Dimas mengikutinya di satu sisi dengan hormat. Setibanya di ruang makan, Dimas baru berjalan ke depan dan berkata, "Nyonya, ini sarapan Anda ... eh?"Sebelum Dimas bisa menyelesaikan ucapannya, sekujur tubuhnya menjadi kaku!Dia melihat dua wanita yang duduk di ruang makan sambil memakan makanan yang dipersiapkan secara khusus oleh ahli gizi untuk Pamela ....Dimas mengernyit sambil berkata, "Nona, bukankah kamu sudah sarapan? Kenapa kamu malah memakan sarapan Nyonya juga?"Olivia duduk di tempatnya sambil terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya."Sarapan ini punya dia, ya? Tadi, kulihat makanannya diletakkan di sini tanpa disentuh siapa pun, jadi kukira makanan ini dipersiapkan untuk temanku! Kebetulan, temanku datang main ke rumah, jadi aku menyuruh temanku untuk memakannya selagi panas!" kata Olivia.Kemudian, Olivia mengambil sepotong daging di atas piring untuk Kalana, temannya yang duduk di sisinya sambil berkata, "Sini, Kak Kalana, jarang-jarang kamu datang ke rumah kami, jad
Saat Olivia sedang terus menyindir Pamela, Pamela sudah duduk di sofa di ruang tamu. Pamela sama sekali tidak menanggapi sindiran Olivia, dia hanya memesan makanan dengan ponselnya, seakan-akan dia tidak mendengar apa pun.Olivia yang menyadari bahwa ucapannya tidak berpengaruh pada Pamela pun merasa sangat tidak senang. Oleh karena itu, dia melanjutkan ucapannya dengan suara yang lebih keras lagi. "Pesan makanan saja lama sekali. Dengan uang yang dia miliki, sepertinya dia hanya sanggup memesan makanan seharga 40 ribu hingga 60 ribu!" seru Olivia.Kalana sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Namun, dia masih berpura-pura menasihati Olivia. Dia pun berkata, "Olivia, jangan berbicara seperti itu. Apa pun yang terjadi, kita harus menghargai kebiasaan hidup orang lain."Olivia menjulingkan matanya dan berkata, "Tapi, ucapanku nggak salah! Orang kampungan seperti dia nggak sama dengan kita! Meskipun sekarang dia bisa menggunakan penampilannya untuk menggoda kakakku, pandangan kedua orang
Pria itu hanya berkata dengan nada dingin, "Pakai bajumu!" Kemudian, dia meninggalkan Kalana sendirian di dalam ruangan dan pergi dengan tidak berperasaan ....Tentu saja Kalana percaya bahwa Agam bukanlah pria yang sembarangan karena Kalana sudah pernah melihat tekad dan prinsip ketegasan Agam terhadap dirinya sendiri!Namun, mengapa tekad dan prinsip seorang pria yang menjaga dirinya dan tidak memedulikan orang lain seperti Agam bisa hilang karena Pamela?!Mengapa?!Tiba-tiba, Pamela menerima panggilan dari nomor yang tidak dia ketahui, jadi dia mengira bahwa pesanannya sudah tiba. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menerima panggilan itu. "Halo?"Namun, untuk sekian lama, tidak ada suara yang terdengar dari ujung telepon lainnya ....Pamela mengernyit dengan aneh dan bertanya, "Halo, siapa ini? Kedengaran, nggak?""Kedengaran," jawab orang itu.Suara ini suara seorang pria, suaranya rendah dan dingin, terdengar sangat canggung.Pamela langsung mengenali suara ini sebagai suaranya
Melihat Pamela yang baru saja mematikan panggilannya, Kalana memasang senyuman "polos" yang paling dia kuasai."Kak Pamela, sepertinya kamu sibuk sekali, ya? Panggilan itu dari seorang teman pria yang ingin mencarimu, ya?" tanya Kalana.Pamela menyimpan ponselnya, lalu memeluk sebuah bantal di atas sofa dan menjawab dengan malas, "Iya, dia memang pria."Mata Kalana yang polos malah terlihat sinis dan jahat. "Tahukah Agam kamu masih berhubungan dengan pria lain secara pribadi?" tanya Kalana.Pamela menguap dan menjawab, "Seharusnya dia nggak tahu, deh!"Kalana berkata dengan agak kesal, "Agam nggak tahu? Kalau begitu, sepertinya kurang bagus, deh. Mumpung Agam lagi nggak di rumah, kamu memanggil pria lain datang mencarimu ke rumah. Kalau hal ini tersebar ke luar, orang-orang pasti akan bergunjing!"Pamela menoleh dan menatap Kalana sambil bertanya, "Nona Kalana, kamu sedang mengancamku bahwa kamu akan menyebarkan hal ini ke luar, ya?"Kalana mengernyit dengan gaya pura-pura manis dan be
