"Pamela"Saat Pamela hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba dia mendengar seseorang memanggil namanya dengan lembut dari arah belakangnya.Sontak saja hal itu membuat pergerakannya terhenti. Begitu dia menoleh ke arah sumber suara, dia mendapati Jason sedang berjalan dengan cepat ke arahnya."Pamela, apa kamu bisa memberiku sedikit waktu? Ada hal yang ingin aku bicarakan berdua denganmu," kata Jason dengan lembut.Alis Pamela sedikit terangkat ke atas. Setelah berpikir sejenak, dia menoleh ke arah pria yang berada di sampingnya. "Paman, di depan sana ada sebuah tokok. Apa kamu bisa membantuku membeli sebotol yoghurt? Aku ingin minum yoghurt!"Bagaimana mungkin Agam tidak tahu gadis-nya maksud tersirat gadis-nya?Kalau dulu, dia tidak akan setuju gadis-nya mengobrol berduaan dengan pria lain. Namun, sekarang berbeda. Dia sudah tahu Jason adalah kakak kandung gadis-nya.Mereka berdua adalah kakak dan adik yang sudah lama terpisah. Karena gadis-nya bersedia untuk mengobrol dengan Jason, m
Jason sedikit tertegun, sorot mata kagum dan takjub pada adiknya tampak jelas di matanya.Perbedaan antara Pamela dan Kalana sangat jelas.Bagi Jason, wanita di hadapannya ini baru layak menjadi adiknya, sosok wanita yang tangguh dalam menghadapi segala situasi, bukan seperti Kalana yang hanya bisa menangis agar orang lain mengasihaninya. Terlebih lagi, Kalana adalah wanita bertopeng yang sangat keji dan memuakkan.Dulu, dia benar-benar sudah salah menilai orang dan mencurahkan kasih sayangnya pada orang yang salah. Mengapa dia bisa sebodoh itu sampai-sampai tidak menyadari akting rendahan seperti itu?Jason menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya pada wanita yang merupakan adik yang telah lama dicarinya ini, "Pamela, apa awalnya kamu bekerja denganku demi menyelidiki alasan mengapa Ibu membawamu meninggalkan kediaman Keluarga Yanuar saat itu?""Hmm, benar," kata Pamela, mengakui hal itu dengan terus terang.Di saat seperti ini, dia juga tidak bisa menyembunyikan apa pun lagi, jadi le
Jason menyipitkan matanya dan berkata, "Maksudku, kemungkinan besar Ibu masih hidup?"Pamela menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Tentu saja aku berharap seperti itu, tapi aku juga nggak tahu, karena selama ini aku belum menemukan petunjuk Ibu masih hidup, melainkan hanya mengumpulkan lukisan-lukisan peninggalan Ibu."Jason menghela napas dan berkata, "Selama bertahun-tahun ini, aku juga mencari keberadaanmu dan Ibu. Sekarang kamu sudah kembali. Aku akan mengirim orang untuk melanjutkan pencarian Ibu."Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, terima kasih atas bantuan Pak Jason. Kalau kamu sudah menemukan petunjuk, tolong beri tahu aku."Tentu saja dia tidak keberatan kalau Jason ingin mencari keberadaan ibu mereka. Bertambah satu orang yang melakukan pencarian, itu artinya pencarian bisa dilakukan lebih luas lagi dan kemungkinan dia bisa menemukan ibunya lebih besar.Sebenarnya, dia sangat khawatir setelah ibunya menitipkannya pada Darius, ibunya sudah dicelakai oleh orang
Selesai berbicara, Jason langsung berjalan melewati ayahnya dengan cepat dengan membawa mantelnya. Ekspresinya sangat datar, seolah-olah lawan bicaranya adalah orang asing yang tidak dikenalnya.Marko sudah terbiasa diperlakukan dengan dingin oleh putranya. Dia tidak marah, juga tidak menyalahkan putranya.Sejak Quenne pergi dengan membawa putri mereka, Jason tidak bersedia berbicara dengannya lagi.Tuan Besar Yanuar duduk seorang diri di sebuah bangku batu, lalu melemparkan sorot pandangnya ke arah tempat parkir ....Dia melihat gadis yang bernama Pamela itu menerima botol yoghurt yang sudah dibukakan tutupnya oleh Agam, lalu meneguk yoghurt tersebut. Kemudian, gadis itu mengangkat botol yoghurt mendekati bibir Agam. Saat pria itu hendak membuka mulutnya untuk meminum yoghurt, gadis itu malah menarik kembali botol yoghurt dengan nakal, seolah-olah sedang mempermainkan sang pria. Senyuman yang tersungging di wajah gadis itu benar-benar sangat indah dan menawan ....Tanpa Marko sadari,
Olivia paling suka membeli tas. Namun, karena belakangan ini neneknya sudah menarik semua kartu kreditnya, dia sudah sangat lama tidak berbelanja di luar. Jadi, bagaimana mungkin dia bisa membeli tas mahal kesukaannya?Begitu mendengar dia akan mendapat sepuluh buah tas Hermes sebagai imbalan, mata Olivia langsung berbinar. Namun, detik berikutnya, dia menatap Pamela yang berasal dari latar belakang keluarga miskin dengan tatapan curiga. "Cih! Apa kamu punya uang? Berani-beraninya kamu menjanjikan barang semahal itu padaku!"Pamela menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Biarpun aku nggak punya, kakakmu punya. Jangan lupa, sekarang uang kakakmu ada di tanganku!"'Hmm, benar juga!' pikir Olivia. Hari ini, dia harus mendapatkan sepuluh buah tas Hermes yang Pamela janjikan itu."Pamela, kamu sendiri yang mengatakannya! Jangan sampai setelah aku selesai mengerjakan soal-soal itu, kamu malah melanggar janjimu!"Sudut bibir Pamela terangkat ke atas. "Jangan khawatir, aku nggak akan melang
Pamela mengangkat alisnya dan berkata, "Paman, segala sesuatu ada sebabnya! Alasan adikmu bisa tumbuh seperti ini, karena kamu dan keluarga kalian sudah memanjakannya sejak kecil! Bagaimanapun juga, kalian memiliki hubungan darah, kamu nggak mungkin benar-benar mengusirnya keluar dan nggak memedulikannya lagi. Jadi, sebaiknya kamu sedikit bersabar, agar dia bisa memahami hal-hal itu sendiri dan berubah perlahan-lahan."Agam tertegun sejenak, gadis-nya benar-benar pengertian.Walaupun sikapnya pada Olivia sangat tegas, tetapi sesungguhnya dalam lubuk hatinya, dia tidak tega benar-benar mengusir adiknya keluar.Kalau dia benar-benar mengusir adiknya, ke mana adiknya bisa pergi? Kembali ke sisi ibu Olivia sendiri? Alih-alih mempelajari hal yang baik dan benar, ibu Olivia hanya akan mengajarkan hal-hal buruk pada putrinya.Walaupun Olivia memiliki ibu yang berbeda dengannya, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa Olivia adalah satu-satunya adiknya. Dalam lubuk hatinya, dia juga menyayangi gadis
Selesai memasak mi, Pamela menyajikannya ke hadapan pria itu.Pria itu sedang duduk di meja makan sambil melihat layar ponselnya. Begitu melihat mi tomat dengan asap yang masih mengepul sudah disajikan di hadapannya, dia langsung meletakkan ponselnya, lalu mendongak dan berkata, "Kamu sudah selesai masak secepat ini?"Pamela melepaskan celemeknya, lalu menarik sebuah kursi di samping pria itu dan duduk. "Paman, kalau tadi kamu nggak mengganggu, bisa lebih cepat lagi! Sudah, sudah, cepat dimakan dulu mi-nya!"Agam menyunggingkan seulas senyum, mengambil garpu dan mengaduk-aduk mi, lalu memakan sesuap mi dengan santai, "Keterampilan memasakmu cukup bagus, tapi kelak kamu nggak perlu memasak sendiri lagi untukku, serahkan saja hal seperti ini pada pelayan."Pamela mengangkat alisnya dan berkata, "Kenapa? Apa kamu merasa masakanku kurang enak?"Agam mencubit pipi gadis-nya dan berkata, "Dasar gadis nakal, jelas-jelas aku berbaik hati takut kamu kelelahan!"Wajah Pamela sudah hampir tak ber
Pamela yang sudah tidak bisa berpikir secara logika itu pun melingkarkan lengannya ke leher Agam dan berinisiatif untuk mencium pria itu ....Karena pergerakan Pamela, mantel handuk yang melilit tubuh pria itu menjadi agak renggang dan memperlihat otot-otot dada sempurnanya. Melihat pemandangan itu, jantung Pamela pun berdebar dengan kencang ....Tentu saja Agam sangat senang gadis-nya bisa berinisiatif menciumnya, seulas senyum tersungging di wajahnya. Dia langsung membalas ciuman gadis-nya, seolah-olah ingin melahap bibir gadis-nya, bahkan seluruh tubuh gadis-nya!Tepat pada saat momen kemesraan mereka mencapai puncaknya, Pamela mencubit lengan Agam, lalu menatap pria itu dengan tatapan bergairah dan berkata, "Jangan lakukan di sini, aku mau kembali ke kamar ...."Pria itu menjawab "hmm" dengan suara serak basahnya, lalu menggendong gadis-nya. Sambil melahap bibir manis gadis-nya, dia membawa gadis-nya ke lantai atas ....Kemudian, dia menendang pintu kamarnya, meletakkan gadis-nya d
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen