Bocah itu tidak lain adalah Revan.Revan adalah anak yang diadopsi oleh Kalana dengan ditemani oleh Agam. Hingga saat ini, bocah lelaki itu masih belum memiliki nama lengkap.Belakangan ini, dia juga tidak menjaga anak. Bocah itu dijaga oleh pengasuh sepanjang hari.Hal yang paling penting adalah dia sudah malas menjaga anak!Sebelumnya, anak ini masih sedikit bernilai karena masih bisa dijadikan sebagai alasan untuk mengganggu Agam dan menjerat pria itu untuk sementara waktu.Namun, situasi sekarang sudah berbeda. Kini, Agam sudah tahu Pamela sedang mengandung anaknya. Dapat dibayangkan bahwa pria itu tidak akan memedulikan anak adopsi yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengannya lagi.Kalau begitu, anak ini hanya menjadi beban baginya, sama sekali tidak bisa dimanfaatkan lagi.Sebenarnya Kalana memang sama sekali tidak menyayangi anak ini. Selain ingin memanfaatkan bocah itu, kasih sayang layaknya seorang ibu sama sekali tidak ada.Kasih sayang seorang ibu yang dicurahkan pada
Kalana hanya tertegun sesaat, lalu segera menarik lengannya yang sedang mencubit bocah itu.Wanita itu sangat tenang. Dengan pergerakan cepat, dia langsung menutupi bagian tubuh Revan yang memerah akibat cubitannya. Kemudian, bagaikan seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya, dia memeluk bocah itu dan menghiburnya, "Jangan menangis, sayang. Ibu ada di sini. Revan jangan menangis lagi, ya. Nggak apa-apa, sayang."Menghadapi perubahan sikap ibunya secara tiba-tiba itu, suara tangisan Revan sedikit mengecil. Namun, sesungguhnya dalam lubuk hati bocah itu, dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi ....Jason menghampiri mereka, kilatan kebingungan dan kecurigaan melintas di matanya. "Kalana, ada apa? Kenapa Revan menangis seperti ini?"Kalana mendongak, memasang ekspresi polos dan berkata, "Kak, Kakak sudah pulang, ya. Nggak ... apa-apa. Tadi, tanpa sengaja Revan terjatuh ke lantai. Mungkin karena kesakitan, dia menangis seperti ini. Ini aku sedang menghiburnya."Setelah men
'Siang bolong begini, mereka nggak mungkin sedang tidur, 'kan?'....Di dalam kamar.Pamela sedang berdiri di tengah kamar sambil mengamati sekeliling.Kamar ini adalah kamar tidur Agam, juga merupakan kamar yang mereka tempati saat mereka menjalin hubungan pernikahan palsu.Dekorasi di dalam kamar tampak sama persis seperti sebelum dia pergi meninggalkan rumah ini, sama sekali tidak ada perubahan. Namun, perasaannya saat menempati kamar ini lagi sudah berbeda ....Sementara itu, apa yang sedang dirasakan oleh Agam saat ini sama sekali tidak bisa ditebak melalui ekspresinya. Dia menatap wanita di sampingnya dengan dingin, lalu berkata dengan nada memerintah, "Bau desinfektan menyelimuti seluruh tubuhmu. Cepat pergi mandi dan ganti pakaianmu!"Pamela tersadar kembali. Dia menundukkan kepalanya untuk menghirup aroma pakaian yang dikenakannya, serta mengangkat lengannya untuk menghirup aroma lengan bajunya. Benar saja, aroma desinfektan rumah sakit langsung menyambut indra penciumannya.T
Bertatapan dengan tatapan berbinar pria itu, bulu mata Pamela sedikit bergetar. Tiba-tiba, hatinya berdebar dengan kencang ....Seseorang yang biasanya ahli berdebat sepertinya, malah tidak tahu harus berkata apa di saat seperti ini."Tuan Agam, kamu ... cepat keluar dari sini!"Dia hanya ingin mengusir pria itu keluar dari sini. Sambil berbicara, dia mengangkat lengannya dan menunjuk ke arah pintu kamar mandi.Karena pergerakan mengangkat lengan dan menunjuk ke arah pintu Pamela, pandangan pria itu beralih ke bawah sambil menyipitkan matanya.Sorot matanya benar-benar menarik, seakan-akan mendapati sesuatu yang sangat indah untuk dipandang.Pamela harus menyadari bahwa dia sudah lupa menutupi payudaranya. Dia berteriak dengan malu, lalu meringkuk dan memeluk kedua lututnya dengan erat."Agam! Dasar pria nggak tahu malu!"Gadis-nya sangat jarang memanggil namanya secara langsung seperti ini. Sepertinya gadis-nya benar-benar sudah marah.Namun, dia malah tertawa melihat ekspresi kebingu
Seolah-olah sedang menatap anak kecil yang ceroboh, Agam menatap wanita itu dengan tatapan tegas dan berkata, "Rambutmu belum dicuci bersih, masih dipenuhi dengan busa. Untuk apa kamu terburu-buru keluar?!"Pamela tertegun sejenak. Dia ingat sebelum tertidur di dalam bak mandi, dia sedang mencuci rambutnya. Alhasil, saat sedang mencuci rambut, dia malah mengantuk dan tertidur ....Dia memasang ekspresi cemberut, lalu kembali mengusir pria yang berada di dalam kamar mandi ini. "Kalau kamu nggak keluar, bagaimana aku bisa mencuci rambutku?"Agam juga tidak ingin beromong kosong dengan Pamela lagi. Dia langsung mengulurkan tangannya dan mengambil shower, lalu berkata dengan nada setengah memerintah, "Pejamkan matamu."Pamela tertegun sejenak. 'Ah? Dia menyuruhku untuk memejamkan mataku? Untuk apa? Apa dia berniat untuk mencuci rambutku? Memangnya dia tahu caranya melayani orang lain?'"Kenapa kamu masih melamun saja? Cepat pejamkan matamu," kata Agam dengan nada memerintah.Mendengar peri
"Aku punya sedikit saham di Perusahaan Vasant," kata Pamela dengan hati-hati.Agam menatap wanita itu tatapan serius. 'Sedikit? Atau sekitar triliunan?'Sejak mendapati Pamela bersama Marlon, dia mengutus Ervin untuk menyelidiki latar belakang dan segala sesuatu tentang Perusahaan Vasant.Perusahaan Vasant tidak ada latar belakang apa pun, benar-benar didirikan dari nol, adalah sebuah perusahaan domestik yang perkembangannya sangat signifikan. Hanya dalam beberapa tahun saja, perusahaan yang satu ini sudah mencapai level yang sama dengan perusahaan besar milik keluarga terkemuka di Kota Marila. Kekuatan perusahaan ini benar-benar tidak bisa dianggap remeh.Hanya saja, Ariel, direktur perusahaan dan Marlon, wakil direktur perusahaan bukanlah bos besar Perusahaan Vasant. Saham perusahaan sebesar enam puluh persen berada di tangan seorang pemegang saham besar yang misterius.Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa pemegang saham besar misterius itu adalah seorang wanita muda.Sejak awal, Aga
Agam meletakkan shower dalam genggamannya, memegang kepala gadis-nya yang basah dengan kedua tangannya, lalu duduk di tepi bak mandi, menundukkan kepalanya mendekati gadisnya. Dengan suara serak basah menggoda, dia berkata, "Kamu nggak perlu khawatir, kamu sudah ditakdirkan untukku. Kita sangat cocok satu sama lain."Dalam sekejap, jarak keduanya menjadi sangat dekat. Pamela tertegun, aliran napasnya seolah berhenti.Dia juga tidak tahu bagaimana ciuman itu mendarat di bibirnya.Pamela hanya merasakan kepalanya seolah berdengung, pikirannya menjadi kacau balau.Hanya ada suara air mengalir dan deru napas stabil pria itu yang terdengar di telinganya ....Dia merasakan dirinya seolah dilahap oleh sebuah lubang hitam, dia tidak berdaya untuk meronta. Sekujur tubuhnya diselimuti oleh aura panas.Awalnya, air di dalam bak mandi sudah dingin. Kini, alasan mengapa air di dalam bak mandi masih terasa panas karena pria itu sudah membuka keran air dan membiarkan air panas mengalir dengan perlaha
Agam tertegun sejenak. Api gairah yang baru saja dipadamkannya secara paksa tiba-tiba tersulut lagi ....Sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas, dia menatap gadis-nya yang berada di bawah tubuhnya dan berkata, "Apa aku bisa memahami maksud ucapan Nona Pamela sebagai sebuah undangan ramah?"Di saat seperti ini, pria itu masih bisa bercanda padanya.Pamela agak marah, perubahan emosi dari penuh gairah menjadi amarah hanya dalam sekejap mata saja!Dia mengerutkan keningnya dan melepaskan cengkeramannya pada kemeja pria itu, lalu mendorongnya dengan sekuat tenaga dan berkata, "Nggak! Pergi saja sana! Nggak perlu memedulikanku lagi!"Saat ini, dia terlihat sangat lucu dan apa adanya seperti seorang istri yang sedang kesal dengan suami sendiri.Berbeda dengan sekarang, dulu dalam menghadapi apa pun, dia selalu tenang, seolah-olah tidak ada gejolak dalam perasaannya. Dia melakukan segala sesuatu hanya untuk berakting layaknya suami istri dengan anggap, sama sekali tidak ada ketulusan.Agam