"Kak Pamela, jangan tersedak, ya, saat kamu makan. Susu ini kutinggalkan untukmu, deh!" kata Kalana.Namun, saat Kalana menyodorkan gelas berisi susu ini pada Pamela, Kalana berpura-pura berdiri dengan tidak stabil, sehingga tubuhnya bergoyang dan susu di dalam gelas tumpah ke dalam kotak makanan yang baru saja Pamela buka!Semangkuk mi kuah yang sama sekali tidak tersentuh itu langsung tercampur dengan susu ....Kalana menutup mulutnya dengan tangannya dan berpura-pura terkejut sambil berkata, "Astaga! Kak Pamela, maaf, aku merusak makananmu! Aku ... aku nggak sengaja ...."Pamela hanya menatap mi kuah yang menjadi warna putih karena susu tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Melihat makanan pesanan Pamela tercampur dengan susu, Olivia merasa sangat senang. Dia pun tertawa, tetapi dia tidak lupa untuk memperhatikan kakak ipar yang dia sukai. "Kak Kalana, biarkan saja dia. Kamu nggak terbentur apa-apa, 'kan?" tanya Olivia.Kalana menggelengkan kepalanya dengan ekspresi gelisah s
Olivia memelototi Pamela dengan penuh kebencian dan berkata dengan kesal, "Kak Kalana, jangan hiraukan wanita gila ini lagi! Ayo pergi, biar kubawa kamu pergi mandi dulu dan ganti baju bersih di kamar. Nanti, kita baru minta pertanggungjawabannya!"Kalana menganggukkan kepalanya dan mengikuti Olivia ke lantai atas. Di tengah perjalanan, dia menoleh dan memelototi Pamela dengan tatapan yang suram dan kejam.Tatapan itu jelas-jelas menandakan perselisihan antara mereka yang tidak akan berakhir!Pamela hanya tersenyum sesaat, dia sama sekali tidak menganggap serius orang-orang itu. Dia menoleh dan memanggil dua pembantu wanita untuk membersihkan mi kuah yang tertumpah di lantai....Saat Dimas berjalan keluar dari dapur, dia kebetulan menyaksikan kejadian barusan. Dia membuang napas dengan tidak berdaya dan berjalan menghampiri Pamela."Nyonya, pesanan makanan ini sudah nggak bisa dimakan. Anda juga nggak boleh kelaparan. Saya biarkan orang dapur untuk persiapkan roti untuk Anda, ya, untu
Melihat hal ini, Jason mengernyit dan bertanya, "Sudah jam berapa, tapi kamu masih belum sarapan?"Pamela sudah lapar, jadi dia memakan sesuap rotinya terlebih dahulu, baru menjawab, "Ceritanya panjang. Cerita sarapanku hari ini agak berbelit-belit, jadi aku baru bisa makan dengan susah payah! Pak Jason seharusnya sudah sarapan, 'kan? Jadi aku nggak mengundangmu untuk makan lagi, ya!"Jason tidak peduli apakah Keluarga Dirgantara mempersiapkan sarapan untuknya atau tidak. Dia juga bukan datang untuk makan. Sekarang, hal yang dia pedulikan hanyalah gadis di hadapannya ini. "Dengan kondisi tubuhmu sekarang, kamu makan sarapan setelat ini. Selain itu, kamu hanya makan roti. Mana cukup gizinya?"Pamela berkata dengan acuh tak acuh, "Hari ini, ada situasi khusus. Selain itu, sebentar lagi sudah mau makan siang, kok."Jason mengangkat tangannya untuk melihat jam tangannya dan berkata, "Sekarang masih ada dua jam sebelum makan siang. Jangan-jangan kamu mau terus kelaparan selama ini?"Pamela
Setelah sekitar 15 menit kemudian, Jason baru berjalan keluar dari dapur sambil membawa semangkuk makanan yang panas dan meletakkannya dengan lembut di hadapan Pamela. "Coba, deh," kata Jason.Pamela melihat makanan panas itu, lalu mengambil sendoknya dan mengaduk makanan lengket yang terlihat seperti bubur kacang merah itu. Di dalamnya, terdapat bola-bola ketan kecil berwarna putih.Dia menatap Jason sambil bertanya, "Ini bubur kacang merah dengan bola-bola ketan?"Jason mengangguk dan berkata, "Iya. Kamu lagi hamil, jadi kamu nggak boleh kekurangan energi dan darah. Kacang merah bisa menambahkan energi dan darah dalam tubuhmu. Kalau bola-bola ketan, saat kamu masih kecil, kamu paling ...."Mendengar ucapan ini, Pamela terdiam sesaat. Dia mengernyit, matanya yang berkilau pun goyah, seakan-akan dia memahami sesuatu!Melihat dia mengernyit seperti ini, Jason merasa seperti ada yang mengganjal tenggorokannya. Dia tidak lagi melanjutkan ucapannya karena dia tidak ingin merusak nafsu maka