Saat ini, Pamela juga sudah lapar. Apalagi, di perutnya juga ada sesosok janin. Hari demi hari, anak ini terus tumbuh. Sebagai ibunya, Pamela jelas makan lebih banyak dari sebelumnya. Dia juga lebih cepat lapar.Sepertinya, seluruh orang tua yang ada di dunia memang lebih menyukai anak-anak yang memiliki selera makan bagus. Melihat Pamela makan dengan lahap, Tuan Johan dan Nyonya Anisa juga terus tersenyum. Mereka juga bergantian mengambilkan makanan untuk Pamela.Nyonya Anisa mengambilkan sayap ayam untuk Pamela. Saat itu, dia menyadari cara Pamela memegang alat makannya. Wanita tua itu langsung tertegun dan mengangkat wajahnya untuk melihat sisi wajah Pamela. Matanya tiba-tiba saja terlihat kaget.Jempol anak ini ketika memegang alat makan benar-benar persis seperti jempol Rembulan, cucu perempuan mereka, ketika masih kecil.Dia masih ingat bahwa untuk mengubah kebiasaan Rembulan, mereka sekeluarga sudah berusaha sangat keras. Akan tetapi, mereka akhirnya tidak berhasil.Wanita tua i
Johan langsung mengerutkan dahinya. Pria itu tahu bahwa orang yang dicintai Pamela adalah bocah tengik dari Keluarga Dirgantara.Kenapa gadis sebaik ini bisa begitu ceroboh sampai menjadi bagian dari Keluarga Dirgantara? Sungguh sangat disayangkan!"Pamela, kalau begitu ibumu sebenarnya sudah pergi ke mana?" Nyonya Anisa kembali melontarkan pertanyaan yang sangat pribadi.Pertanyaan tersebut membuat hati Pamela menjadi muram. Wajahnya juga menunjukkan sedikit penolakan.Tuan Johan sudah menyadari ketidaknyamanan Pamela. Jadi, dia pun menegur pasangannya itu, "Sudahlah istriku! Kenapa hari ini kamu aneh sekali? Kamu jangan menanyakan masa lalu Pamela yang menyedihkan. Hari ini, kita menyuruh Pamela datang untuk berterima kasih karena dia sudah menyelamatkan nyawaku. Lihatlah! Kamu sudah membuatnya menjadi murung."Nyonya Anisa juga sudah menyadari ekspresi tidak natural Pamela. Dia pun merasa tidak enak hati dan berkata, "Pamela, Nenek minta maaf sekali karena sudah mengungkit sesuatu y
Tuan Johan langsung tertegun, "..."Kenapa ini? Kenapa malah jadi dirinya?Nyonya Anisa tersenyum dan melirik suaminya dan bertanya, "Kurasa dia juga ingin keluar supaya punya lebih banyak pilihan. Laki-laki hanya akan berhenti setelah foto terakhirnya digantung di dinding."Kakek Johan lantas mengerutkan dahinya dan membalas, "Bukan! Istriku, apa yang kamu katakan ini? Kita sudah hidup bersama lama sekali. Aku sama sekali bukan pria seperti itu."Nyonya Anisa tersenyum sinis dan membalas, "Kalau kamu memang bukan orang seperti itu, kenapa kamu mengajari hal-hal seperti itu pada Pamela?"Johan, "..."Jelas karena dia tidak suka melihat Pamela yang sangat baik malah menikah dengan orang Keluarga Dirgantara yang sangat buruk. Jadi, dia bermaksud untuk menyelamatkan Pamela.Tuan Johan pun menghela napas. Pria itu memalingkan wajahnya dan memberikan nasihat tulus kepada Pamela."Pamela, Kakek dan Nenek Anisa berbeda. Kami tumbuh bersama dan usia kami juga mendekati. Kami sudah saling memah
Pamela pun membalas dengan datar, "Aku datang bertamu."Wajah Kalana terlihat agak jijik ketika mengatakan, "Bertamu? Siapa yang mengundangmu bertamu di rumah ini?"Pamela pun menyunggingkan senyuman di wajahnya dan berkata, "Hari ini Tuan Johan dan Nyonya Anisa mengundangku makan. Karena aku nggak bisa menolak ajakan mereka, aku pun terpaksa datang."Apa?Kalana bertanya dengan kaget, "Kakek dan nenek yang sudah mengundangmu? Apakah kamu adalah orang yang sudah menyelamatkan kakekku?"Nada bicara Pamela sangat tenang ketika mengatakan, "Bukan menyelamatkan. Tapi aku tamu yang diundang datang ke rumahmu."Kalana kesulitan menerima kenyataan tersebut. Dia sengaja berdandan heboh untuk bertemu dengan tamu tersebut. Pada akhirnya, tamu yang harus ditemani oleh Kalana adalah wanita yang paling dibencinya, Pamela.Kenapa Pamela bisa menjadi penyelamat kakeknya? Kenapa bisa begitu kebetulan?Kalana pun berpikir dan menatap Pamela dengan curiga ketika mengatakan, "Pamela, apa kamu sudah meren
"Nona Kalana, kalau kamu benar-benar tulus, tunggu aku di sini. Aku mau naik ke atas dan mengantarkan kue yang dibuat oleh Nenek pada Justin. Setelah itu, aku akan berkeliling bersamamu."Kalana melihat sepiring kue di tangan Pamela. "Oke, kalau begitu aku akan pergi menemui Justin bersamamu, Kak Pamela!"Pamela tidak memedulikannya. Dia membiarkan Kalana mengikutinya, tapi dia menolak kontak fisik dengan Kalana....Justin melihat kakaknya masuk bersama Pamela. Dia tertegun sejenak, lalu segera berdiri dan menarik kakaknya ke belakangnya. "Pamela, kalau kamu ada masalah, hadapi aku saja. Jangan menindas kakakku!"Pamela memandangnya dengan acuh tak acuh, kemudian dia berkata sambil meletakkan sepiring kue di atas meja, "Makanlah kue yang dipanggang oleh Nenek."Justin tertegun lagi. Justin memandang biskuit yang diantar oleh Pamela kepadanya sambil mengerutkan keningnya ....Kalana berkata sambil menarik adiknya, "Justin, jangan seperti ini! Kenapa kamu begitu kasar kepada tamu? Hari
"Kak Pamela, ini adalah kamarku!"Kalana mengundang Pamela ke kamarnya dengan antusias.Dekorasi kamar putri Keluarga Yanuar itu sangat mewah, terdapat banyak perabotan edisi terbatas dari merek-merek ternama, serta tempat tidur besar yang dibuat khusus. Bahkan sprainya pun terlihat indah dan mahal.Hanya saja, ruangan ini memiliki bau parfum yang sama kuatnya dengan milik Kalana. Setelah mencium sejenak, Pamela merasa pusing.Pamela melihat sekeliling dengan sopan, lalu berkata sambil mengangguk, "Ya, sangat indah."Kalana berkata sambil menghela napas dengan kesal, "Kak Pamela, apakah kamarku terlalu mewah?"Pamela menjawab dengan tegas, "Sumber keuangan keluargamu memungkinkan, jadi itu nggak akan masalah."Kalana berkata, "Hei! Kakakku yang mencari seseorang untuk merancang ini khusus untukku!""Kakakku bilang, aku harus memakai semua yang produk terbaik di dunia, bahkan setiap ubin lantai di kamarku dibuat dari kristal asli. Aku bilang padanya nggak perlu mendesain terlalu mewah,
Meskipun ini benar-benar adalah kamar yang Pamela tinggali ketika dia masih kecil, kamar itu telah didekorasi ulang sepenuhnya oleh Jason!Saat melihat Pamela tidak bereaksi sama sekali, Kalana merasa tidak senang. Setelah memikirkannya, dia tersenyum dan berpura-pura antusias."Oh, ya! Kak Pamela, kelak aku bisa memberimu pakaian yang nggak aku pakai, jadi kamu nggak perlu mengeluarkan uang untuk membeli pakaian!"Kalimat ini membuat Pamela mengangkat alisnya dan menatap Kalana. Dia tidak berkata apa-apa dan membiarkannya Kalana memahami artinya sendiri.Kalana ditatap oleh Pamela hingga merinding. Kemudian, Kalana berpura-pura berkata seakan memahami sesuatu, "Oh! Aku lupa, Kak Pamela bukan anak-anak lagi. Sekarang, kamu adalah istrinya Agam. Ada Agam yang memberimu uang, kamu pasti nggak akan kekurangan uang untuk membeli barang-barang ini!"Saat berkata, Kalana memperhatikan Pamela dari atas ke bawah. "Tapi Kak Pamela, aku lihat pakaian yang biasa kamu kenakan sangat murahan dan ng
Pamela tertarik dengan kamar Pak Marko dan istrinya.Pamela ingin melihat seperti apa kamar ayahnya yang bajingan dan sahabat baik ibunya itu!"Kak Pamela, ini kamar orang tuaku! Karena ayahku suka belajar sejarah, semua perabotan di ruangan itu adalah barang antik asli. Harganya lebih mahal daripada barang antik yang kamu lihat di museum!"Pamela melihat ke dalam ruangan. Ruangan itu memang merupakan ruangan dengan gaya yang sangat tenang dan elegan. Semua perabotannya terbuat dari kayu berharga dan sangat antik.Kalana tidak berbohong, tetapi kata-katanya terdengar sedang menyombongkan diri.Pamela tidak tertarik dengan barang antik. Hal yang menarik perhatian Pamela adalah rak buku besar yang ada di dinding barat ruangan.Rak buku besar itu dipenuhi buku-buku yang sangat padat.Siapa yang membaca buku-buku itu? Pak Marko atau istrinya?Pamela bertanya kepada Kalana dengan sopan, "Bolehkah aku pergi melihat buku-buku itu?"Akhirnya, ada sesuatu yang membuat Pamela iri, hati Kalana me