"Benar, aku sendiri yang mengerjakannya ...." Justin mengangguk dan bertanya dengan gemetar, "Kak, apa kali ini aku benar?"Siapa sangka, Jason malah menampar lembar ujian itu ke meja. "Aku suruh kamu tingkatkan diri, bukan suruh kamu bertindak curang!"Justin terperanjat dan mundur dengan ekspresi bingung. "Kak, aku nggak curang!""Tadi masih belum bisa mengerjakan satu soal pun, baru berapa lama sudah mengerjakan sekian banyak soal?" Jason memelototi Justin dengan rasa kecewa. "Siapa yang kamu coba bodohi?"Bagaimana mungkin Justin mengerjakannya sendiri?Awalnya Justin tidak hanya salah semua, bahkan kesalahannya keterlaluan. Begitu dilihat sudah tahu bahwa dia sama sekali tidak mengerti ilmu dasar, sehingga bahkan tidak perlu menjelaskan kesalahannya!Sekarang bisa dikatakan hampir 80% dari lembaran ujian ini benar. Berdasarkan kemampuan anak ini, sama sekali mustahil!Setelah dicurigai kakaknya, Justin sudah tahu berapa jawabannya yang benar, sehingga membuat kakaknya merasa dia c
Dengan segera terdengar suara Justin yang sombong dari ponsel. "Halo? Siapa ini?"Pamela berkata, "Tuan Muda Justin, ini aku."Begitu mendengar suara Pamela, nada bicara Justin langsung berubah agak tinggi. "Pamela, kamu sudah pulang kerja?"Pamela mengiakannya, "Ya, segera, masih kurang dari 10 menit.""Baik! Kalau begitu, aku sekarang pergi jemput kamu. Nanti kamu naik mobil di gang sekitar perusahaan. Ingat untuk menghindar dari kakakku!" perintah Justin.Pamela agak merasa agak heran. "Bukannya melakukan hal yang memalukan, kenapa harus mengelak dari Pak Jason?"Justin agak gagap. "Ehm ... karena ... kakakku nggak suka aku terlalu dekat denganmu, jadi nggak boleh sampai dia tahu bahwa aku yang membawa kamu ke jamuan kakekku! Lebih baik kamu mengelak darinya saja! Kalau nggak, aku bakal ditegur kakakku lagi!"Pamela menyindir, "Ternyata begitu ya!"Justin seperti merasa tidak baik, sehingga menambahkan, "Kamu juga jangan tersinggung. Sekarang kakakku masih ada prasangka terhadapmu,
Pandangan Pamela menyusuri suara Justin. Pria itu baru turun dari mobil dengan setelan jas gelap dan rambut tersisir rapi. Raut wajah yang tampan memancarkan aura yang dewasa dan berbahaya.Dia tahu bahwa hari ini bisa bertemu dengan pria ini, tetapi tidak sangka baru tiba langsung ketemu.Justin turun dari mobil dengan penuh semangat. "Kak Agam, ternyata kamu juga datang awal!""Ya." Pria mengiakannya dengan tenang. Pandangannya samar-samar melirik ke Pamela yang turun dari mobil.Pamela tidak melihatnya, hanya menoleh ke sekeliling lingkungan rumah Keluarga Maron ....Justin berkata, "Kak Agam, kakakku sudah ada di sini. Dia pasti sedang menunggumu! Ayo, kita masuk bersama-sama!"...Di rumah Keluarga Maron sangat ramai. Tidak sedikit tamu yang diundang hadir dan mengelilingi sofa untuk memberikan kado dan mengucapkan selamat kepada Tuan Eko secara bergiliran.Justin juga menghampiri dengan kado yang disediakan dirinya. "Selamat ulang tahun, Kakek! Ini adalah kado dariku untuk Anda!"
Selain itu, beberapa tahun ini dia selalu sengaja meniru kebiasaan Rembulan yang menghilang, bahkan membuat sebuah tahi lalat berwarna merah persis punya Rembulan di dahinya.Dia berbuat seperti ini justru demi menggantikan posisi Rembulan dalam hati para kerabat, agar mereka mencurahkan perasaan mereka terhadap Rembulan kepadanya!Misalnya upaya ini berhasil pada kakaknya, Jason yang telah menganggapnya sebagai adik kandung. Jason sangat turut, menoleransi dan memanjakannya.Namun, tiada satu pun dari anggota Keluarga Maron yang menyukainya karena dia agak mirip dengan Rembulan.Terhadap hal ini, Kalana merasa enggan, tetapi juga tidak pasrah. Dia tetap berusaha menyenangkan kedua orang tua di Keluarga Maron ....Hanya karena kedudukan Keluarga Maron memiliki bobot di antara berbagai keluarga kaya dan memiliki koneksi dengan Keluarga Dirgantara. Jika bisa memenangkan hati Keluarga Maron, latar belakang dan koneksinya bakal bertambah. Kelak juga akan mendapat dukungan untuk menikah ke
Tuan Marko merasa ada yang sedang menatapnya, sehingga menyusuri arah pandangan itu. Tatapannya agak tertegun dan ekspresinya kaku.Pria paruh baya itu tertarik oleh gadis yang seusia dengan Kalana dan seperti mengenalnya. Ekspresinya agak ragu-ragu, seolah-olah teringat masa lalu, tetapi tidak memandang terlalu lama, langsung berjalan ke arah pintu ....Tatapan Pamela juga tidak lagi terpaku pada pria itu. Ekspresi yang kacau pun akhirnya kembali tenang.Tuan Besar Marko pernah mengkhianati dan menyakiti ibunya. Dia membuat ibunya terpaksa membawa Pamela yang masih kecil meninggalkan rumah, sehingga tidak disukai oleh Tuan Eko!Sementara Pamela tidak memiliki kesan sedikit pun terhadap ayah kandung ini. Jika dipikir-pikir, seorang pria yang tidak berperasaan pasti tidak pernah menyayanginya pada masa kecil. Sebab itu, tidak meninggalkan kesan bagi seorang anak kecil!"Quenne!"Pamela sedang termenung. Tiba-tiba sepasang tangan berkeriput memegang erat padanya!Dia terperanjat. Begitu
Justin mengeluh, lalu menjelaskan, "Nenekku mengidap penyakit Alzheimer, sehingga sering salah orang!"Pamela mengangguk. "Ternyata begitu."Saat ini, nenek yang sudah pergi jauh menoleh ke arah Pamela lagi dan bertanya, "Quenne, malam ini kamu mau makan apa?"Ketika dikenali sebagai ibunya sendiri, dalam hati Pamela merasa kacau balau. Setelah dipikirkan, Pamela tersenyum pada orang tua dan menjawab, "Makanan favorit seperti biasa saja!"Nenek tersenyum disertai air mata. "Baik! Kalau begitu, semur daging sapi saja. Quenne paling suka makan semur daging sapi! Ibu suruh Kak Oni beli daging sapi ...."Tuan Eko juga menoleh ke belakang dan menatap Pamela secara mendalam, lalu memapah istrinya pergi minum obat.Justin menjelaskan kepada Pamela dengan agak pusing, "Nenek mengidap penyakit Alzheimer setelah mantan istri ayahku menghilang, sehingga kondisinya nggak stabil. Kamu nggak apa-apa, 'kan?"Pamela menggelengkan kepala. "Nggak masalah!""Justin, siapa ini?"Tuan Marko yang sudah perg
Pamela hanya tersenyum sebelum menyapa dengan sopan, "Halo Tuan Eko, namaku Pamela dan umurku dua puluh satu tahun."Tuan Eko menyipitkan mata tuanya dan berpikir sejenak sembari menatap wajah Pamela. "Dua puluh satu? Siapa nama orang tuamu?""Aku dari keluarga biasa, tuan seharusnya nggak kenal, tapi mereka masih hidup dan tinggal di Kota Marila," jawab Pamela.Jika Tuan Eko masih mempertanyakan hal tersebut lebih jauh, maka Pamela hanya bisa menjawab sepasang suami-istri Keluarga Alister. Walau tidak mengakui kedua orang itu sebagai orang tua, Pamela tetap tidak ingin membongkar kondisi keluarganya dengan jujur di sini, yang mungkin akan menyebabkan kecurigaan yang tidak diperlukan.Tuan Eko mengangguk. "Apa istriku ada mengagetkanmu? Itu sebenarnya karena kamu mirip dengan cucu kami yang sudah lama menghilang, jadi dia bisa sampai salah orang."Pamela tersenyum. "Nggak apa-apa, aku bisa paham perasaan Nyonya Febria, suatu kehormatan bagiku juga karena bisa mirip dengan cucu Tuan Eko
Barusan terlihat Nyonya Febria mengaku Pamela sebagai putrinya yang telah hilang dan itu membuat Tuan Eko berpikir untuk mengangkat Pamela sebagai cucu angkat!Untungnya, Kalana sangat was-was dan memotong pembicaraan Tuan Eko tepat waktu, sehingga tidak membiarkan Pamela memiliki kesempatan untuk setuju!Tapi yang benar saja! Jika Pamela berhasil menyandang marga Maron seperti ini. Walau hanya sebagai cucu angkat sekalipun, rasa hormat dari orang-orang pasti akan membuat Pamela udik ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk merebut Agam darinya, 'kan?Mana mungkin dia membiarkan Pamela itu berbuat semena-mena!Tidak Mungkin!Pamela menanggapi pertanyaan Kalana dengan tenang, "Kudengar kakek dari Pak Jason merayakan ulang tahunnya hari ini, jadi aku datang sepulang kerja untuk mengucapkan selamat."Benak Kalana sedang merencanakan sesuatu yang jahat, tapi senyum di wajahnya masih tampak sangat manis dan langsung meraih lengan Pamela tanpa peduli apa pun."Begitu, ya! Kalau begitu