Agam melirik Kelly dengan sorot mata sedingin es, lalu mendengus dan berkata dengan nada menyindir, "Bagaimana kamu bisa membuktikan dia yang sudah menyelamatkanku?"Kelly mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa perlu dibuktikan lagi? Kalana punya barang kepercayaan yang Tuan Agam berikan saat itu! Apa mungkin barang kepercayaan itu palsu? Kalana, cepat, cepat keluarkan gelang yang Tuan Agam berikan padamu saat itu dan perlihatkan padanya!"Tadi, Kalana benar-benar sudah panik. Kalau bukan karena ibunya membantunya bicara, dia bahkan sudah melupakan tentang barang kepercayaan ini!Dia buru-buru mengeluarkan gelang yang selalu dia bawa ke mana saja dari saku pakaiannya, lalu menyerahkannya kepada Agam dan berkata dengan ekspresi kasihan, "Agam, kamu lihat, bukankah gelang ini adalah barang kepercayaan yang kamu tinggalkan untukku? Kamu boleh memeriksanya dan lihat sendiri apakah gelang ini asli atau palsu ...."Agam mengalihkan pandangannya ke arah gelang dalam genggaman Kalana, mengeru
"Paman, apa yang kukatakan benar, 'kan?"Pamela berbalik menghadap Agam dan mengangkat alisnya.Agam mengalihkan pandangannya ke bawah dan menatap gadis-nya dengan lekat. "Bagaimana kamu bisa mengetahui semua ini?"Pamela menyunggingkan seulas senyum, lalu mengangkat lengannya dan mencolek-colek dagu pria tampan yang jauh lebih tinggi darinya itu. "Karena ... orang yang menyelamatkanmu saat itu adalah aku!"Agam sangat terkejut, dia langsung menggenggam tangan gadis-nya yang sedang mencolek-colek dagunya dan berkata, "Kamu adalah orang yang telah menyelamatkanku?"Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya! Hari terakhir saat aku membawakan roti kukus untukmu lagi, aku mendapati kamu sudah nggak berada di sana. Kupikir kamu sudah digigit oleh serigala. Aku bahkan menguburkan beberapa buah roti kukus sebagai bentuk penghormatan terakhir untukmu!"Agam tidak bisa berkata-kata.Kerutan di keningnya terlihat agak rileks, kilatan tidak percaya melintas di matanya.'Ternyata dia orangny
Pamela beranjak dari dalam pelukan Agam dengan perlahan. Setelah berdiri dengan tegak, dia menghadap Kalana, lalu memeluk lengannya dengan santai dan berkata, "Aku nggak punya bukti konkret. Tapi, dalam benakku dan Pak Agam-ku ada ingatan yang sama. Ini sudah bisa menjadi alasan yang kuat dia memercayaiku."Kalana yang masih enggan menyerah bertanya, "Kejadian itu sudah berlalu selama bertahun-tahun, wajar saja kalau ada salah ingat! Saat itu, orang yang menyelamatkan Agam jelas-jelas adalah aku!""Aku hanya nggak mengingat detail kejadian itu, sedangkan kamu hanya kebetulan menebak jawaban yang benar!""Sekarang aku sudah ingat. Saat itu, setiap hari aku hanya membawakan satu roti kukus untuk Agam karena aku takut kalau aku membawa terlalu banyak makanan keluar, keluargaku akan mendapati aku keluar secara diam-diam!""Lagi pula, Kak Pamela, setahu aku saat kamu masih kecil, kamu nggak tinggal di desa di mana Agam berada dan terluka. Bagaimana mungkin kamu yang masih kecil muncul di se
Karena berpura-pura kasihan tidak ada gunanya lagi, Kalana memelototi Pamela dan berkata, "Bukan, bukan begitu! Kamu ... kamu! Pamela, kamu sengaja mengarang cerita untuk menjebakku! Kamu! Semuanya adalah rencana licikmu! Kamu ingin mencelakaiku! Aku nggak akan membiarkanmu mencelakaiku begitu saja ...."Kalana yang tidak bisa membalikkan situasi lagi sudah tidak bisa menahan diri dan berpura-pura lagi. Dia langsung mengulurkan lengannya dan menerjang ke arah Pamela, seolah-olah ingin mencekik wanita yang selalu merusak rencananya itu sekarang juga ....Namun, sebelum dia berhasil menyentuh Pamela sedikit pun, pergelangan tangannya sudah ditahan oleh Agam dengan kuat. "Apa yang ingin kamu lakukan?"Kalana tidak berani menggila di hadapan Agam, dia berkata dengan air mata tampak membasahi wajahnya, "Agam, kamu jangan memercayai ucapan wanita ini! Jangan percaya padanya!""Pamela hanya putri dari keluarga miskin, dia ingin menikmati hidup orang kaya. Semua yang dilakukannya hanya untuk m
'Ibu ingin mencelakai Pamela dengan menambahkan sesuatu yang bisa membuat orang keguguran dalam jumlah besar dalam jus delima. Karena salah minum jus delima yang Ibu persiapkan untuk Pamela, aku baru berakhir berada di rumah sakit seperti ini!'Justin baru menyadari ternyata selama ini ibu kandungnya dan kakak kandungnya hanya sedang berpura-pura, mereka bukanlah orang yang baik hati dan pengertian seperti yang dia kenal!Melihat mental Justin yang masih rapuh itu hancur, Pamela menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya, lalu berkata pada pria itu, "Tuan Muda Justin, beristirahatlah dengan baik! Usahakan lebih cepat dewasa, ya!"Justin tersadar kembali dan mengalihkan pandangannya ke arah Pamela. Pemuda itu tampak mengerutkan keningnya tidak senang. Dia memang hendak mengucapkan sesuatu, tetapi dia merasa bersalah atas tindakan ibunya dan kakaknya. Pada akhirnya, dia mengatupkan bibirnya dengan rapat dan memilih untuk tutup mulut."Paman, ayo kita pergi."Pamela menggandeng tangan A
"Kak! Kakak ...."Kalana terduduk di lantai dan menangis tanpa henti. 'Gawat, gawat, semuanya sudah hancur ....'Semua jerih payahnya selama ini sudah dihancurkan oleh Pamela hari ini!Bahkan kakaknya sudah bersikap dingin padanya. Kelak, tidak ada pion lagi yang bisa dia gerakkan ....Melihat seorang nona besar yang disayangi dan dimanjakan oleh semua orang, sekarang malah dibenci oleh semua orang, bahkan ditampar dengan keras, Kelly benar-benar merasa kasihan pada putrinya dan panik melihat situasi putrinya saat ini.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Tuan Besar Yanuar yang dari awal hingga akhir hanya seperti penonton di sana dan menatap suaminya dengan tatapan tidak puas. "Marko, kenapa kamu diam saja?! Putri kita sudah dipukul oleh putramu itu. Apa sebagai seorang ayah, kamu sama sekali nggak peduli?"Marko duduk dengan tenang di sana. Walaupun sudah ada tanda-tanda penuaan di fitur wajah sempurnanya, tetapi dia terlihat jauh lebih dewasa dan tenang dibandingkan dirinya saat mas
Saking kesalnya, dia berteriak dengan keras untuk mengusir keluarganya keluar dari bangsalnya.Kelly dan Kalana sangat terkejut ....Sebaliknya, Marko tetap terlihat tenang. Dia bangkit dari kursi, mengambil mantel yang tersampir di kursinya, lalu berkata pada putranya, "Justin, istirahatlah dengan baik. Kalau ada perlu apa-apa, tekan bel saja, suster pasti akan segera ke sini."Selesai berbicara, dia berjalan ke arah luar sambil membawa mantelnya. Sebelum keluar dari bangsal, dia berkata pada Kelly, "Kalau kamu ingin putramu segera pulih kembali, jangan merangsangnya lagi di saat seperti ini."Begitu selesai berbicara, pria itu pun sudah berjalan keluar dari bangsal.Kelly mengerutkan keningnya. Mengingat putrinya sudah kehilangan kasih sayang dari anggota Keluarga Yanuar, ke depannya dia hanya bisa menaruh harapannya pada Justin, putranya.Karena itulah, dia tidak berani merangsang putranya lagi dan segera menarik putrinya keluar dari bangsal ....Saat Kelly dan putrinya keluar dari
"Pamela"Saat Pamela hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba dia mendengar seseorang memanggil namanya dengan lembut dari arah belakangnya.Sontak saja hal itu membuat pergerakannya terhenti. Begitu dia menoleh ke arah sumber suara, dia mendapati Jason sedang berjalan dengan cepat ke arahnya."Pamela, apa kamu bisa memberiku sedikit waktu? Ada hal yang ingin aku bicarakan berdua denganmu," kata Jason dengan lembut.Alis Pamela sedikit terangkat ke atas. Setelah berpikir sejenak, dia menoleh ke arah pria yang berada di sampingnya. "Paman, di depan sana ada sebuah tokok. Apa kamu bisa membantuku membeli sebotol yoghurt? Aku ingin minum yoghurt!"Bagaimana mungkin Agam tidak tahu gadis-nya maksud tersirat gadis-nya?Kalau dulu, dia tidak akan setuju gadis-nya mengobrol berduaan dengan pria lain. Namun, sekarang berbeda. Dia sudah tahu Jason adalah kakak kandung gadis-nya.Mereka berdua adalah kakak dan adik yang sudah lama terpisah. Karena gadis-nya bersedia untuk mengobrol dengan Jason, m
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen