'Sudahlah, nggak perlu melakukan hal yang merugikan diri sendiri!'Setelah tiba di halaman kediaman Keluarga Dirgantara, Pamela keluar dari mobil.Ervin segera mengeluarkan kopernya dari bagasi mobil, sedangkan Pamela sendiri berdiri mematung di samping mobil sambil memandangi tempat yang sudah lama ditinggalkannya. Dia berdiri mematung cukup lama tanpa melangkahkan kakinya.Agam menyelipkan tangannya ke dalam saku celananya, lalu menatap Pamela dan berkata, "Kenapa kamu masih melamun di sana? Kamu nggak mau masuk?"'Ya, aku memang nggak mau masuk!' Pamela melirik pria itu sekilas, lalu melangkahkan kakinya menuju ke pintu utama kediaman Keluarga Dirgantara ....Berdasarkan karakter pria itu, kalau dia tidak berinisiatif berjalan sendiri, pria itu pasti akan menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam secara paksa!Melihat sosok bayangan Pamela yang tampak kooperatif sekaligus melangkahkan kakinya dengan enggan itu, Agam mengerutkan keningnya seolah-olah memikirkan sesuatu. Kemudian,
Olivia berkata dengan marah, "Ya! Selain itu, aku melihat Ervin membawa satu koper masuk ke sini. Koper itu pasti milik Pamela!""Huh! Pamela benar-benar nggak tahu malu! Jelas-jelas dia sendiri yang berinisiatif pergi, sekarang dia malah kembali lagi untuk menggoda kakakku, merusak hubungan antara kamu dengan kakakku!""Kulihat sebelumnya dia sengaja menghilang, itu adalah triknya untuk menundukkan kakakku!"Di ujung telepon, ekspresi Kalana benar-benar sangat masam. Dia mencengkeram ponselnya dengan erat dan menggertakkan giginya.Awalnya dia mengira hari ini dia bisa menyingkirkan bom waktu dalam perut Pamela itu dengan mulus, ke depannya dia sudah bisa menjalani kehidupannya dengan tenang.Namun, dia sama sekali tidak menyangka Agam malah tiba-tiba muncul, bahkan menggendong Pamela keluar dari ruang operasi!Hal yang paling dia benci adalah sepertinya kesempatan ini membuat keduanya berbaikan lagi. Sungguh menyebalkan!Kalana benar-benar sangat kesal dan sangat membenci Pamela. Den
Sorot mata Stevi tampak sedikit berkedip. "Nggak ... nggak apa-apa! Aku hanya datang untuk melihat apakah kakimu yang keseleo sudah membaik?""Hmm, sudah jauh lebih baik. Sekarang aku sudah bisa berjalan dengan normal. Tapi, aku masih belum boleh melakukan olahraga ekstrem.""Baguslah kalau begitu!"Samar-samar, kilatan jijik melintas di mata Kalana saat dia menatap Stevi. Sebenarnya, dia bisa menebak pikiran Stevi dengan mudah.Stevi sangat menyukai Jason, kakaknya. Wanita itu selalu mencari-cari alasan untuk berkunjung ke sini. Sebenarnya, tujuan utama wanita itu adalah mencari kesempatan untuk mendekati kakaknya!Melihat sosok "sahabat" yang sangat tergila-gila pada kakaknya itu, tiba-tiba sebuah ide melintas di benak Kalana!Karena itulah, dia segera merangkai kata-kata, lalu berpura-pura mendesah dengan sedih dan berkata, "Stevi, kebetulan kamu datang. Ada satu hal .... Sebagai seorang teman, aku harus memberitahumu ...."Stevi tertegun sejenak dan berkata, "Hal apa?"Kalana berka
Kalana menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, dia jelas-jelas sudah berjanji pada kakakku untuk menggugurkan kandungannya. Tapi, saat sudah berada di meja operasi, dia malah berubah pikiran. Aku nggak bisa menghentikannya ...."Begitu mendengar ucapan Kalana, mata Stevi langsung memerah. Dia berkata dengan marah, "Kenapa? Memangnya dia ingin melahirkan anak Kak Jason? Apa dia pikir dia pantas memiliki Kak Jason?!""Kalana, cepat beri tahu aku di mana keberadaan Pamela si wanita jalang itu sekarang! Aku akan pergi menemuinya sekarang juga! Aku nggak akan membiarkan wanita jalang itu melahirkan anak Kak Jason dan memberinya kesempatan untuk memaksa Kak Jason menikahinya!"Kalana menundukkan kepalanya dengan sedih, lalu berpura-pura seperti sedang menyeka air mata. "Baru saja Olivia, adik Agam meneleponku. Dia mengatakan Pamela pergi ke kediaman Keluarga Dirgantara untuk mencari Agam lagi ...."Stevi berkata dengan ekspresi seolah sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya, "Apa?
Bocah itu tidak lain adalah Revan.Revan adalah anak yang diadopsi oleh Kalana dengan ditemani oleh Agam. Hingga saat ini, bocah lelaki itu masih belum memiliki nama lengkap.Belakangan ini, dia juga tidak menjaga anak. Bocah itu dijaga oleh pengasuh sepanjang hari.Hal yang paling penting adalah dia sudah malas menjaga anak!Sebelumnya, anak ini masih sedikit bernilai karena masih bisa dijadikan sebagai alasan untuk mengganggu Agam dan menjerat pria itu untuk sementara waktu.Namun, situasi sekarang sudah berbeda. Kini, Agam sudah tahu Pamela sedang mengandung anaknya. Dapat dibayangkan bahwa pria itu tidak akan memedulikan anak adopsi yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengannya lagi.Kalau begitu, anak ini hanya menjadi beban baginya, sama sekali tidak bisa dimanfaatkan lagi.Sebenarnya Kalana memang sama sekali tidak menyayangi anak ini. Selain ingin memanfaatkan bocah itu, kasih sayang layaknya seorang ibu sama sekali tidak ada.Kasih sayang seorang ibu yang dicurahkan pada
Kalana hanya tertegun sesaat, lalu segera menarik lengannya yang sedang mencubit bocah itu.Wanita itu sangat tenang. Dengan pergerakan cepat, dia langsung menutupi bagian tubuh Revan yang memerah akibat cubitannya. Kemudian, bagaikan seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya, dia memeluk bocah itu dan menghiburnya, "Jangan menangis, sayang. Ibu ada di sini. Revan jangan menangis lagi, ya. Nggak apa-apa, sayang."Menghadapi perubahan sikap ibunya secara tiba-tiba itu, suara tangisan Revan sedikit mengecil. Namun, sesungguhnya dalam lubuk hati bocah itu, dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi ....Jason menghampiri mereka, kilatan kebingungan dan kecurigaan melintas di matanya. "Kalana, ada apa? Kenapa Revan menangis seperti ini?"Kalana mendongak, memasang ekspresi polos dan berkata, "Kak, Kakak sudah pulang, ya. Nggak ... apa-apa. Tadi, tanpa sengaja Revan terjatuh ke lantai. Mungkin karena kesakitan, dia menangis seperti ini. Ini aku sedang menghiburnya."Setelah men
'Siang bolong begini, mereka nggak mungkin sedang tidur, 'kan?'....Di dalam kamar.Pamela sedang berdiri di tengah kamar sambil mengamati sekeliling.Kamar ini adalah kamar tidur Agam, juga merupakan kamar yang mereka tempati saat mereka menjalin hubungan pernikahan palsu.Dekorasi di dalam kamar tampak sama persis seperti sebelum dia pergi meninggalkan rumah ini, sama sekali tidak ada perubahan. Namun, perasaannya saat menempati kamar ini lagi sudah berbeda ....Sementara itu, apa yang sedang dirasakan oleh Agam saat ini sama sekali tidak bisa ditebak melalui ekspresinya. Dia menatap wanita di sampingnya dengan dingin, lalu berkata dengan nada memerintah, "Bau desinfektan menyelimuti seluruh tubuhmu. Cepat pergi mandi dan ganti pakaianmu!"Pamela tersadar kembali. Dia menundukkan kepalanya untuk menghirup aroma pakaian yang dikenakannya, serta mengangkat lengannya untuk menghirup aroma lengan bajunya. Benar saja, aroma desinfektan rumah sakit langsung menyambut indra penciumannya.T
Bertatapan dengan tatapan berbinar pria itu, bulu mata Pamela sedikit bergetar. Tiba-tiba, hatinya berdebar dengan kencang ....Seseorang yang biasanya ahli berdebat sepertinya, malah tidak tahu harus berkata apa di saat seperti ini."Tuan Agam, kamu ... cepat keluar dari sini!"Dia hanya ingin mengusir pria itu keluar dari sini. Sambil berbicara, dia mengangkat lengannya dan menunjuk ke arah pintu kamar mandi.Karena pergerakan mengangkat lengan dan menunjuk ke arah pintu Pamela, pandangan pria itu beralih ke bawah sambil menyipitkan matanya.Sorot matanya benar-benar menarik, seakan-akan mendapati sesuatu yang sangat indah untuk dipandang.Pamela harus menyadari bahwa dia sudah lupa menutupi payudaranya. Dia berteriak dengan malu, lalu meringkuk dan memeluk kedua lututnya dengan erat."Agam! Dasar pria nggak tahu malu!"Gadis-nya sangat jarang memanggil namanya secara langsung seperti ini. Sepertinya gadis-nya benar-benar sudah marah.Namun, dia malah tertawa melihat ekspresi kebingu
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen