Dengan begini, perasaan kecewa di hati Kalana tiba-tiba menghilang!Tampaknya Stevi tidak sebodoh hingga tidak dapat dimanfaatkan. Pada saat dibutuhkan, sahabatnya itu masih dapat diharapkan!Kalana tiba-tiba mengerti, lalu dia berkata sambil tersenyum lembut, "Stevi, terima kasih telah membelaku di depan Kakek!"Stevi berkata, "Ini bukan masalah besar! Kalana, kita berdua adalah sahabat baik. Ada aku di sini, aku nggak akan membiarkan Pamela menindasmu dan menjadi pusat perhatian!""Pamela sialan itu, menurutku hari ini dia sengaja mendorongmu dari tangga agar kamu nggak bisa naik ke panggung. Dengan begitu, dia bisa mencuri perhatian!""Jangan khawatir, Kalana. Aku telah meminta orang-orang mengawasinya di panggung belakang untuk menghapus riasannya. Aku nggak akan membiarkan dia memiliki kesempatan untuk berbicara omong kosong di depan Kakek Eko!"Setelah menenangkan dirinya, Kalana tersenyum. Dia tidak lupa berpura-pura bersikap baik sambil berkata dengan munafik, "Stevi, jangan me
Setelah mendengar Kakek Eko yang selalu bersikap sangat dingin terhadapnya itu bahkan berbicara kepadanya dengan nada prihatin, Kalana merasa sangat tersanjung. Dia segera mengangguk dengan patuh dan terharu, kemudian dia berkata dengan pengertian, "Kakek, sebenarnya kakiku baik-baik saja. Aku bisa naik ke panggung untuk menyanyikan lagu lain untukmu ....""Tapi, aku tahu Kakek sangat mengkhawatirkanku. Kakek mungkin sedang nggak ingin untuk mendengarkan lagu daerah. Jadi, aku nggak akan membuatmu mengkhawatirkanku. Kelak, aku akan bernyanyi untukmu lagi!""Tapi, saat aku memulihkan cedera kakiku, aku akan melatih suaraku lagi. Saat aku menyanyikan "Teater Ketoprak" untuk kalian berdua, aku akan mencoba untuk menyanyikannya sesempurna mungkin!"Saat Eko memandang Kalana yang sangat berbakti, matanya menunjukkan perasaan kagum yang belum pernah dilihat sebelumnya. Kemudian, dia berkata sambil mengangguk pelan, "Sudahlah, rawat saja cederamu dengan baik. Nggak perlu melatih suaramu lagi.
Tatapan Febria penuh perlawanan. Kemudian, dia berkata sambil menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Aku ingin bertemu Quenne ... bukan dia ... bukan dia ...."Mendengar hal tersebut, Eko kembali mengernyit. Dia tiba-tiba merasa kewalahan. Mengapa istrinya tidak mengenali Kalana lagi?Namun, setelah mendapatkan kepercayaan dari Eko, Kalana malah menghadapi penolakan dari Febria. Kalana pun merasa sedikit bersalah ....Kalana mengangkat kepalanya dan memohon pada sahabatnya, Stevi. Dia berpura-pura memasang ekspresi bingung sambil memberi isyarat kepada sahabatnya untuk mewakilinya berbicara.Stevi menerima permintaan bantuan Kalana. Kemudian, dia berkata dengan cepat, "Nenek, ini dia! Dia benar!""Dia adalah gadis yang baru saja bernyanyi di atas panggung. Dia hanya berganti kostum dan riasan baru, kamu mungkin nggak mengenalinya ....""Kalana bersiap naik panggung untuk menyanyikan lagu lain, jadi dia akan berganti kostum. Nenek, jangan khawatir, tenang dulu dan perhatikan dengan baik?
Sudut bibir Pamela sedikit terangkat. Kemudian, dia berkata kepada Kalana sambil tersenyum, "Nona Kalana, aku sudah melepas kostum dan menaruhnya di meja rias belakang panggung. Ingatlah untuk meminta seseorang mengambilnya.""Tapi, seharusnya kostum yang sangat bagus itu dibuat khusus dan berkualitas tinggi, 'kan? Aku rasa sebaiknya kamu meminta seseorang untuk mengambilnya sekarang. Kalau kostum itu hilang atau rusak, kamu nggak bisa menyalahkanku lagi!"Kata-katanya terdengar santai, tapi suasana di sekitarnya tiba-tiba menjadi aneh ....Ekspresi wajah Kalana dan Stevi membeku. Untuk sesaat, mereka tidak tahu harus bagaimana. Mereka hanya menatap Pamela dalam diam, kemudian mereka mengamati reaksi Eko dengan gelisah!Wajah Eko yang ramah itu menjadi masam. Dia melirik ke arah Kalana yang duduk di kursi roda dengan wajah polos, kemudian menatap Pamela yang telah melepas riasannya sambil mengerutkan kening dan berpikir ....Pamela hanya tersenyum polos dan sopan pada Eko. Setelah meli
Kalana berusaha sekuat tenaga untuk tidak terlihat bersalah, tetapi ekspresinya terlihat sangat tidak wajar. "Kakek, aku ...."Stevi segera berpikir keras, lalu membela sahabatnya dengan cepat, "Kakek, tolong jangan dengarkan omong kosong Pamela. Bagaimana dia bisa menyanyikan lagu "Teater Longser"? Apakah menurutmu dia terlihat bisa menyanyikan lagu daerah dengan baik? Dia hanyalah karyawan biasa di perusahaan Kak Jason. Dia adalah orang miskin yang berasal dari pedesaan dan keluarganya sangat miskin. Bagaimana dia bisa belajar musik?"Setelah berkata, Stevi menoleh untuk menatap Pamela sambil berkata dengan sinis, "Pamela, kamu jangan merasa iri melihat Kalana mendapat tepuk tangan dan pujian dari Kakek Eko dan para tamu. Kamu ingin mencuri pujian, 'kan!""Menurutmu, apakah orang-orang akan percaya bahwa kamu baru saja menyanyikan lagu "Teater Longser"? Semua aktor lain di belakang panggung bisa bersaksi. Orang yang baru saja naik panggung jelas adalah Kalana!"Melihat Stevi begitu p
Eko tidak mengalah. Dia mendengus dengan wajah cemberut, "Kakinya yang terluka, bukan suaranya! Aku hanya memintanya menyanyikan satu atau dua baris untuk membuktikan kemampuan menyanyinya. Jangan khawatir, dia nggak akan kelelahan!"Mata Stevi berkedip. "Uh ... tapi ....""Oke, kamu nggak perlu berbasa-basi lagi!" Eko tampak nggak sabar. Dia mengabaikan Stevi. Matanya yang dingin melirik ke arah Kalana, lalu menatap Pamela ...."Bernyanyilah! Siapa di antara kalian yang bernyanyi terlebih dulu?"Saat ini, Kalana tidak tahu harus berbuat apa. Jadi, dia memaksakan dirinya untuk tersenyum sambil berkata, "Ya, sebenarnya nggak masalah siapa yang bernyanyi lebih dulu! Kak Pamela, menurutmu siapa di antara kita yang bernyanyi lebih dulu?"Pamela memandang Kalana. Terlihat jelas Kalana tersenyum manis, tetapi matanya yang besar dan polos itu dipenuhi dengan rasa bersalah dan waspada. Dia jelas memperingati Pamela untuk segera keluar dari sini dan tidak mencampuri urusannya. Jika Pamela mengh
Eko tidak tertipu oleh Kalana. "Pelayan, ambilkan dia segelas air untuk menyegarkan tenggorokannya!"Kalana terdiam seribu bahasa.Setelah meminum air yang dibawakan oleh pelayan keluarga Maron, Kalana tidak berkata apa-apa. Dia tidak punya pilihan selain bernyanyi.Dia telah berlatih selama beberapa bulan, jadi suaranya seharusnya tidak lebih buruk dari suara Pamela ....Kalana menyanyikan baris yang sama dengan Pamela. Namun, nadanya sumbang di akhir sehingga membuat semua orang tertawa terbahak-bahak!Ekspresi Kalana menunjukkan rasa canggung dan malu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia berusaha untuk menjelaskan, "Maaf! Kakek, suaraku sangat serak sekarang, jadi ....""Benarkah? Suaramu serak, ya?" Eko memotong kata-katanya tanpa ampun, lalu berkata dengan sinis, "Menurutku, suaramu sangat bagus ketika kamu berpura-pura bernyanyi di panggung tadi! Kamu benar-benar mengira aku sudah tua jadi bisa dibohongi? Apa aku nggak bisa membedakan suara orang yang naik ke panggung dengan
Melihat Pamela dipanggil ke ruang kerja oleh Eko, Kalana yang sedang duduk di kursi roda itu mengepalkan tangannya dengan erat. Dia benar-benar merasa sangat marah.Saat ini, Justin berjalan masuk dari kerumunan penonton, lalu dia bertanya dengan bingung, "Kak, kenapa kamu duduk di kursi roda? Kak Stevi, apa yang terjadi?"Barusan, Justin menghindari Jason. Dia takut kakaknya itu akan memeriksa tugas sekolahnya, jadi dia bersembunyi di aula samping sambil bermain game dengan sepupunya. Saat Justin datang, dia melihat orang-orang berkumpul di sekitar sini. Dia tidak tahu apa yang terjadi ....Stevi merasa sangat marah dengan apa yang baru saja terjadi. Dia pun berkata dengan marah, "Semua itu gara-gara Pamela yang menyebalkan, dia sengaja mendorong Kalana terjatuh dari tangga hingga menyebabkan kaki Kalana terkilir! Nggak tahu siapa yang membawanya masuk hari ini!"Saat Justin mendengar ini, dia berkata sambil mengerutkan keningnya dengan tidak percaya, "Nggak mungkin! Pamela nggak akan