Saat Pamela melihat Kalana hendak menjulurkan kepalanya untuk mencari tahu, dia segera mengeluarkan foto itu dari buku dan menyembunyikannya di lengan bajunya.Kalana tidak melihat foto itu, dia hanya melihat artikel dengan tulisan yang sangat kecil. Kemudian, dia berkata sambil mengerutkan kening, "Kak Pamela, apakah kamu memahami teks dalam bahasa kecil ini?"Pamela menutup buku itu, lalu mengembalikannya ke posisi semula. "Aku nggak mengerti, aku hanya asal baca! Ayo, ajak aku berkunjung ke tempat lain!"Namun, sebelum Kalana menjawab, dia disela oleh sebuah suara ....Tindakan Pamela mengembalikan buku ke tempatnya sepertinya telah memicu suatu mekanisme. Rak buku besar yang ada di dalamnya bergerak, lalu pintu tersembunyi di tengah rak buku yang menyatu dengan rak buku terbuka secara otomatis!Melihat ini, Pamela tercengang. "Apa ini?"Kalana mengerutkan kening sambil berkata dengan ekspresi canggung, "Bukan apa-apa! Itu adalah ruang kerja kecil ayahku. Saat mendekorasi, desainer
Pamela mengikuti Kalana ke ruangan yang luas dan terang. Ruangan itu didekorasi dengan elegan dan memiliki gaya artistik yang unik.Segala sesuatu di ruangan itu terlihat mahal. Namun, dekorasi itu tidak terkesan norak karena terlalu banyak barang mahal.Menurut Pamela, ruangan itu adalah ruangan terindah dan nyaman yang pernah dia kunjungi sejauh ini. Pamela telah menebak pemilik ruangan itu di benaknya. Kemudian, dia bertanya kepada Kalana, "Kamar siapa ini?"Kalana masih tersenyum, tapi terlintas perasaan jijik di matanya. "Ini adalah ruangan tempat tinggal seorang wanita nakal di keluarga kami. Karena semua orang merasa tempat tinggal wanita itu nggak beruntung, jadi ruangan terus kosong. Nggak ada seorang pun yang tinggal di dalamnya!"Mendengar perkataan Kalana, Pamela semakin yakin dengan tebakannya.Ruangan ini pernah ditinggali oleh ibunya yang merupakan seorang pelukis dan berkecimpung di bidang seni. Dekorasi di sini mirip dengan gaya karya ibunya.Pamela menyipitkan matanya
"Kak Pamela, kamu kenapa?"Kalana tiba-tiba mengulurkan tangan dan menampar kotak musik itu hingga terjauh ke lantai!Bang!Kotak musik itu terjatuh ke lantai hingga dua beruang kaca yang berputar jatuh dan pecah menjadi beberapa bagian. Saat ini, musik itu telah berhenti ....Setelah itu, Pamela tersadar kembali. Setelah melihat kotak musik yang rusak di lantai, Pamela merasa sangat sedih. Dia berjongkok untuk mengambil kotak musik itu.Kalana berdiri, lalu berkata sambil menyalahkan dirinya sendiri, "Oh! Ini semua salahku nggak sengaja menjatuhkan kotak musik tadi. Sayang sekali!"Pamela mengabaikannya. Dia mengambil kotak musik di lantai dan memasangnya beberapa kali. Kotak musik itu rusak dan tidak berbunyi lagi.Kalana berkata lagi, "Kak Pamela, hati-hati, jangan sentuh pecahan kacanya! Tunggu aku di sini, aku akan meminta para pelayan untuk datang dan membersihkannya!"Setelah berkata, Kalana berbalik dan berlari keluar dengan cepat.Pamela mengabaikan Kalana. Dia menatap kotak m
Setelah mendengar suara itu, Jason tersadar dari lamunannya. Dia melihat bahwa salah satu dari dua kamar yang dia daftarkan sebagai area terlarang di Kediaman Keluarga Yanuar, yakni pintu kamar tempat adiknya, Rembulan tinggal ketika dia masih kecil terbuka ....Dari luar pintu, Jason melihat Pamela tetap di dalam. Dia berjongkok di lantai sambil memegang kotak musik di tangannya dengan bingung. Jason tidak tahu apa yang Pamela pikirkan?Mendengar suara Kalana, Pamela mengangkat kepalanya dengan perlahan dan menatap kedua saudara itu ....Segera setelah itu, Kalana berteriak lagi, "Ah! Kak Pamela, kenapa kamu merusak kotak musik kakakku! Itu adalah kotak musik favorit kakakku ketika dia masih kecil!"Pamela tertegun. Dia tidak terkejut dengan perilaku Kalana yang berbohong itu. Dia hanya berdiri perlahan. Saat ini, ekspresinya kembali acuh tak acuh. Kemudian, dia berkata dengan tenang, "Aku nggak merusaknya."Kalana berjalan mendekat dengan ekspresi terkejut. Dia mengambil kotak musik
