Setelah mendengar kata-kata dokter, Jason mengangguk dengan tenang. "Baiklah kalau begitu."Kalana melirik-lirik, lalu berkata, "Kak, dokter sudah periksa dan menyatakan kakiku nggak bermasalah. Kalau begitu, aku mau lihat pertunjukan Kak Pamela, karena aku merasa agak khawatir ...."Jason mengerutkan kening dengan tegas. "Kalana, kamu juga mendengarnya. Dokter sarankan kamu untuk sementara jangan berjalan. Kamu mesti mematuhinya.Kalana mengerutkan bibir dengan kasihan. "Tapi, aku benar-benar mau menonton .... Kak, kamu bawa aku ke sana saja, aku hanya mau melihatnya, oke?"Kening Jason makin mengerut. "Nggak boleh. Kalana, Pamela menggantikan kamu tampil di panggung. Kalau ada yang lihat kamu berada di bawah panggung, apa kamu nggak takut terbongkar?"Kalana tertegun sejenak. Dia tidak melupakan hal ini, tetapi dia ingin melihat secara langsung bagaimana Pamela mempermalukan dirinya. Setelah itu, dia akan muncul untuk membuktikan kepada penonton itu bukan dia dan memutuskan hubungan
Stevi tiba di bawah panggung. Setelah melihat para penonton di bawah panggung, lalu berjalan kursi belakang Tuan Eko dan Nyonya Febria yang duduk di barisan pertama.Kedua orang tua dari Keluarga Marko adalah kakek dan nenek kandung dari Kak Jason. Jika dia menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ini, akan bermanfaat bagi hubungan antara dia dan Kak Jason di masa depan ....Stevi menyapa kedua orang tua dengan sangat sopan, barulah mengambil tempat duduk. Setelah itu, dia mendongak ke panggung. Saat ini justru saat Pamela masuk panggung dengan seragam lengkap ....Heh, pertunjukannya akan segera dimulai!Pamela berjalan dengan mantap di panggung bersama delapan pelayannya. Sosoknya pas dan bernyanyi dengan suara tinggi,"Sejak aku mengikuti Sang Raja perang ke sana ke mari, aku telah menanggung kesulitan dan kerja keras tahun demi tahun. Aku hanya membenci kerajaan yang kejam, karena menghancurkan semua makhluk hidup dan menyebabkan semua orang menderita kesulitan ...."Tanpa nad
Mendengar kata-kata tuan besar, Nyonya Febria yang kondisi mentalnya kurang stabil, terkejut. Keinginan untuk memeluk putrinya di panggung pun tertekan. Dia mengangguk pelan. "Ya, Quenne bernyanyi dengan sangat serius, sehingga dia nggak boleh disela ... Quenne nggak suka diganggu ...."...Di akhir lagu, para aktor dan aktris meninggalkan panggung setelah membungkukkan badan.Nyonya Febria melihat putrinya berpaling dari pandangannya. Suasana hatinya menjadi tidak stabil. Dia bangkit dengan cemas untuk mengejar putrinya di panggung ....Tuan Eko telah menebaknya, sehingga segera menariknya. "Sayang, jangan ke mana-mana. Jangan khawatir, Quenne nggak akan pergi lagi."Setelah menghibur istrinya, lelaki tua itu menoleh dan memerintahkan pelayan di sampingnya, "Cepat, pergi undang aktris tadi ke sini!""Baik, Tuan!"Pelayan itu mengiakannya, lalu segera pergi.Melihat situasi ini, Stevi yang baru saja tersentak, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang tidak baik!Padahal dia ingin Pamela mempe
Saat ini, Kalana yang sedang beristirahat di ruang tamu, wajahnya sudah pucat pasi. Raut wajahnya yang selama ini tenang dan berekspresi datar pun menjadi sangat tidak alami.Barusan tadi, melalui video call dengan Calvin, dia melihat pertunjukan Pamela menyanyikan "Teater Longser" di panggung ....Dia terkejut, terpana, dan cemburu!Penampilan Pamela sama sekali tidak buruk seperti yang dia harapkan. Sebaliknya, sangat bagus sehingga para tamu yang hadir bertepuk tangan untuknya!Bagaimana bisa?Kenapa Pamela yang kolot bisa menyanyikan opera dengan baik? Bahkan lebih baik dari dirinya yang telah berlatih selama beberapa bulan!Sial, ini sama sekali bukan hasil yang dia inginkan!Hasil yang dia inginkan adalah Pamela menyanyikan opera sembarangan, sehingga menyinggung Tuan Eko, kemudian Tuan Eko merasa jengkel dan mengusirnya!Namun, ternyata Pamela tampil dengan baik dan sekarang dia pasti mendapat apresiasi ekstra dari Tuan Eko lagi. Sialan ....Jika dia tahu sejak awal, dia tidak s
Dengan begini, perasaan kecewa di hati Kalana tiba-tiba menghilang!Tampaknya Stevi tidak sebodoh hingga tidak dapat dimanfaatkan. Pada saat dibutuhkan, sahabatnya itu masih dapat diharapkan!Kalana tiba-tiba mengerti, lalu dia berkata sambil tersenyum lembut, "Stevi, terima kasih telah membelaku di depan Kakek!"Stevi berkata, "Ini bukan masalah besar! Kalana, kita berdua adalah sahabat baik. Ada aku di sini, aku nggak akan membiarkan Pamela menindasmu dan menjadi pusat perhatian!""Pamela sialan itu, menurutku hari ini dia sengaja mendorongmu dari tangga agar kamu nggak bisa naik ke panggung. Dengan begitu, dia bisa mencuri perhatian!""Jangan khawatir, Kalana. Aku telah meminta orang-orang mengawasinya di panggung belakang untuk menghapus riasannya. Aku nggak akan membiarkan dia memiliki kesempatan untuk berbicara omong kosong di depan Kakek Eko!"Setelah menenangkan dirinya, Kalana tersenyum. Dia tidak lupa berpura-pura bersikap baik sambil berkata dengan munafik, "Stevi, jangan me
Setelah mendengar Kakek Eko yang selalu bersikap sangat dingin terhadapnya itu bahkan berbicara kepadanya dengan nada prihatin, Kalana merasa sangat tersanjung. Dia segera mengangguk dengan patuh dan terharu, kemudian dia berkata dengan pengertian, "Kakek, sebenarnya kakiku baik-baik saja. Aku bisa naik ke panggung untuk menyanyikan lagu lain untukmu ....""Tapi, aku tahu Kakek sangat mengkhawatirkanku. Kakek mungkin sedang nggak ingin untuk mendengarkan lagu daerah. Jadi, aku nggak akan membuatmu mengkhawatirkanku. Kelak, aku akan bernyanyi untukmu lagi!""Tapi, saat aku memulihkan cedera kakiku, aku akan melatih suaraku lagi. Saat aku menyanyikan "Teater Ketoprak" untuk kalian berdua, aku akan mencoba untuk menyanyikannya sesempurna mungkin!"Saat Eko memandang Kalana yang sangat berbakti, matanya menunjukkan perasaan kagum yang belum pernah dilihat sebelumnya. Kemudian, dia berkata sambil mengangguk pelan, "Sudahlah, rawat saja cederamu dengan baik. Nggak perlu melatih suaramu lagi.
Tatapan Febria penuh perlawanan. Kemudian, dia berkata sambil menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Aku ingin bertemu Quenne ... bukan dia ... bukan dia ...."Mendengar hal tersebut, Eko kembali mengernyit. Dia tiba-tiba merasa kewalahan. Mengapa istrinya tidak mengenali Kalana lagi?Namun, setelah mendapatkan kepercayaan dari Eko, Kalana malah menghadapi penolakan dari Febria. Kalana pun merasa sedikit bersalah ....Kalana mengangkat kepalanya dan memohon pada sahabatnya, Stevi. Dia berpura-pura memasang ekspresi bingung sambil memberi isyarat kepada sahabatnya untuk mewakilinya berbicara.Stevi menerima permintaan bantuan Kalana. Kemudian, dia berkata dengan cepat, "Nenek, ini dia! Dia benar!""Dia adalah gadis yang baru saja bernyanyi di atas panggung. Dia hanya berganti kostum dan riasan baru, kamu mungkin nggak mengenalinya ....""Kalana bersiap naik panggung untuk menyanyikan lagu lain, jadi dia akan berganti kostum. Nenek, jangan khawatir, tenang dulu dan perhatikan dengan baik?
Sudut bibir Pamela sedikit terangkat. Kemudian, dia berkata kepada Kalana sambil tersenyum, "Nona Kalana, aku sudah melepas kostum dan menaruhnya di meja rias belakang panggung. Ingatlah untuk meminta seseorang mengambilnya.""Tapi, seharusnya kostum yang sangat bagus itu dibuat khusus dan berkualitas tinggi, 'kan? Aku rasa sebaiknya kamu meminta seseorang untuk mengambilnya sekarang. Kalau kostum itu hilang atau rusak, kamu nggak bisa menyalahkanku lagi!"Kata-katanya terdengar santai, tapi suasana di sekitarnya tiba-tiba menjadi aneh ....Ekspresi wajah Kalana dan Stevi membeku. Untuk sesaat, mereka tidak tahu harus bagaimana. Mereka hanya menatap Pamela dalam diam, kemudian mereka mengamati reaksi Eko dengan gelisah!Wajah Eko yang ramah itu menjadi masam. Dia melirik ke arah Kalana yang duduk di kursi roda dengan wajah polos, kemudian menatap Pamela yang telah melepas riasannya sambil mengerutkan kening dan berpikir ....Pamela hanya tersenyum polos dan sopan pada Eko. Setelah meli
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen