"Terima kasih atas kerjasamanya, Tuan Agam!"Sebenarnya, Marlon memahami makna ucapan Agam tidak sesederhana kedengarannya. Namun, dia tidak memahami detail ucapan pria itu, jadi dia hanya bisa menjawab apa adanya.Walaupun dua pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi, tetapi suasana di ruang tamu sangat tegang, seolah-olah pertanda badai akan menerjang ....Untung saja, Pamela keluar dari kamar dengan menarik kopernya tepat waktu dan memecah keheningan tak biasa ruang tamu itu."Paman, aku sudah selesai membereskan barang-barangku!"Tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, Agam hanya sedikit menganggukkan kepalanya, lalu bangkit dari sofa dan berjalan ke arahnya.Marlon juga ikut bangkit dari sofa, lalu bertanya dengan ekspresi "penuh cinta", "Sayang, kenapa kamu keluar dengan menarik koper? Kamu mau ke mana? Kenapa nggak memberitahuku?"Pamela melirik Marlon yang sedang berperan layaknya seorang suami yang sangat mencintai istrinya, sudut bibirnya tampak berkedut, lalu dia berkata
'Sudahlah, nggak perlu melakukan hal yang merugikan diri sendiri!'Setelah tiba di halaman kediaman Keluarga Dirgantara, Pamela keluar dari mobil.Ervin segera mengeluarkan kopernya dari bagasi mobil, sedangkan Pamela sendiri berdiri mematung di samping mobil sambil memandangi tempat yang sudah lama ditinggalkannya. Dia berdiri mematung cukup lama tanpa melangkahkan kakinya.Agam menyelipkan tangannya ke dalam saku celananya, lalu menatap Pamela dan berkata, "Kenapa kamu masih melamun di sana? Kamu nggak mau masuk?"'Ya, aku memang nggak mau masuk!' Pamela melirik pria itu sekilas, lalu melangkahkan kakinya menuju ke pintu utama kediaman Keluarga Dirgantara ....Berdasarkan karakter pria itu, kalau dia tidak berinisiatif berjalan sendiri, pria itu pasti akan menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam secara paksa!Melihat sosok bayangan Pamela yang tampak kooperatif sekaligus melangkahkan kakinya dengan enggan itu, Agam mengerutkan keningnya seolah-olah memikirkan sesuatu. Kemudian,
Olivia berkata dengan marah, "Ya! Selain itu, aku melihat Ervin membawa satu koper masuk ke sini. Koper itu pasti milik Pamela!""Huh! Pamela benar-benar nggak tahu malu! Jelas-jelas dia sendiri yang berinisiatif pergi, sekarang dia malah kembali lagi untuk menggoda kakakku, merusak hubungan antara kamu dengan kakakku!""Kulihat sebelumnya dia sengaja menghilang, itu adalah triknya untuk menundukkan kakakku!"Di ujung telepon, ekspresi Kalana benar-benar sangat masam. Dia mencengkeram ponselnya dengan erat dan menggertakkan giginya.Awalnya dia mengira hari ini dia bisa menyingkirkan bom waktu dalam perut Pamela itu dengan mulus, ke depannya dia sudah bisa menjalani kehidupannya dengan tenang.Namun, dia sama sekali tidak menyangka Agam malah tiba-tiba muncul, bahkan menggendong Pamela keluar dari ruang operasi!Hal yang paling dia benci adalah sepertinya kesempatan ini membuat keduanya berbaikan lagi. Sungguh menyebalkan!Kalana benar-benar sangat kesal dan sangat membenci Pamela. Den
Sorot mata Stevi tampak sedikit berkedip. "Nggak ... nggak apa-apa! Aku hanya datang untuk melihat apakah kakimu yang keseleo sudah membaik?""Hmm, sudah jauh lebih baik. Sekarang aku sudah bisa berjalan dengan normal. Tapi, aku masih belum boleh melakukan olahraga ekstrem.""Baguslah kalau begitu!"Samar-samar, kilatan jijik melintas di mata Kalana saat dia menatap Stevi. Sebenarnya, dia bisa menebak pikiran Stevi dengan mudah.Stevi sangat menyukai Jason, kakaknya. Wanita itu selalu mencari-cari alasan untuk berkunjung ke sini. Sebenarnya, tujuan utama wanita itu adalah mencari kesempatan untuk mendekati kakaknya!Melihat sosok "sahabat" yang sangat tergila-gila pada kakaknya itu, tiba-tiba sebuah ide melintas di benak Kalana!Karena itulah, dia segera merangkai kata-kata, lalu berpura-pura mendesah dengan sedih dan berkata, "Stevi, kebetulan kamu datang. Ada satu hal .... Sebagai seorang teman, aku harus memberitahumu ...."Stevi tertegun sejenak dan berkata, "Hal apa?"Kalana berka
Kalana menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, dia jelas-jelas sudah berjanji pada kakakku untuk menggugurkan kandungannya. Tapi, saat sudah berada di meja operasi, dia malah berubah pikiran. Aku nggak bisa menghentikannya ...."Begitu mendengar ucapan Kalana, mata Stevi langsung memerah. Dia berkata dengan marah, "Kenapa? Memangnya dia ingin melahirkan anak Kak Jason? Apa dia pikir dia pantas memiliki Kak Jason?!""Kalana, cepat beri tahu aku di mana keberadaan Pamela si wanita jalang itu sekarang! Aku akan pergi menemuinya sekarang juga! Aku nggak akan membiarkan wanita jalang itu melahirkan anak Kak Jason dan memberinya kesempatan untuk memaksa Kak Jason menikahinya!"Kalana menundukkan kepalanya dengan sedih, lalu berpura-pura seperti sedang menyeka air mata. "Baru saja Olivia, adik Agam meneleponku. Dia mengatakan Pamela pergi ke kediaman Keluarga Dirgantara untuk mencari Agam lagi ...."Stevi berkata dengan ekspresi seolah sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya, "Apa?
Bocah itu tidak lain adalah Revan.Revan adalah anak yang diadopsi oleh Kalana dengan ditemani oleh Agam. Hingga saat ini, bocah lelaki itu masih belum memiliki nama lengkap.Belakangan ini, dia juga tidak menjaga anak. Bocah itu dijaga oleh pengasuh sepanjang hari.Hal yang paling penting adalah dia sudah malas menjaga anak!Sebelumnya, anak ini masih sedikit bernilai karena masih bisa dijadikan sebagai alasan untuk mengganggu Agam dan menjerat pria itu untuk sementara waktu.Namun, situasi sekarang sudah berbeda. Kini, Agam sudah tahu Pamela sedang mengandung anaknya. Dapat dibayangkan bahwa pria itu tidak akan memedulikan anak adopsi yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengannya lagi.Kalau begitu, anak ini hanya menjadi beban baginya, sama sekali tidak bisa dimanfaatkan lagi.Sebenarnya Kalana memang sama sekali tidak menyayangi anak ini. Selain ingin memanfaatkan bocah itu, kasih sayang layaknya seorang ibu sama sekali tidak ada.Kasih sayang seorang ibu yang dicurahkan pada
Kalana hanya tertegun sesaat, lalu segera menarik lengannya yang sedang mencubit bocah itu.Wanita itu sangat tenang. Dengan pergerakan cepat, dia langsung menutupi bagian tubuh Revan yang memerah akibat cubitannya. Kemudian, bagaikan seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya, dia memeluk bocah itu dan menghiburnya, "Jangan menangis, sayang. Ibu ada di sini. Revan jangan menangis lagi, ya. Nggak apa-apa, sayang."Menghadapi perubahan sikap ibunya secara tiba-tiba itu, suara tangisan Revan sedikit mengecil. Namun, sesungguhnya dalam lubuk hati bocah itu, dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi ....Jason menghampiri mereka, kilatan kebingungan dan kecurigaan melintas di matanya. "Kalana, ada apa? Kenapa Revan menangis seperti ini?"Kalana mendongak, memasang ekspresi polos dan berkata, "Kak, Kakak sudah pulang, ya. Nggak ... apa-apa. Tadi, tanpa sengaja Revan terjatuh ke lantai. Mungkin karena kesakitan, dia menangis seperti ini. Ini aku sedang menghiburnya."Setelah men
'Siang bolong begini, mereka nggak mungkin sedang tidur, 'kan?'....Di dalam kamar.Pamela sedang berdiri di tengah kamar sambil mengamati sekeliling.Kamar ini adalah kamar tidur Agam, juga merupakan kamar yang mereka tempati saat mereka menjalin hubungan pernikahan palsu.Dekorasi di dalam kamar tampak sama persis seperti sebelum dia pergi meninggalkan rumah ini, sama sekali tidak ada perubahan. Namun, perasaannya saat menempati kamar ini lagi sudah berbeda ....Sementara itu, apa yang sedang dirasakan oleh Agam saat ini sama sekali tidak bisa ditebak melalui ekspresinya. Dia menatap wanita di sampingnya dengan dingin, lalu berkata dengan nada memerintah, "Bau desinfektan menyelimuti seluruh tubuhmu. Cepat pergi mandi dan ganti pakaianmu!"Pamela tersadar kembali. Dia menundukkan kepalanya untuk menghirup aroma pakaian yang dikenakannya, serta mengangkat lengannya untuk menghirup aroma lengan bajunya. Benar saja, aroma desinfektan rumah sakit langsung menyambut indra penciumannya.T