Bertatapan dengan tatapan berbinar pria itu, bulu mata Pamela sedikit bergetar. Tiba-tiba, hatinya berdebar dengan kencang ....Seseorang yang biasanya ahli berdebat sepertinya, malah tidak tahu harus berkata apa di saat seperti ini."Tuan Agam, kamu ... cepat keluar dari sini!"Dia hanya ingin mengusir pria itu keluar dari sini. Sambil berbicara, dia mengangkat lengannya dan menunjuk ke arah pintu kamar mandi.Karena pergerakan mengangkat lengan dan menunjuk ke arah pintu Pamela, pandangan pria itu beralih ke bawah sambil menyipitkan matanya.Sorot matanya benar-benar menarik, seakan-akan mendapati sesuatu yang sangat indah untuk dipandang.Pamela harus menyadari bahwa dia sudah lupa menutupi payudaranya. Dia berteriak dengan malu, lalu meringkuk dan memeluk kedua lututnya dengan erat."Agam! Dasar pria nggak tahu malu!"Gadis-nya sangat jarang memanggil namanya secara langsung seperti ini. Sepertinya gadis-nya benar-benar sudah marah.Namun, dia malah tertawa melihat ekspresi kebingu
Seolah-olah sedang menatap anak kecil yang ceroboh, Agam menatap wanita itu dengan tatapan tegas dan berkata, "Rambutmu belum dicuci bersih, masih dipenuhi dengan busa. Untuk apa kamu terburu-buru keluar?!"Pamela tertegun sejenak. Dia ingat sebelum tertidur di dalam bak mandi, dia sedang mencuci rambutnya. Alhasil, saat sedang mencuci rambut, dia malah mengantuk dan tertidur ....Dia memasang ekspresi cemberut, lalu kembali mengusir pria yang berada di dalam kamar mandi ini. "Kalau kamu nggak keluar, bagaimana aku bisa mencuci rambutku?"Agam juga tidak ingin beromong kosong dengan Pamela lagi. Dia langsung mengulurkan tangannya dan mengambil shower, lalu berkata dengan nada setengah memerintah, "Pejamkan matamu."Pamela tertegun sejenak. 'Ah? Dia menyuruhku untuk memejamkan mataku? Untuk apa? Apa dia berniat untuk mencuci rambutku? Memangnya dia tahu caranya melayani orang lain?'"Kenapa kamu masih melamun saja? Cepat pejamkan matamu," kata Agam dengan nada memerintah.Mendengar peri
"Aku punya sedikit saham di Perusahaan Vasant," kata Pamela dengan hati-hati.Agam menatap wanita itu tatapan serius. 'Sedikit? Atau sekitar triliunan?'Sejak mendapati Pamela bersama Marlon, dia mengutus Ervin untuk menyelidiki latar belakang dan segala sesuatu tentang Perusahaan Vasant.Perusahaan Vasant tidak ada latar belakang apa pun, benar-benar didirikan dari nol, adalah sebuah perusahaan domestik yang perkembangannya sangat signifikan. Hanya dalam beberapa tahun saja, perusahaan yang satu ini sudah mencapai level yang sama dengan perusahaan besar milik keluarga terkemuka di Kota Marila. Kekuatan perusahaan ini benar-benar tidak bisa dianggap remeh.Hanya saja, Ariel, direktur perusahaan dan Marlon, wakil direktur perusahaan bukanlah bos besar Perusahaan Vasant. Saham perusahaan sebesar enam puluh persen berada di tangan seorang pemegang saham besar yang misterius.Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa pemegang saham besar misterius itu adalah seorang wanita muda.Sejak awal, Aga
Agam meletakkan shower dalam genggamannya, memegang kepala gadis-nya yang basah dengan kedua tangannya, lalu duduk di tepi bak mandi, menundukkan kepalanya mendekati gadisnya. Dengan suara serak basah menggoda, dia berkata, "Kamu nggak perlu khawatir, kamu sudah ditakdirkan untukku. Kita sangat cocok satu sama lain."Dalam sekejap, jarak keduanya menjadi sangat dekat. Pamela tertegun, aliran napasnya seolah berhenti.Dia juga tidak tahu bagaimana ciuman itu mendarat di bibirnya.Pamela hanya merasakan kepalanya seolah berdengung, pikirannya menjadi kacau balau.Hanya ada suara air mengalir dan deru napas stabil pria itu yang terdengar di telinganya ....Dia merasakan dirinya seolah dilahap oleh sebuah lubang hitam, dia tidak berdaya untuk meronta. Sekujur tubuhnya diselimuti oleh aura panas.Awalnya, air di dalam bak mandi sudah dingin. Kini, alasan mengapa air di dalam bak mandi masih terasa panas karena pria itu sudah membuka keran air dan membiarkan air panas mengalir dengan perlaha
Agam tertegun sejenak. Api gairah yang baru saja dipadamkannya secara paksa tiba-tiba tersulut lagi ....Sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas, dia menatap gadis-nya yang berada di bawah tubuhnya dan berkata, "Apa aku bisa memahami maksud ucapan Nona Pamela sebagai sebuah undangan ramah?"Di saat seperti ini, pria itu masih bisa bercanda padanya.Pamela agak marah, perubahan emosi dari penuh gairah menjadi amarah hanya dalam sekejap mata saja!Dia mengerutkan keningnya dan melepaskan cengkeramannya pada kemeja pria itu, lalu mendorongnya dengan sekuat tenaga dan berkata, "Nggak! Pergi saja sana! Nggak perlu memedulikanku lagi!"Saat ini, dia terlihat sangat lucu dan apa adanya seperti seorang istri yang sedang kesal dengan suami sendiri.Berbeda dengan sekarang, dulu dalam menghadapi apa pun, dia selalu tenang, seolah-olah tidak ada gejolak dalam perasaannya. Dia melakukan segala sesuatu hanya untuk berakting layaknya suami istri dengan anggap, sama sekali tidak ada ketulusan.Agam
Pamela tampak canggung, dia mengusap-usap perutnya sendiri ....Pria itu tersenyum dan berkata, "Apa kamu lapar?"Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, aku lapar!"Pria itu bertanya padanya dengan suara rendah, "Kamu ingin makan apa?"Pamela mendongak menatap pria itu. Tiba-tiba, sebuah ide aneh melintas dalam benaknya. "Aku ingin makan masakan Paman."Agam mengerutkan keningnya. 'Gadis ini jelas-jelas sedang mempersulitku.'Sejak kapan dia bisa masak?Namun, ini adalah permintaan pertama yang diajukan oleh gadis-nya sejak mereka berbaikan lagi, tentu saja Agam tidak berani menolak permintaannya."Oke, tunggu sebentar. Aku akan mempelajari hidangan-hidangan sederhana dan memasak untukmu."Pamela merentangkan tangannya dengan malas dan berkata, "Aku nggak mau menunggu, aku mau melihat Paman memasak secara langsung."Agam menyipitkan matanya. 'Apa gadis ini nggak mengantuk lagi?'Pria itu langsung menghampiri gadis-nya dan menggendongnya, lalu memukul bokongnya. "Kulihat sepe
Di dapur kediaman Keluarga Dirgantara.Pamela ditempatkan di sebuah tempat yang bersih dan duduk dengan santai. Pria itu tidak membiarkannya melakukan apa pun.Melihat pria itu yang masih tidak terbiasa memotong sayur, Pamela menggoyang-goyangkan kedua kakinya yang masih terasa pegal dengan santai dan berkata dengan nada bercanda, "Paman, kamu sudah sebesar ini, tapi kenapa kamu masih belum bisa memasak sendiri?"Pria itu melirik gadis-nya dan berkata, "Menurutmu, apa aku perlu mempelajari hal-hal seperti ini?"Pamela mengangkat alisnya.'Ya, memang benar. Pria yang lahir di sebuah keluarga yang terkemuka, pakaian dan makanan sudah tersedia untuknya, memang nggak perlu melakukan hal-hal sepele seperti ini sendiri.'Pamela menyilangkan lengannya di depan dada dan berkata, "Mungkin dulu kamu memang nggak perlu mempelajarinya, tapi kelak sebaiknya kamu mempelajari cara mencuci baju dan memasak!"Sambil memotong tomat, pria itu melirik gadis-nya dan berkata, "Oh? Kenapa seperti itu?"Pamel
Selama pria bernama Agam ini berada di sisinya, dia bisa merasakan kenyamanan dan ketenangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia juga tidak mengerti mengapa dia bisa merasakan perasaan seperti itu saat berada di sisi Agam. Sungguh ajaib.Saat bersama Agam, dia seperti bisa menindas pria itu sesuka hatinya ...."Coba kamu cicipi rasanya."Suara rendah pria itu menyela pemikirannya.Ketika Pamela tersadar kembali, pria itu sedang menyuapkan mi tomat yang baru selesai dimasak ke bibirnya. Dia membuka mulutnya dengan patuh. Saat dia hendak mencicipi masakan Agam ....Sebelum sesuap mi itu sempat masuk ke dalam mulutnya, dia merasakan tatapan sekelompok orang yang membuatnya merasa canggung. Begitu menoleh ke arah pintu dapur, dia mendapati sekelompok pelayan sedang berdiri di sana dan mengintip mereka. Mulut para pelayan itu terbuka lebar, seolah-olah sangat terkejut.Hanya Dimas, sang kepala pelayan yang tampak sedikit tenang.Pamela menggerak-gerakan bibirnya yang kering, lalu
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen