Eko tidak mengalah. Dia mendengus dengan wajah cemberut, "Kakinya yang terluka, bukan suaranya! Aku hanya memintanya menyanyikan satu atau dua baris untuk membuktikan kemampuan menyanyinya. Jangan khawatir, dia nggak akan kelelahan!"Mata Stevi berkedip. "Uh ... tapi ....""Oke, kamu nggak perlu berbasa-basi lagi!" Eko tampak nggak sabar. Dia mengabaikan Stevi. Matanya yang dingin melirik ke arah Kalana, lalu menatap Pamela ...."Bernyanyilah! Siapa di antara kalian yang bernyanyi terlebih dulu?"Saat ini, Kalana tidak tahu harus berbuat apa. Jadi, dia memaksakan dirinya untuk tersenyum sambil berkata, "Ya, sebenarnya nggak masalah siapa yang bernyanyi lebih dulu! Kak Pamela, menurutmu siapa di antara kita yang bernyanyi lebih dulu?"Pamela memandang Kalana. Terlihat jelas Kalana tersenyum manis, tetapi matanya yang besar dan polos itu dipenuhi dengan rasa bersalah dan waspada. Dia jelas memperingati Pamela untuk segera keluar dari sini dan tidak mencampuri urusannya. Jika Pamela mengh
Eko tidak tertipu oleh Kalana. "Pelayan, ambilkan dia segelas air untuk menyegarkan tenggorokannya!"Kalana terdiam seribu bahasa.Setelah meminum air yang dibawakan oleh pelayan keluarga Maron, Kalana tidak berkata apa-apa. Dia tidak punya pilihan selain bernyanyi.Dia telah berlatih selama beberapa bulan, jadi suaranya seharusnya tidak lebih buruk dari suara Pamela ....Kalana menyanyikan baris yang sama dengan Pamela. Namun, nadanya sumbang di akhir sehingga membuat semua orang tertawa terbahak-bahak!Ekspresi Kalana menunjukkan rasa canggung dan malu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia berusaha untuk menjelaskan, "Maaf! Kakek, suaraku sangat serak sekarang, jadi ....""Benarkah? Suaramu serak, ya?" Eko memotong kata-katanya tanpa ampun, lalu berkata dengan sinis, "Menurutku, suaramu sangat bagus ketika kamu berpura-pura bernyanyi di panggung tadi! Kamu benar-benar mengira aku sudah tua jadi bisa dibohongi? Apa aku nggak bisa membedakan suara orang yang naik ke panggung dengan
Melihat Pamela dipanggil ke ruang kerja oleh Eko, Kalana yang sedang duduk di kursi roda itu mengepalkan tangannya dengan erat. Dia benar-benar merasa sangat marah.Saat ini, Justin berjalan masuk dari kerumunan penonton, lalu dia bertanya dengan bingung, "Kak, kenapa kamu duduk di kursi roda? Kak Stevi, apa yang terjadi?"Barusan, Justin menghindari Jason. Dia takut kakaknya itu akan memeriksa tugas sekolahnya, jadi dia bersembunyi di aula samping sambil bermain game dengan sepupunya. Saat Justin datang, dia melihat orang-orang berkumpul di sekitar sini. Dia tidak tahu apa yang terjadi ....Stevi merasa sangat marah dengan apa yang baru saja terjadi. Dia pun berkata dengan marah, "Semua itu gara-gara Pamela yang menyebalkan, dia sengaja mendorong Kalana terjatuh dari tangga hingga menyebabkan kaki Kalana terkilir! Nggak tahu siapa yang membawanya masuk hari ini!"Saat Justin mendengar ini, dia berkata sambil mengerutkan keningnya dengan tidak percaya, "Nggak mungkin! Pamela nggak akan
Di antara para penonton, Justin tampak tercengang. "Sialan! Apa yang terjadi? Kakek benar-benar mengadopsi Pamela? Kelak, bukankah Pamela akan menjadi sepupuku?"Pada saat ini, Kalana yang selalu lembut dan bertutur kata lembut menatap Pamela di atas panggung dengan ekspresi masam. Dia tidak bisa lagi berpura-pura bersikap polos ....Pamela! Pamela! Pamela!Pamela sialan itu merusak rencananya lagi. Pamela merampas perlakuan yang seharusnya menjadi milik Kalana!Jika bukan karena Pamela, Kalana yang akan dibawa ke panggung oleh Eko untuk diperkenalkan dan dipuji!Pamela si jalang itu! Apa yang terjadi hari ini tidak bisa berlalu seperti ini!Agar tidak kehilangan ketenangannya di depan umum, Kalana berkata sambil menahan amarahnya, "Aku lelah! Stevi, dorong aku kembali ke kamar tamu untuk beristirahat!"Melihat Pamela tiba-tiba berubah menjadi cucu Keluarga Maron, Stevi merasa sangat marah. Namun, dia tidak punya pilihan selain mendorong Kalana menjauh dari kerumunan dan kembali ke rua
Bagaimana mungkin Pamela bisa bersikap acuh tak acuh menyaksikan kakek dan neneknya yang menderita karena kehilangan putri mereka selama bertahun-tahun. Mereka bahkan harus menanggung siksaan yang disebabkan oleh penyakit tersebut ....Jika ibunya tahu kakek dan neneknya menjadi seperti ini, dia pasti akan sangat sedih.Justin yang berada di samping menyentuh dagunya sambil berkata, "Pamela, bukankah ... mulai sekarang kamu akan menjadi sepupuku?"Pamela berkata sambil mengangkat alisnya dan menatap Justin, "Kenapa? Apakah kamu bahagia?"Justin mengangkat dagunya dan berkata dengan arogan, "Cih! Untuk apa aku bahagia? Aku nggak kekurangan kakak!"Pamela tertawa pelan. Dia tidak ingin memedulikan Justin lagi. Dia pun berbalik dan berjalan pergi.Justin mengerutkan kening, lalu mengejarnya sambil bertanya, "Hei, kamu mau ke mana?"Pamela menjawab dengan tenang, "Pergi menemani Nenek Febria lagi."Justin membusungkan dadanya dan mengangkat kepalanya untuk mengejar langkah Pamela. "Tunggu
"Aku pikir dia adalah orang yang baik, jadi aku selalu menghormatinya sebagai kakakku, tetapi dia terus menerus mencari masalah denganku. Dia juga selalu berusaha merebut apa yang aku pedulikan!""Nggak peduli seberapa baik temperamenku, aku nggak bisa membiarkan orang lain menindasku seperti ini! Seperti kata pepatah, kalau nggak tahan lagi, kita nggak perlu menahannya lagi!"Stevi mengangguk setuju. Dia berpihak pada Kalana. "Kalana, apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita nggak bisa membiarkan Kakek Eko benar-benar mengadopsi Pamela sebagai cucunya!"Mata Kalana berbinar. Kemudian, dia berkata dengan lemah kepada Stevi, "Stevi, aku nggak tahu harus berbuat apa .... Aku khawatir kita nggak bisa mengalahkan Pamela. Kamu juga telah melihat betapa liciknya dia ...."Stevi tampak enggan. "Kita juga nggak bisa membiarkan dia membuat onar!"Kalana berkata dengan penuh arti, "Stevi, sebenarnya aku lebih mengkhawatirkanmu ...."Stevi bertanya dengan bingung, "Mengkhawatirkanku?"Kalana be
"Kak!"Dalam sekejap, mata Kalana langsung memerah. Dia duduk di kursi roda sambil merentangkan lengannya, lalu memeluk kaki kakaknya dan menangis dengan sedih, "Huhu ...."Melihat adiknya tiba-tiba menangis, Jason terkejut sambil menurunkan alisnya. "Kenapa kamu menangis? Apakah kakimu terlalu sakit? Jangan takut, aku akan membawamu ke rumah sakit!"Jason baru saja mengadakan panggilan konferensi di ruangan lain lantai atas. Dia menangani beberapa masalah bisnis yang sulit. Dia belum pernah turun ke bawah, jadi dia tidak tahu apa yang terjadi di bawah.Kalana terisak, "Nggak ... Kak, kakiku baik-baik saja ... nggak sakit ....""Apa yang terjadi? Katakan padaku?" Kalana membungkuk, lalu membelai punggung adiknya sambil menghiburnya dengan lembut."Huhu ...." Kalana hanya menangis. Dia terlihat sedih hingga tidak bisa berkata-kata.Melihat adiknya sedih, Jason tidak tahu alasannya. Jadi, dia mengangkat kepalanya dan menatap sahabat adiknya yang berada di samping, "Stevi, ada apa dengan
Justin tidak akan pernah mengakui dia tidak pandai bermain catur....Pamela mengikuti Calvin ke ruang tamu tempat Jason berada.Begitu dia masuk, dia melihat Kalana dan Stevi.Kalana sedang duduk di kursi roda sambil menangis, sementara Stevi menghiburnya sambil menyerahkan tisu.Saat Stevi melihat Pamela berjalan masuk, dia diam-diam memutar bola matanya!Pamela tidak memedulikan mereka berdua. Dia menoleh untuk melihat Jason yang duduk di sofa.Jason bersandar di sofa dengan postur malas dan agung. Dia memegang secangkir kopi panas di tangannya, lalu menyesapnya.Pamela berjalan mendekat sambil bertanya, "Pak Jason memintaku datang. Ada masalah apa?"Jason menatapnya sambil menyipitkan matanya, "Apakah kamu mendorong Kalana hingga kakinya terkilir?""Bukan."Pamela menyangkalnya tanpa berpikir.Terlintas sedikit ironi di mata Jason. Kemudian, dia bertanya lagi, "Apakah kamu baru saja mempermalukan Kalana di depan umum?"Pamela berkata dengan tenang, "Aku hanya mengatakan yang sebena