Perawat itu menjelaskan dengan gemetaran. "Karena kami melanggar aturan, setelah kami melihatnya, kami langsung menghancurkannya .... Tuan Jason, ada ... ada apa dengan Anda?"Pada saat ini, wajah Jason yang tampan terlihat sangat tegang. "Biar kutanya sekali lagi! Kamu yakin kamu nggak salah ingat? Tes DNA itu membuktikan kalau aku berhubungan kakak adik dengan Pamela?""Iya, saya nggak salah ingat ... karena taruhannya berkaitan dengan apakah saya bisa menjadi pekerja penuh waktu atau nggak, jadi saya yakin saya nggak salah ingat. Hasil tes DNA membuktikan bahwa Anda adalah saudara kandungnya Nona Pamela!" jawab perawat itu.Mendengar perawat itu berbicara dengan sangat tegas, Jason pun tercengang untuk sekian lama, sebelum dia melepaskan perawat itu.Sedangkan perawat yang mendapatkan kebebasan itu langsung menangis ketakutan ....Tangan Jason gemetaran. Informasi yang baru saja dia dapatkan ini adalah serangan yang sangat besar baginya!Selama ini, dia tidak tega bertindak terlalu
Mengapa bisa ada kebetulan seperti ini?!Apakah Tuhan sedang mempermainkannya?Pamela adalah Rembulan Yanuar, adiknya Jason yang terus Jason cari selama bertahun-tahun. Rembulan adalah Pamela!Dengan kedua matanya yang merah dan perasaan menyesal dalam hatinya, Jason berkata, "Artinya, aku, sebagai kakak kandungnya, berulang kali memfitnah adik kandungku sendiri, memihak pada orang lain dan menindasnya, bersikap kejam padanya, menyiramkan kopi di kepalanya dan bahkan hampir membuatnya menggugurkan keponakanku sendiri?"Dengan ekspresi kaku, Calvin juga berkata dengan serbasalah, "Emm ... Tuan, sebelumnya, Anda juga nggak tahu kalau Pamela adalah Nona Rembulan ...."Kakak adik ini akhirnya bertemu lagi, tetapi Jason malah bersikap sejahat itu pada Rembulan. Bagaimana mungkin Rembulan masih bersedia untuk mengakui kakaknya ini?Jason memegang keningnya sambil menarik napas dalam-dalam dengan lemas. "Pamela ... sekarang di mana?" tanya Jason.Calvin menjawab, "Nona Rembulan sudah pulang k
Agam pun tertawa karena dia berhasil menggoda gadis ini. Dia mengelus hidung gadis ini sambil berkata, "Baiklah, Paman nggak akan bicara lagi! Paman akan pergi kerja, mendapatkan uang untuk anak kita!"Pamela menjulingkan matanya dan berkata, "Huh, baguslah kalau begitu!"Pria ini mengelus rambut Pamela yang berantakan, lalu menyingkirkan selimutnya dan turun dari ranjang. Dia mengambil baju dari lemarinya dan berkata, "Jangan malas, pergi sarapan. Siang nanti, beri tahu Pak Dimas kamu mau makan apa. Dia akan menyuruh seseorang untuk menyiapkannya untukmu. Kalau makan malam, ayo makan bareng saat aku pulang nanti."Setelah pria setinggi 190 cm itu pergi, ranjangnya seketika terasa jauh makin lebar. Pamela berbaring kembali dan meregangkan tubuhnya dengan malas di dalam selimut, layaknya seekor kucing, lalu menjawab dengan tidak fokus, "Baiklah, aku mengerti!"Agam berulang kali menyuruhnya untuk tidak makan sembarangan di rumah, terutama makanan yang terlalu dingin ....Saat mereka bar
Setelah keluar dari kamar, Agam melihat jam tangannya, lalu memberi perintah pada Dimas, pengurus rumah yang berada tidak jauh darinya. "Jangan bangunkan dia dulu. Lewat jam 10, kalau dia belum bangun dan sarapan, baru pergi bangunkan dia," kata Agam.Dimas menundukkan kepalanya dengan penuh hormat dan berkata, "Tenang saja, Tuan. Saya pasti akan menjaga Nyonya dengan baik.""Baiklah," kata Agam.Kemudian, saat Agam berjalan sampai ke tangga, dia menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan berkata lagi, "Jangan biarkan dia makan terlalu banyak makanan ringan dan minum air es."Dimas tidak pernah melihat Agam begitu perhatian pada orang lain, jadi dia tercengang sesaat, lalu berkata, "Baik! Saya mengerti!"Sebelum pria ini pergi, dia sudah mulai merindukan gadis itu lagi.Dalam seumur hidupnya, dia tidak pernah begitu merindukan seseorang. Ternyata inilah rasanya jika hatinya terikat pada seseorang.Sebelumnya, saat dia pulang dari perjalanan bisnisnya, gadis itu sudah menghilang. Hal ini
Sungguh menyebalkan!Olivia berkacak pinggang sambil berkata, "Hei! Pamela, cepat ganti baju!""Kenapa?" tanya Pamela dengan alis terangkat. Dia melirik Olivia sekilas, lalu kembali melihat ponselnya.Dia tidak merasa heran dengan kedatangan Olivia tanpa izin. Tadi, Olivia berbicara dengan suara yang sangat keras dengan Dimas di depan pintu. Pamela tidak memiliki gangguan pendengaran, jadi tentu saja dia mendengar semuanya."Kenapa? Kamu tanya kenapa?! Kamu sudah menikah ke Keluarga Dirgantara, jadi kamu harus menuruti aturan Keluarga Dirgantara. Keluarga Dirgantara nggak menoleransi kemalasan! Kamu kira kami seperti orang miskin, bisa terus berbaring sesuka kami?!" seru Olivia.Pamela terkekeh dan berkata, "Di Keluarga Dirgantara, sepertinya aku menikah dengan kakakmu, bukan kamu. Kakakmu saja nggak mengatur aku, memangnya kamu bisa mengaturku?"Dengan gaya seorang nona dari keluarga kaya, Olivia membelalakkan matanya dan berkata, "Kenapa aku nggak bisa mengaturmu? Kamu benar-benar ki
Olivia melirik sekilas ke Pamela yang sedang bersandar dengan malas di kepala ranjang sambil menguap. Dia sama sekali tidak bisa memasang ekspresi bersalah dan meminta maaf pada gadis kampungan yang dia pandang rendah ini. "Kak, aku ...."Dari ponsel itu, Agam berkata dengan ekspresi kaku, "Kalau kamu nggak mau minta maaf, kemas barangmu!"Tidak peduli betapa enggannya Olivia meminta maaf, dia tetap saja merasa takut pada kakaknya. Dia bergegas menyerah dan menundukkan kepalanya pada Pamela yang bersandar di ranjang sambil berkata, "Kak Pamela, maaf, ya .... Ucapanku tadi nggak serius. Ke depannya, aku nggak akan berani berbicara seperti itu lagi denganmu .... Tolong maafkan aku, jangan biarkan kakakku mengusirku, ya ...."Pamela hanya menatapnya tanpa memberikan pernyataan jelas apa pun. Dia hanya mengulurkan tangannya dengan santai sambil berkata, "Balikkan ponselku, kamu bisa pergi."Pergi?!Dengan siapa Pamela berbicara? Apakah Pamela menganggapnya sebagai seorang bawahan?Melihat
Olivia mengernyit dengan kesal dan berkata, "Pak Dimas, kamu hanya tanya Pamela marah atau nggak, kenapa kamu nggak tanya aku marah atau nggak?!"Dimas tidak bisa menjawab pertanyaan ini.Olivia benar-benar merasa sangat kesal, sehingga melihat para pembantu di sisi Dimas pun dia merasa kesal. "Huh! Sepertinya keluarga ini akan segera menjadi Keluarga Alister, bahkan kalian juga memihak pada orang luar itu! Dasar nggak tahu berterima kasih!" seru Olivia.Dimas tampak tidak berdaya. Dia bukan ingin memihak pada siapa pun, tetapi masalah hari ini memang kesalahan Olivia yang bersikeras untuk memasuki kamar Pamela sesukanya ....Para pembantu itu juga merasa bahwa mereka tidak bersalah. Mereka juga tidak membela Pamela, melainkan merasa bahwa Olivia agak keterlaluan.Setelah Olivia kembali ke kamarnya sendiri dengan amarah yang menggebu-gebu, dia merasa makin marah, jadi dia menghubungi Kalana.Panggilan ini segera terhubung. Dengan suaranya yang tetap lembut seperti biasanya, Kalana bert
Setelah Kalana pergi, pengasuh itu menepuk-nepuk Revan yang berada dalam pelukannya dengan sedih sambil berkata, "Sudah, sudah, Nona Kalana sudah pergi. Revan, jangan takut lagi!"Revan baru berani menoleh. Setelah dia memastikan bahwa ibunya sudah tidak berada di dekatnya, tangisannya baru perlahan-lahan mereda ....Pengasuhnya membuang napas. Dia sebenarnya sudah sejak lama melihat bahwa Kalana mengadopsi anak ini bukan karena Kalana benar-benar menyayangi anak ini. Hanya di hadapan orang lain, barulah Kalana bersikap seakan-akan dia sangat memedulikan Revan. Namun, di belakang, dia sangat dingin dan asal-asalan ....Revan juga sangat sial. Dari kecil, dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah diadopsi ke keluarga kaya dengan susah payah, dia malah bertemu dengan seorang ibu yang hanya ingin memanfaatkannya!Bisa dibayangkan betapa banyak penderitaan yang akan anak ini alami ke depannya!...Di Kediaman Dirgantara.Pamela yang sedang tidur terbangun karena sebuah panggilan telepon.Dia