Pamela bisa merasakan detak jantung pria di hadapannya ini stabil, itu artinya pria ini tidak berbohong padanya.Namun, Pamela malah menunjukkan ekspresi mempermainkan dan berkata, "Paman, kamu sudah berusia tiga puluhan tahun, kenapa kamu nggak pernah berpacaran?"Agam memasang ekspresi muram dan berkata dengan nada dingin, "Aku sibuk, nggak punya waktu."Pamela mengerutkan keningnya dan berkata, "Ya ampun, sayang sekali pria sepertimu sudah menyia-nyiakan wajah tampanmu! Paman, saat kamu masih muda, kamu pasti sangat tampan, 'kan? Ah, sayang sekali! Sayang sekali, usia terbaikmu sudah berlalu!"Sorot mata Agam berubah menjadi gelap. "Kenapa? Apa sekarang aku sudah sangat tua?"Melihat sosok pria dewasa yang mengenakan setelan jas dengan rambut tertata rapi ini, sebenarnya dalam lubuk hatinya, Pamela merasa pria di hadapannya ini masih sangat tampan. Namun, dia sengaja menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, ya, begitulah ...."Ekspresi Agam langsung berubah menjadi muram. Seolah-o
Agam menyipitkan matanya dan menatap wanita di hadapannya, lalu tertawa dingin dan berkata, "Nona Pamela, anak dalam kandunganmu adalah anakku, kenapa kamu malah mengatakan kamu nggak ada hubungannya denganku? Beri tahu aku, pria normal manakah yang bisa terima ibu dari anaknya tinggal bersama pria lain di luar sana?"Pamela tidak bisa menyangkal ucapan Agam.Seperti dugaannya, dia tidak bisa membiarkan pria itu mengetahui dirinya sudah hamil.Kalau pria itu sudah tahu dirinya hamil, tidak peduli apakah anaknya tetap dipertahankan atau tidak, pria itu tidak akan melepaskannya lagi ........Tak lama kemudian, Ervin sudah melajukan mobil ke kompleks tempat tinggal Pamela, yaitu Kompleks Perindum.Setelah terlepas dari pelukan Agam, Pamela keluar dari mobil dan berjalan ke gedung tempat tinggalnya.Sementara itu, seorang pria yang tinggi dan tegap mengikutinya dari belakang, ikut bersamanya naik ke lantai atas.Karena situasi sudah seperti ini, Pamela sendiri mengetahui dengan jelas bahw
Namun, karena tempat ini adalah tempat tinggal Pamela bersama pria lain, dia tetap sangat tidak menyukai tempat ini.Melihat ada beberapa buku di rak buku yang terletak di samping sofa, karena merasa kebosanan, Agam mengambil sebuah majalah dan melihat-lihat majalah tersebut."Meong."Tiba-tiba, terdengar suara kucing di dekatnya.Begitu mendengar suara itu, Agam langsung mendongak. Dia melihat seekor kucing gemuk berwarna putih sedang menatapnya dengan tatapan waspada, bahkan pergerakan kucing menggemaskan itu juga tampak waspada seperti sedang menghadapi musuh.Agam mengerutkan keningnya dan menatap kucing yang tampak tidak menyukai kehadirannya itu, seolah-olah hanyut dalam pemikirannya sendiri.Dia tidak pernah memelihara hewan peliharaan, juga tidak menyukai makhluk yang berbulu.Namun, mengingat kucing itu adalah kucing peliharaan gadis-nya, kasih sayang terhadap kucing itu pun menyelimuti hatinya.Setelah berpikir sejenak, dia menutup majalah dalam genggamannya, lalu mengulurkan
"Terima kasih atas kerjasamanya, Tuan Agam!"Sebenarnya, Marlon memahami makna ucapan Agam tidak sesederhana kedengarannya. Namun, dia tidak memahami detail ucapan pria itu, jadi dia hanya bisa menjawab apa adanya.Walaupun dua pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi, tetapi suasana di ruang tamu sangat tegang, seolah-olah pertanda badai akan menerjang ....Untung saja, Pamela keluar dari kamar dengan menarik kopernya tepat waktu dan memecah keheningan tak biasa ruang tamu itu."Paman, aku sudah selesai membereskan barang-barangku!"Tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, Agam hanya sedikit menganggukkan kepalanya, lalu bangkit dari sofa dan berjalan ke arahnya.Marlon juga ikut bangkit dari sofa, lalu bertanya dengan ekspresi "penuh cinta", "Sayang, kenapa kamu keluar dengan menarik koper? Kamu mau ke mana? Kenapa nggak memberitahuku?"Pamela melirik Marlon yang sedang berperan layaknya seorang suami yang sangat mencintai istrinya, sudut bibirnya tampak berkedut, lalu dia berkata
'Sudahlah, nggak perlu melakukan hal yang merugikan diri sendiri!'Setelah tiba di halaman kediaman Keluarga Dirgantara, Pamela keluar dari mobil.Ervin segera mengeluarkan kopernya dari bagasi mobil, sedangkan Pamela sendiri berdiri mematung di samping mobil sambil memandangi tempat yang sudah lama ditinggalkannya. Dia berdiri mematung cukup lama tanpa melangkahkan kakinya.Agam menyelipkan tangannya ke dalam saku celananya, lalu menatap Pamela dan berkata, "Kenapa kamu masih melamun di sana? Kamu nggak mau masuk?"'Ya, aku memang nggak mau masuk!' Pamela melirik pria itu sekilas, lalu melangkahkan kakinya menuju ke pintu utama kediaman Keluarga Dirgantara ....Berdasarkan karakter pria itu, kalau dia tidak berinisiatif berjalan sendiri, pria itu pasti akan menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam secara paksa!Melihat sosok bayangan Pamela yang tampak kooperatif sekaligus melangkahkan kakinya dengan enggan itu, Agam mengerutkan keningnya seolah-olah memikirkan sesuatu. Kemudian,
Olivia berkata dengan marah, "Ya! Selain itu, aku melihat Ervin membawa satu koper masuk ke sini. Koper itu pasti milik Pamela!""Huh! Pamela benar-benar nggak tahu malu! Jelas-jelas dia sendiri yang berinisiatif pergi, sekarang dia malah kembali lagi untuk menggoda kakakku, merusak hubungan antara kamu dengan kakakku!""Kulihat sebelumnya dia sengaja menghilang, itu adalah triknya untuk menundukkan kakakku!"Di ujung telepon, ekspresi Kalana benar-benar sangat masam. Dia mencengkeram ponselnya dengan erat dan menggertakkan giginya.Awalnya dia mengira hari ini dia bisa menyingkirkan bom waktu dalam perut Pamela itu dengan mulus, ke depannya dia sudah bisa menjalani kehidupannya dengan tenang.Namun, dia sama sekali tidak menyangka Agam malah tiba-tiba muncul, bahkan menggendong Pamela keluar dari ruang operasi!Hal yang paling dia benci adalah sepertinya kesempatan ini membuat keduanya berbaikan lagi. Sungguh menyebalkan!Kalana benar-benar sangat kesal dan sangat membenci Pamela. Den
Sorot mata Stevi tampak sedikit berkedip. "Nggak ... nggak apa-apa! Aku hanya datang untuk melihat apakah kakimu yang keseleo sudah membaik?""Hmm, sudah jauh lebih baik. Sekarang aku sudah bisa berjalan dengan normal. Tapi, aku masih belum boleh melakukan olahraga ekstrem.""Baguslah kalau begitu!"Samar-samar, kilatan jijik melintas di mata Kalana saat dia menatap Stevi. Sebenarnya, dia bisa menebak pikiran Stevi dengan mudah.Stevi sangat menyukai Jason, kakaknya. Wanita itu selalu mencari-cari alasan untuk berkunjung ke sini. Sebenarnya, tujuan utama wanita itu adalah mencari kesempatan untuk mendekati kakaknya!Melihat sosok "sahabat" yang sangat tergila-gila pada kakaknya itu, tiba-tiba sebuah ide melintas di benak Kalana!Karena itulah, dia segera merangkai kata-kata, lalu berpura-pura mendesah dengan sedih dan berkata, "Stevi, kebetulan kamu datang. Ada satu hal .... Sebagai seorang teman, aku harus memberitahumu ...."Stevi tertegun sejenak dan berkata, "Hal apa?"Kalana berka
Kalana menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, dia jelas-jelas sudah berjanji pada kakakku untuk menggugurkan kandungannya. Tapi, saat sudah berada di meja operasi, dia malah berubah pikiran. Aku nggak bisa menghentikannya ...."Begitu mendengar ucapan Kalana, mata Stevi langsung memerah. Dia berkata dengan marah, "Kenapa? Memangnya dia ingin melahirkan anak Kak Jason? Apa dia pikir dia pantas memiliki Kak Jason?!""Kalana, cepat beri tahu aku di mana keberadaan Pamela si wanita jalang itu sekarang! Aku akan pergi menemuinya sekarang juga! Aku nggak akan membiarkan wanita jalang itu melahirkan anak Kak Jason dan memberinya kesempatan untuk memaksa Kak Jason menikahinya!"Kalana menundukkan kepalanya dengan sedih, lalu berpura-pura seperti sedang menyeka air mata. "Baru saja Olivia, adik Agam meneleponku. Dia mengatakan Pamela pergi ke kediaman Keluarga Dirgantara untuk mencari Agam lagi ...."Stevi berkata dengan ekspresi seolah sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya, "Apa?