah, kamu gesek saja, nggak ada kata sandinya."Olivia menghampiri Pamela dan merampas kartu itu. Setelah memelototi Pamela dengan kesal, dia baru pergi menggesek kartu.Melihat Olivia sudah pergi, Andra mengangkat alisnya dan berkata dengan penuh minat, "Kartu itu bukan milik Agam, 'kan?"Mendengar ucapan pria itu, Pamela bertanya dengan penasaran, "Bagaimana kamu bisa tahu?"Andra tersenyum dan berkata, "Karena Agam hanya punya kartu hitam, nggak punya kartu emas."Kartu hitam dari bank diedarkan khusus untuk pelanggan level paling tinggi. Hanya memiliki uang saja belum cukup untuk memiliki kartu seperti itu.Berbeda dengan kartu hitam, selama tabungan pelanggan sudah mencapai nominal tertentu, maka mereka bisa memiliki kartu emas.Andra duduk sedikit lebih tegak dan berkata, "Kamu mengeluarkan uang sendiri membelikan tas untuk adik iparmu? Tas di sini s
Tidak ingin Andra dan Pamela mengobrol lagi, Olivia langsung menarik Pamela keluar dari toko. Begitu keluar toko, dia langsung melepaskan tangan Pamela dan bergumam dengan tidak senang, "Huh! Dasar wanita jalang!"Pamela tidak menanggapi ucapan Olivia, dia hanya mengamati sekeliling, lalu bertanya, "Kita makan apa?"Melihat Pamela tidak menanggapinya, Olivia makin kesal."Tadi aku sudah lihat, foto di layar ponsel Andra adalah fotomu! Pamela, apa nggak cukup bagimu menggoda kakakku seorang? Kenapa kamu juga menggantung Andra?!"Tadi, Pamela tidak terlalu memperhatikan layar ponsel Andra, bahkan setelah mendengar ucapan Olivia, dia agak terkejut. 'Eh? Bagaimana di ponsel Andra ada fotoku?'Setelah dia pikir-pikir lagi, dia baru ingat saat berada di Manor Sinar Rembulan, Andra membantu mengambil foto Adsila. Sepertinya, saat itulah pria itu mengambil fotonya.'Pria itu benar-benar nggak tahu batasan!'Sambil berjalan ke restoran hotpot, Pamela menanggapi Olivia dengan acuh tak acuh. "Kal
Ekspresi terkejut tampak jelas di wajah pemuda itu. Dia mengaruk-garuk kepalanya dengan malu dan berkata, "Kak Pamela, ternyata benar kamu! Baru saja saat aku lewat di luar, aku melihat sepertinya ada seseorang yang mirip denganmu dari luar kaca restoran ini, jadi aku memutuskan untuk masuk ke dalam dan melihat langsung! Sejak kamu lulus, aku nggak pernah bertemu denganmu lagi ...."Akhirnya, Pamela sudah mengenal siapa pemuda di hadapannya ini. Pemuda ini tidak lain adalah Ricky, adik seperguruannya saat kuliah.Pamela menganggukkan kepalanya dengan sopan dan berkata, "Hmm, lama nggak bertemu denganmu. Apa kamu keluar berbelanja?"Ricky menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bukan! Belakangan ini, aku bekerja menjadi guru les privat dan sedang membagikan brosur di sekolah sekitar sini! Tadi, aku merasa sangat lapar. Jadi, aku datang ke sini untuk melihat apakah ada makanan cepat saji. Aku bersiap untuk makan sedikit makanan, lalu melanjutkan tugasku membagikan brosur lagi."Pamela ters
Ricky adalah seorang pemuda yang pemalu. Namun, bagaimanapun juga, dia adalah rumput kampus sekaligus ketua organisasi mahasiswa yang IQ dan EQ-nya tinggi. Di kampus, dia juga sudah sering menghadiri acara besar maupun kecil. Jadi, setelah duduk sebentar, dia menjadi lebih terbuka dan mulai membicarakan tentang hal-hal terkini di kampus mereka dengan Pamela. Dia bukan membicarakan gosip, melainkan hal-hal yang positif dan menyenangkan.Sebenarnya, Pamela tidak terlalu mengenal murid-murid yang tingkatannya lebih rendah dibandingkan dirinya. Dia tidak mengenal sebagian besar dari orang-orang yang disebut oleh Ricky. Namun, dia mendapati cerita adik seperguruannya itu cukup menarik. Dari waktu ke waktu, dia pun meminta pemuda itu untuk melanjutkan ceritanya.Hingga saat seorang pria menarik kursi dan duduk di sampingnya, aura dingin yang kuat yang terpancar dari tubuh pria itu menyela cerita menarik Ricky yang belum selesai ....Ricky mengalihkan sorot mata kebingungan ke arah pria yang
"Paman, kenapa kamu begitu cepat pulang kerja?" tanya Pamela dengan santai, sama sekali tidak sungkan seperti saat berbicara pada orang luar."Selesai rapat nggak ada urusan lain lagi, jadi aku datang menjemputmu." Pria itu mengulurkan lengannya untuk merapikan rambut gadis-nya, lalu berkata dengan nada menyalahkan, "Diam-diam, kamu makan sepedas ini lagi, ya. Kenapa kamu sangat nggak patuh?"Pamela memasang ekspresi cemberut dan berkata, "Aku ingin makan!"Melihat pemandangan itu, impian indah Ricky langsung hancur berkeping-keping!Dia sama sekali tidak menyangka kakak seperguruan yang diidam-idamkannya ini suda menikah secepat ini ....Sebelumnya, dia mengira selama dia berusaha lebih keras lagi dan menjadi seorang pria yang lebih baik lagi. Setelah lulus nanti, dia bisa menemui wanita pujaan hatinya dan mengungkapkan perasaannya.Namun, pada akhirnya, sudah ada pria lain yang mendahuluinya!Ricky duduk kembali, lalu tertawa dengan canggung dan berkata, "Kak Pamela, kapan kamu menik
Pamela mengalihkan pandangannya pada pria di sampingnya itu dan berkata, "Eh, dia adalah pria yang disukai oleh adikmu, aku hanya sedang menciptakan kesempatan untuk mendekatkan mereka berdua, apa kamu nggak menyadarinya?"Agam menyipitkan matanya dan berkata, "Bukankah dulu pria seperti itu adalah tipemu?"Pamela menatap pria itu dengan sedikit kebingungan dan berkata, "Dulu pria seperti itu adalah tipeku? Paman, bagaimana kamu bisa tahu tipe pria-ku seperti apa dulu?"Pria itu berkata dengan suara dalam, "Kamu sendiri yang mengatakannya, kamu mengatakan kamu menyukai pria yang penurut dan memanggilmu Kakak. Apa kamu sudah lupa?"Seolah-olah menyadari sesuatu hal, Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Oh, tentu saja aku nggak lupa. Sekarang aku juga masih suka tipe pria seperti itu!"Awalnya, sang pria mengira gadis-nya akan memberinya sedikit penjelasan atau mengucapkan kata-kata yang menyenangkan hatinya untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, pada akhirnya gadis-nya malah la
Menyadari ekspresi tidak nyaman Olivia, Ricky sedikit membungkukkan badannya dan mengucapkan beberapa patah kata dengan lembut untuk menghiburnya. Kemudian, dia hendak mengambil brosur yang ada dalam genggaman Olivia karena tidak tega melihat wanita itu membagi brosur lagi.Namun, Olivia tetap bersikeras ingin membantu pria pujaan hatinya itu. Dia tidak menyerahkan brosur dalam genggamannya kepada Ricky, melainkan melangkah maju satu langkah dan berinisiatif untuk merekomendasikan sosok kakak seperguruan terbaik baginya kepada para orang tua murid yang mengesalkan itu, lalu menyodorkan brosur kepada mereka dengan sopan.Melihat pemandangan itu, Pamela mengangkat alisnya dan berkata, "Bagaimana, Paman? Adik ipar yang kupilihkan untukmu cukup memuaskan, bukan?"Melihat adiknya yang biasanya selalu arogan itu bersedia merendahkan diri untuk menemani seorang pemuda miskin membagikan brosur, Agam merasa agak terkejut. Namun, karena pemuda itu pernah menginginkan gadis-nya, dia tidak terlalu