Tatapan Jason menjadi masam, matanya terlihat sangat serius. Selain itu, ekspresinya menunjukkan dia tidak ingin bernegosiasi.Meskipun Kalana telah disayangi sejak kecil, dia masih takut jika kakaknya menunjukkan ekspresi serius."Eh ... Kak, kamu harus menyambut Kak Pamela dengan baik. Jangan marah pada Kak Pamela karena dia nggak sengaja masuk ke kamar Kak Rembulan dan nggak sengaja merusak kotak musik favorit Kak Rembulan! Eh ... aku akan pergi menemani anakku dulu!"Sebelum pergi, Kalana tidak lupa mengingatkannya dengan hati-hati.Namun, sebelum Kalana melihat hasil yang diinginkannya, dia sudah harus keluar .......Setelah Kalana keluar, Pamela tidak berencana untuk tinggal di kamar ini lagi. Pamela berkata dengan perlahan, "Pak Jason, aku minta maaf karena aku memasuki kamar yang seharusnya nggak aku masuki. Aku akan keluar sendiri, tapi aku nggak merusak kotak musik itu."Setelah berkata, dia berjalan keluar sendiri ....Jason mengangkat lengannya untuk menghalangi Pamela. Ja
Pamela mengangkat alisnya sambil menatap Jason dengan matanya yang tajam dan tersenyum sinis. "Pak Jason, menurutmu, apakah aku peduli kamu memperlakukanku dengan baik atau buruk?"Jason terdiam. Jason bahkan membenci atas apa yang telah dia lakukan sebelumnya. Pamela tidak mau mengakui Jason sangatlah masuk akal.Jason juga tahu bahwa Pamela sama sekali tidak peduli dengan sikap Jason, apalagi segala sesuatu tentang Keluarga Yanuar.Namun, Jason tetap berharap Pamela bisa pulang dan memberinya kesempatan untuk menebus kesalahannya ....Jason menghela napas, lalu bertanya dengan lembut, "Pamela, apa yang harus aku lakukan agar kamu bersedia memaafkanku? Agar kamu bersedia pulang?"Saat melihat perbedaan sikap Jason sekarang dan cara Jason merendahkan diri di depannya, Pamela tidak tergerak sama sekali."Pak Jason, aku akan memberitahumu dengan jelas bahwa aku nggak menyalahkan Anda karena salah paham terhadapku sebelumnya, aku juga nggak menyalahkanmu karena memperlakukanku dengan buru
Saat ini, Jason tidak lagi berani menyebut dirinya kakak. Dia takut akan membuat adiknya marah lagi. "... Aku akan memanggilmu lagi saat makan malam."Pamela sama sekali tidak bersikap sopan padanya. "Oke! Terima kasih! Pak Jason, aku mau istirahat, silakan keluar!"Jason menatap Pamela dengan serius, kemudian dia berbalik, mengambil kotak musik yang rusak dan menutup pintu.Begitu dia keluar dari kamar, Jason menyadari Kalana yang bersembunyi tidak jauh dari pintu.Jason mengerutkan keningnya. Dia berjalan mendekat dan bertanya dengan tegas, "Kenapa kamu masih di sini? Kenapa kamu nggak pergi menemani anakmu?"Saat Kalana melihat kakaknya mendekat, dia ingin segera bersembunyi. Namun, sayangnya tidak ada tempat aman di sekitarnya. Selain itu, dia sudah terlambat untuk bersembunyi.Setelah ketahuan, Kalana hanya bisa menjelaskan dengan berpura-pura santai, "Kak, aku khawatir kamu akan marah kepada Kak Pamela karena kotak musiknya rusak, jadi aku nggak berani pergi ...."Jason berkata d
Kalana tidak menyerah. Dia kembali berkata, "Kak Calvin, biarkan aku masuk sebentar. Aku akan keluar setelah mengucapkan beberapa patah kata kepada Kak Pamela. Kakakku nggak akan tahu! Kalau dia tahu, aku nggak akan membiarkan dia menyalahkanmu!"Calvin tetap bergeming. "Nona Kalana, maaf, tapi aku nggak bisa melanggar perintah Tuan Muda. Sebaiknya kamu mendengarkan perkataan Tuan Muda untuk menemani anakmu dulu!"Calvin hanyalah bawahan Jason. Kata-kata kasarnya adalah dia hanyalah pesuruh dari Keluarga Yanuar. Beraninya Calvin menghentikan Kalana yang merupakan putri kedua dari Keluarga Yanuar?Tujuan Kalana untuk membiarkan kakaknya memberi pelajaran pada Pamela, sehingga suasana hatinya menjadi sangat buruk. Sekarang, dihadapkan pada sikap kaku Calvin, Kalana tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia menggertakkan gigi dan tidak bertingkah genit lagi. Kalana menatap Calvin dengan ekspresi masam sambil memerintahkan, "Minggir, aku ingin masuk!""Nona Kalana?" Calvin terkejut. Dalam kes
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen