"Aku bilang ...." Saat ini, tatapan Pamela bagaikan setan perenggut nyawa dan senyumannya menyeramkan. "Aku menginginkan nyawamu!"Pamela menegaskan nadanya dan tiba-tiba mengulurkan tangan ke arah Kelly!Kelly mundur karena mengira Pamela ingin mencekiknya dan terhuyung sehingga nyaris terjatuh. Untungnya, Kelly dipegangi."Apa Nyonya Kelly baik-baik saja?" tanya Pamela dengan penuh perhatian seraya memegangi Kelly.Kelly tersadarkan dan menatap Pamela dengan kaget. Saat ini, senyuman Pamela tampak ramah dan ceria, sama sekali tidak menyeramkan.Aneh! Kelly bahkan mengira kejadian barusan hanyalah ilusi. Kelly terengah-engah karena ketakutan. "Kamu ... kamu mau apa tadi?"Pamela tertawa terbahak-bahak. Beberapa saat kemudian, Pamela berkata, "Nyonya Kelly, maafkan aku terlalu girang karena Nyonya Kelly tiba-tiba memberiku bayaran 10 kali lipat. Saking girang, aku jadi ingin bercanda dengan Nyonya Kelly!"Kelly merasa tersinggung oleh Pamela yang tidak menghormatinya. Setelah berdiri s
Kelly berpura-pura sakit dan meminta Kalana mencarikan Marko. Kalana tidak mengecewakan Kelly dan berhasil.Marko memang datang, tetapi begitu masuk, Marko menanyakan apa gejala Kelly dan ingin memanggil mobil ambulans.Kelly hanya berpura-pura sakit. Gawat jika mobil ambulans datang dan tidak dapat mendiagnosis apa penyakitnya.Jadi, Kelly mengatakan dirinya hanya pusing.Kemudian, Marko duduk di samping ranjang dan membaca alkitab tebal dengan penuh konsentrasi.Terkadang, Kelly curiga apakah Marko ingin menjadi petapa. Marko lebih memiliki untuk membaca buku daripada melihat istrinya yang cantik!Kelly pun berhenti berpura-pura. Kelly mengatakan dirinya sudah merasa lebih baik dan ingin pergi ke luar untuk menghirup udara segar.Marko tidak pernah memberi perhatian pada Kelly.Pernikahan mereka sama seperti kehidupan wanita janda!Akan tetapi, Kelly tidak dapat menceritakan kehampaan dan kebutuhan fisiologisnya pada Kalana. Kelly menggelengkan kepala dengan sedih. "Nggak ada apa-apa
Kelly berusaha keras memikirkan solusi untuk Kalana. "Kalana, apa kamu punya foto Pamela? Coba Ibu lihat seberapa cantik gadis itu."Tebersit kedengkian dalam tatapan Kalana saat membicarakan kecantikan Pamela. Kalana menjawab, "Ibu, aku sangat benci dia, mana mungkin aku punya fotonya? Tapi, dia memang cantik sekali, tanpa dandan saja sudah cantik. Mungkin saja dia diam-diam operasi plastik!"Kelly tidak terkejut. "Gadis yang disukai Tuan Muda Agam pasti cantik. Kalana, sekarang Tuan Muda Agam terkecoh oleh Pamela dan sedang mesra-mesranya. Kamu jangan cari masalah dengan Pamela dulu, jangan sampai Tuan Muda Agam jengkel padamu."Kalana mengernyit dan merasa jengkel. "Ibu! Ibu suruh aku berdiam diri begitu saja? Aku suka Agam dan hanya mau nikah dengan Agam. Di dunia ini, hanya pria unggul dan kaya seperti Agam yang sepadan denganku! Aku nggak akan menyerah!"Kelly menasihati Kalana, "Kalana, tenang dulu! Bukannya Ibu menegurmu, tapi kenapa kamu jadi gampang emosi?"Kalana berucap, "K
Pamela mengambil tugas Justin dan melihat jawabannya, lalu berkata, "Bagus! Kamu sudah menjawabnya dengan baik. Lanjutkan! Setelah kamu menyelesaikannya, serahkan padaku biar aku bisa memeriksanya!"Justin lantas mengerutkan dahinya. Wajahnya kelihatan tidak senang ketika mengatakan, "Pamela, aku menyuruh kamu melihat soal ini untuk membuktikan bahwa aku memang bisa mengerjakannya. Bukan berarti kamu boleh memeriksa tugasku. Tolong sadar diri! Huh!"Pamela memperhatikan pria itu, lalu melipat lengannya. Bibir tipis wanita itu menukik ke atas ketika mengatakan, "Aku sudah tahu siapa diriku. Sekarang, kamu harus menyerahkan tugasmu itu untuk kuperiksa.""Harus?" Justin langsung mendelik dan membalas, "Cih! Kamu pikir kamu siapa?""Tuan Justin, tadi aku memang nggak memiliki status yang pantas untuk ikut campur dalam urusanmu. Tapi sekarang situasinya sudah berbeda. Sekarang aku sudah resmi menjadi gurumu. Semua tugasmu dan setiap soal yang kamu kerjakan sudah menjadi tanggung jawabku unt
Pamela langsung menoleh setelah mendengar suara panggilan pria itu. Wanita itu menemukan Paman Heru berdiri dengan sangat sopan di depan pintu kamar melalui celah pintu.Setelah dia kembali, supaya tidak menimbulkan kecurigaan, Pamela sengaja tidak menutup pintu dengan dan menyisakan sedikit celah.Meskipun Justin masih sangat belia, dia tetap adalah seorang laki-laki. Lalu kediaman Keluarga Yanuar adalah tempat yang sulit diprediksi. Selain itu, Nona Kalana yang bisa tiba-tiba membuat masalah juga berada di sini. Lebih baik Pamela lebih berhati-hati supaya tidak kena masalah.Pamela berjalan ke arah pintu dan membuka pintu tersebut. Selanjutnya, dia pun membalas Paman Heru dengan sopan, "Ya, tadi ada soal yang nggak bisa dikerjakan oleh Tuan Justin dan dia menyuruhku untuk mengajarinya. Aku sudah menjelaskannya."Justin yang ada di belakang lantas mendengus dan mengomel, "Siapa yang menyuruhmu mengajariku?"Paman Heru pun tersenyum ramah dan membalas, "Rupanya begitu! Kalau begitu Non
Saat ini, Pamela juga sudah lapar. Apalagi, di perutnya juga ada sesosok janin. Hari demi hari, anak ini terus tumbuh. Sebagai ibunya, Pamela jelas makan lebih banyak dari sebelumnya. Dia juga lebih cepat lapar.Sepertinya, seluruh orang tua yang ada di dunia memang lebih menyukai anak-anak yang memiliki selera makan bagus. Melihat Pamela makan dengan lahap, Tuan Johan dan Nyonya Anisa juga terus tersenyum. Mereka juga bergantian mengambilkan makanan untuk Pamela.Nyonya Anisa mengambilkan sayap ayam untuk Pamela. Saat itu, dia menyadari cara Pamela memegang alat makannya. Wanita tua itu langsung tertegun dan mengangkat wajahnya untuk melihat sisi wajah Pamela. Matanya tiba-tiba saja terlihat kaget.Jempol anak ini ketika memegang alat makan benar-benar persis seperti jempol Rembulan, cucu perempuan mereka, ketika masih kecil.Dia masih ingat bahwa untuk mengubah kebiasaan Rembulan, mereka sekeluarga sudah berusaha sangat keras. Akan tetapi, mereka akhirnya tidak berhasil.Wanita tua i
Johan langsung mengerutkan dahinya. Pria itu tahu bahwa orang yang dicintai Pamela adalah bocah tengik dari Keluarga Dirgantara.Kenapa gadis sebaik ini bisa begitu ceroboh sampai menjadi bagian dari Keluarga Dirgantara? Sungguh sangat disayangkan!"Pamela, kalau begitu ibumu sebenarnya sudah pergi ke mana?" Nyonya Anisa kembali melontarkan pertanyaan yang sangat pribadi.Pertanyaan tersebut membuat hati Pamela menjadi muram. Wajahnya juga menunjukkan sedikit penolakan.Tuan Johan sudah menyadari ketidaknyamanan Pamela. Jadi, dia pun menegur pasangannya itu, "Sudahlah istriku! Kenapa hari ini kamu aneh sekali? Kamu jangan menanyakan masa lalu Pamela yang menyedihkan. Hari ini, kita menyuruh Pamela datang untuk berterima kasih karena dia sudah menyelamatkan nyawaku. Lihatlah! Kamu sudah membuatnya menjadi murung."Nyonya Anisa juga sudah menyadari ekspresi tidak natural Pamela. Dia pun merasa tidak enak hati dan berkata, "Pamela, Nenek minta maaf sekali karena sudah mengungkit sesuatu y
Tuan Johan langsung tertegun, "..."Kenapa ini? Kenapa malah jadi dirinya?Nyonya Anisa tersenyum dan melirik suaminya dan bertanya, "Kurasa dia juga ingin keluar supaya punya lebih banyak pilihan. Laki-laki hanya akan berhenti setelah foto terakhirnya digantung di dinding."Kakek Johan lantas mengerutkan dahinya dan membalas, "Bukan! Istriku, apa yang kamu katakan ini? Kita sudah hidup bersama lama sekali. Aku sama sekali bukan pria seperti itu."Nyonya Anisa tersenyum sinis dan membalas, "Kalau kamu memang bukan orang seperti itu, kenapa kamu mengajari hal-hal seperti itu pada Pamela?"Johan, "..."Jelas karena dia tidak suka melihat Pamela yang sangat baik malah menikah dengan orang Keluarga Dirgantara yang sangat buruk. Jadi, dia bermaksud untuk menyelamatkan Pamela.Tuan Johan pun menghela napas. Pria itu memalingkan wajahnya dan memberikan nasihat tulus kepada Pamela."Pamela, Kakek dan Nenek Anisa berbeda. Kami tumbuh bersama dan usia kami juga mendekati. Kami sudah saling memah