Sudut bibir Pamela sedikit terangkat. Kemudian, dia berkata kepada Kalana sambil tersenyum, "Nona Kalana, aku sudah melepas kostum dan menaruhnya di meja rias belakang panggung. Ingatlah untuk meminta seseorang mengambilnya.""Tapi, seharusnya kostum yang sangat bagus itu dibuat khusus dan berkualitas tinggi, 'kan? Aku rasa sebaiknya kamu meminta seseorang untuk mengambilnya sekarang. Kalau kostum itu hilang atau rusak, kamu nggak bisa menyalahkanku lagi!"Kata-katanya terdengar santai, tapi suasana di sekitarnya tiba-tiba menjadi aneh ....Ekspresi wajah Kalana dan Stevi membeku. Untuk sesaat, mereka tidak tahu harus bagaimana. Mereka hanya menatap Pamela dalam diam, kemudian mereka mengamati reaksi Eko dengan gelisah!Wajah Eko yang ramah itu menjadi masam. Dia melirik ke arah Kalana yang duduk di kursi roda dengan wajah polos, kemudian menatap Pamela yang telah melepas riasannya sambil mengerutkan kening dan berpikir ....Pamela hanya tersenyum polos dan sopan pada Eko. Setelah meli
Kalana berusaha sekuat tenaga untuk tidak terlihat bersalah, tetapi ekspresinya terlihat sangat tidak wajar. "Kakek, aku ...."Stevi segera berpikir keras, lalu membela sahabatnya dengan cepat, "Kakek, tolong jangan dengarkan omong kosong Pamela. Bagaimana dia bisa menyanyikan lagu "Teater Longser"? Apakah menurutmu dia terlihat bisa menyanyikan lagu daerah dengan baik? Dia hanyalah karyawan biasa di perusahaan Kak Jason. Dia adalah orang miskin yang berasal dari pedesaan dan keluarganya sangat miskin. Bagaimana dia bisa belajar musik?"Setelah berkata, Stevi menoleh untuk menatap Pamela sambil berkata dengan sinis, "Pamela, kamu jangan merasa iri melihat Kalana mendapat tepuk tangan dan pujian dari Kakek Eko dan para tamu. Kamu ingin mencuri pujian, 'kan!""Menurutmu, apakah orang-orang akan percaya bahwa kamu baru saja menyanyikan lagu "Teater Longser"? Semua aktor lain di belakang panggung bisa bersaksi. Orang yang baru saja naik panggung jelas adalah Kalana!"Melihat Stevi begitu p
Eko tidak mengalah. Dia mendengus dengan wajah cemberut, "Kakinya yang terluka, bukan suaranya! Aku hanya memintanya menyanyikan satu atau dua baris untuk membuktikan kemampuan menyanyinya. Jangan khawatir, dia nggak akan kelelahan!"Mata Stevi berkedip. "Uh ... tapi ....""Oke, kamu nggak perlu berbasa-basi lagi!" Eko tampak nggak sabar. Dia mengabaikan Stevi. Matanya yang dingin melirik ke arah Kalana, lalu menatap Pamela ...."Bernyanyilah! Siapa di antara kalian yang bernyanyi terlebih dulu?"Saat ini, Kalana tidak tahu harus berbuat apa. Jadi, dia memaksakan dirinya untuk tersenyum sambil berkata, "Ya, sebenarnya nggak masalah siapa yang bernyanyi lebih dulu! Kak Pamela, menurutmu siapa di antara kita yang bernyanyi lebih dulu?"Pamela memandang Kalana. Terlihat jelas Kalana tersenyum manis, tetapi matanya yang besar dan polos itu dipenuhi dengan rasa bersalah dan waspada. Dia jelas memperingati Pamela untuk segera keluar dari sini dan tidak mencampuri urusannya. Jika Pamela mengh
Eko tidak tertipu oleh Kalana. "Pelayan, ambilkan dia segelas air untuk menyegarkan tenggorokannya!"Kalana terdiam seribu bahasa.Setelah meminum air yang dibawakan oleh pelayan keluarga Maron, Kalana tidak berkata apa-apa. Dia tidak punya pilihan selain bernyanyi.Dia telah berlatih selama beberapa bulan, jadi suaranya seharusnya tidak lebih buruk dari suara Pamela ....Kalana menyanyikan baris yang sama dengan Pamela. Namun, nadanya sumbang di akhir sehingga membuat semua orang tertawa terbahak-bahak!Ekspresi Kalana menunjukkan rasa canggung dan malu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia berusaha untuk menjelaskan, "Maaf! Kakek, suaraku sangat serak sekarang, jadi ....""Benarkah? Suaramu serak, ya?" Eko memotong kata-katanya tanpa ampun, lalu berkata dengan sinis, "Menurutku, suaramu sangat bagus ketika kamu berpura-pura bernyanyi di panggung tadi! Kamu benar-benar mengira aku sudah tua jadi bisa dibohongi? Apa aku nggak bisa membedakan suara orang yang naik ke panggung dengan
Melihat Pamela dipanggil ke ruang kerja oleh Eko, Kalana yang sedang duduk di kursi roda itu mengepalkan tangannya dengan erat. Dia benar-benar merasa sangat marah.Saat ini, Justin berjalan masuk dari kerumunan penonton, lalu dia bertanya dengan bingung, "Kak, kenapa kamu duduk di kursi roda? Kak Stevi, apa yang terjadi?"Barusan, Justin menghindari Jason. Dia takut kakaknya itu akan memeriksa tugas sekolahnya, jadi dia bersembunyi di aula samping sambil bermain game dengan sepupunya. Saat Justin datang, dia melihat orang-orang berkumpul di sekitar sini. Dia tidak tahu apa yang terjadi ....Stevi merasa sangat marah dengan apa yang baru saja terjadi. Dia pun berkata dengan marah, "Semua itu gara-gara Pamela yang menyebalkan, dia sengaja mendorong Kalana terjatuh dari tangga hingga menyebabkan kaki Kalana terkilir! Nggak tahu siapa yang membawanya masuk hari ini!"Saat Justin mendengar ini, dia berkata sambil mengerutkan keningnya dengan tidak percaya, "Nggak mungkin! Pamela nggak akan
Di antara para penonton, Justin tampak tercengang. "Sialan! Apa yang terjadi? Kakek benar-benar mengadopsi Pamela? Kelak, bukankah Pamela akan menjadi sepupuku?"Pada saat ini, Kalana yang selalu lembut dan bertutur kata lembut menatap Pamela di atas panggung dengan ekspresi masam. Dia tidak bisa lagi berpura-pura bersikap polos ....Pamela! Pamela! Pamela!Pamela sialan itu merusak rencananya lagi. Pamela merampas perlakuan yang seharusnya menjadi milik Kalana!Jika bukan karena Pamela, Kalana yang akan dibawa ke panggung oleh Eko untuk diperkenalkan dan dipuji!Pamela si jalang itu! Apa yang terjadi hari ini tidak bisa berlalu seperti ini!Agar tidak kehilangan ketenangannya di depan umum, Kalana berkata sambil menahan amarahnya, "Aku lelah! Stevi, dorong aku kembali ke kamar tamu untuk beristirahat!"Melihat Pamela tiba-tiba berubah menjadi cucu Keluarga Maron, Stevi merasa sangat marah. Namun, dia tidak punya pilihan selain mendorong Kalana menjauh dari kerumunan dan kembali ke rua
Bagaimana mungkin Pamela bisa bersikap acuh tak acuh menyaksikan kakek dan neneknya yang menderita karena kehilangan putri mereka selama bertahun-tahun. Mereka bahkan harus menanggung siksaan yang disebabkan oleh penyakit tersebut ....Jika ibunya tahu kakek dan neneknya menjadi seperti ini, dia pasti akan sangat sedih.Justin yang berada di samping menyentuh dagunya sambil berkata, "Pamela, bukankah ... mulai sekarang kamu akan menjadi sepupuku?"Pamela berkata sambil mengangkat alisnya dan menatap Justin, "Kenapa? Apakah kamu bahagia?"Justin mengangkat dagunya dan berkata dengan arogan, "Cih! Untuk apa aku bahagia? Aku nggak kekurangan kakak!"Pamela tertawa pelan. Dia tidak ingin memedulikan Justin lagi. Dia pun berbalik dan berjalan pergi.Justin mengerutkan kening, lalu mengejarnya sambil bertanya, "Hei, kamu mau ke mana?"Pamela menjawab dengan tenang, "Pergi menemani Nenek Febria lagi."Justin membusungkan dadanya dan mengangkat kepalanya untuk mengejar langkah Pamela. "Tunggu
"Aku pikir dia adalah orang yang baik, jadi aku selalu menghormatinya sebagai kakakku, tetapi dia terus menerus mencari masalah denganku. Dia juga selalu berusaha merebut apa yang aku pedulikan!""Nggak peduli seberapa baik temperamenku, aku nggak bisa membiarkan orang lain menindasku seperti ini! Seperti kata pepatah, kalau nggak tahan lagi, kita nggak perlu menahannya lagi!"Stevi mengangguk setuju. Dia berpihak pada Kalana. "Kalana, apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita nggak bisa membiarkan Kakek Eko benar-benar mengadopsi Pamela sebagai cucunya!"Mata Kalana berbinar. Kemudian, dia berkata dengan lemah kepada Stevi, "Stevi, aku nggak tahu harus berbuat apa .... Aku khawatir kita nggak bisa mengalahkan Pamela. Kamu juga telah melihat betapa liciknya dia ...."Stevi tampak enggan. "Kita juga nggak bisa membiarkan dia membuat onar!"Kalana berkata dengan penuh arti, "Stevi, sebenarnya aku lebih mengkhawatirkanmu ...."Stevi bertanya dengan bingung, "Mengkhawatirkanku?"Kalana be