Ekspresi terkejut tampak jelas di wajah pemuda itu. Dia mengaruk-garuk kepalanya dengan malu dan berkata, "Kak Pamela, ternyata benar kamu! Baru saja saat aku lewat di luar, aku melihat sepertinya ada seseorang yang mirip denganmu dari luar kaca restoran ini, jadi aku memutuskan untuk masuk ke dalam dan melihat langsung! Sejak kamu lulus, aku nggak pernah bertemu denganmu lagi ...."Akhirnya, Pamela sudah mengenal siapa pemuda di hadapannya ini. Pemuda ini tidak lain adalah Ricky, adik seperguruannya saat kuliah.Pamela menganggukkan kepalanya dengan sopan dan berkata, "Hmm, lama nggak bertemu denganmu. Apa kamu keluar berbelanja?"Ricky menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bukan! Belakangan ini, aku bekerja menjadi guru les privat dan sedang membagikan brosur di sekolah sekitar sini! Tadi, aku merasa sangat lapar. Jadi, aku datang ke sini untuk melihat apakah ada makanan cepat saji. Aku bersiap untuk makan sedikit makanan, lalu melanjutkan tugasku membagikan brosur lagi."Pamela ters
Ricky adalah seorang pemuda yang pemalu. Namun, bagaimanapun juga, dia adalah rumput kampus sekaligus ketua organisasi mahasiswa yang IQ dan EQ-nya tinggi. Di kampus, dia juga sudah sering menghadiri acara besar maupun kecil. Jadi, setelah duduk sebentar, dia menjadi lebih terbuka dan mulai membicarakan tentang hal-hal terkini di kampus mereka dengan Pamela. Dia bukan membicarakan gosip, melainkan hal-hal yang positif dan menyenangkan.Sebenarnya, Pamela tidak terlalu mengenal murid-murid yang tingkatannya lebih rendah dibandingkan dirinya. Dia tidak mengenal sebagian besar dari orang-orang yang disebut oleh Ricky. Namun, dia mendapati cerita adik seperguruannya itu cukup menarik. Dari waktu ke waktu, dia pun meminta pemuda itu untuk melanjutkan ceritanya.Hingga saat seorang pria menarik kursi dan duduk di sampingnya, aura dingin yang kuat yang terpancar dari tubuh pria itu menyela cerita menarik Ricky yang belum selesai ....Ricky mengalihkan sorot mata kebingungan ke arah pria yang
"Paman, kenapa kamu begitu cepat pulang kerja?" tanya Pamela dengan santai, sama sekali tidak sungkan seperti saat berbicara pada orang luar."Selesai rapat nggak ada urusan lain lagi, jadi aku datang menjemputmu." Pria itu mengulurkan lengannya untuk merapikan rambut gadis-nya, lalu berkata dengan nada menyalahkan, "Diam-diam, kamu makan sepedas ini lagi, ya. Kenapa kamu sangat nggak patuh?"Pamela memasang ekspresi cemberut dan berkata, "Aku ingin makan!"Melihat pemandangan itu, impian indah Ricky langsung hancur berkeping-keping!Dia sama sekali tidak menyangka kakak seperguruan yang diidam-idamkannya ini suda menikah secepat ini ....Sebelumnya, dia mengira selama dia berusaha lebih keras lagi dan menjadi seorang pria yang lebih baik lagi. Setelah lulus nanti, dia bisa menemui wanita pujaan hatinya dan mengungkapkan perasaannya.Namun, pada akhirnya, sudah ada pria lain yang mendahuluinya!Ricky duduk kembali, lalu tertawa dengan canggung dan berkata, "Kak Pamela, kapan kamu menik
Pamela mengalihkan pandangannya pada pria di sampingnya itu dan berkata, "Eh, dia adalah pria yang disukai oleh adikmu, aku hanya sedang menciptakan kesempatan untuk mendekatkan mereka berdua, apa kamu nggak menyadarinya?"Agam menyipitkan matanya dan berkata, "Bukankah dulu pria seperti itu adalah tipemu?"Pamela menatap pria itu dengan sedikit kebingungan dan berkata, "Dulu pria seperti itu adalah tipeku? Paman, bagaimana kamu bisa tahu tipe pria-ku seperti apa dulu?"Pria itu berkata dengan suara dalam, "Kamu sendiri yang mengatakannya, kamu mengatakan kamu menyukai pria yang penurut dan memanggilmu Kakak. Apa kamu sudah lupa?"Seolah-olah menyadari sesuatu hal, Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Oh, tentu saja aku nggak lupa. Sekarang aku juga masih suka tipe pria seperti itu!"Awalnya, sang pria mengira gadis-nya akan memberinya sedikit penjelasan atau mengucapkan kata-kata yang menyenangkan hatinya untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, pada akhirnya gadis-nya malah la
Menyadari ekspresi tidak nyaman Olivia, Ricky sedikit membungkukkan badannya dan mengucapkan beberapa patah kata dengan lembut untuk menghiburnya. Kemudian, dia hendak mengambil brosur yang ada dalam genggaman Olivia karena tidak tega melihat wanita itu membagi brosur lagi.Namun, Olivia tetap bersikeras ingin membantu pria pujaan hatinya itu. Dia tidak menyerahkan brosur dalam genggamannya kepada Ricky, melainkan melangkah maju satu langkah dan berinisiatif untuk merekomendasikan sosok kakak seperguruan terbaik baginya kepada para orang tua murid yang mengesalkan itu, lalu menyodorkan brosur kepada mereka dengan sopan.Melihat pemandangan itu, Pamela mengangkat alisnya dan berkata, "Bagaimana, Paman? Adik ipar yang kupilihkan untukmu cukup memuaskan, bukan?"Melihat adiknya yang biasanya selalu arogan itu bersedia merendahkan diri untuk menemani seorang pemuda miskin membagikan brosur, Agam merasa agak terkejut. Namun, karena pemuda itu pernah menginginkan gadis-nya, dia tidak terlalu
Sebelumnya, dia merasa pria itu hanya menghindar, tetapi belum tentu tidak ingin mendaftarkan pernikahan dengannya.Kali ini, dia sudah bisa memastikan bahwa pria itu sama sekali tidak ingin mendaftarkan pernikahan dengannya.Saat itu, acara pernikahan yang diselenggarakan oleh Agam sangat sederhana, hanya mengundang anggota inti keluarga dan kerabat dekat untuk makan bersama. Intinya, hanya untuk menjalankan sebuah proses pernikahan saja. Sebenarnya, anggota Keluarga Dirgantara itu juga tahu bahwa Tuan Agam menyelenggarakan acara pernikahan hanya untuk menunjukkannya pada kakeknya, dia sama sekali tidak menganggap serius pernikahan ini.Kalau tidak, dengan kekayaan dan status Keluarga Dirgantara, bagaimana mungkin Agam menyelenggarakan acara pernikahan sesederhana itu.Karena itulah, kebanyakan orang luar tidak tahu bahwa sesungguhnya Tuan Keluarga Dirgantara ini sudah menikah.Agam seolah-olah tidak ingin orang lain tahu dia sudah menikah ....Setelah berpikir demikian, Pamela mengan
Setelah mendapatkan wanita yang dikejar-kejar dengan segenap jiwa dan raga, maka wanita itu tidak dihargai lagi!Pamela tidak menganggap dirinya sendiri sangat spesial dan sangat beruntung bisa bertemu dengan seorang pria yang setia pada dirinya selamanya.Dia hanya merasa Agam berbeda dari pria yang lain. Pria itu bisa memberinya ketenangan dan kenyamanan. Mungkin cinta pria itu padanya bisa bertahan sedikit lebih lama. Adapun mengenai seberapa lama hubungan mereka bisa bertahan, dia hanya bisa menyerahkannya pada waktu.Namun, pria ini memang berbeda dengan pria yang lain. Pria ini lebih cepat bosan pada wanita dibandingkan pria lain. Selain itu, pria dewasa seperti Agam sangat licik. Dari awal saja pria ini sudah membuat rencana untuk diri sendiri. Pada akhirnya, seorang gadis sepertinya tetap kalah dari pria dewasa yang licik seperti Agam!Hingga larut malam, Pamela tetap membelakangi Agam dan berpura-pura tidur. Tidak peduli bagaimana bujuk rayu pria itu, dia tetap tidak berbalik
Agam tertawa dan berkata, "Itu disebut penindasan?"Pamela memasang ekspresi muram dan berkata, "Tindakan yang hanya mementingkan kepuasan sendiri tanpa menanyakan apakah orang lain bersedia atau nggak disebut penindasan!"Melihat ekspresi menyedihkan gadis-nya setelah mengalami mimpi buruk, pria itu mengusap-usap pipi gadis-nya dengan lembut dan berkata dengan lembut, "Hmm, oke, oke. Baik di dalam mimpi maupun di kenyataan, aku akui aku bersalah. Sayang, jangan marah lagi, ya?"Mendengar pria itu memanggilnya sayang dengan suara serak basah itu, hati Pamela langsung bergetar.Dia menatap mata pria di hadapannya ini, jelas-jelas sorot mata lawan bicaranya ini sangat tulus, sama sekali tidak ada tanda-tanda kebohongan.Dia sangat ingin bertanya pada pria ini mengapa tidak ingin mendaftarkan pernikahan dengannya.Namun, setelah berpikir sejenak, dia merasa kalau mengajukan pertanyaan pada pria di atas ranjang, jawaban yang diperolehnya pasti bukan jawaban jujur.'Kalau aku mengajukan per