Setelah melontarkan kalimat tersebut, pria itu pun berbalik dan naik ke atas mobil yang dari tadi mengikutinya di belakang, lalu beranjak pergi.Melihat mobil Agam menghilang di ujung jalan, Marlon akhirnya mengalihkan tatapannya kepada Pamela. Pria itu pun bertanya dengan serius, "Bos, ada apa? Kenapa Agam lagi-lagi mengantarkanmu pulang? Dia juga tadi mengatakan bahwa ada yang berniat buruk dan ingin mencelakaimu. Apa itu benar?"Agam sudah pergi dan Pamela pun menghela napas lega. Akan tetapi, hatinya masih tidak tenang. Wanita itu mengibaskan tangannya dengan lelah dan berkata, "Ceritanya panjang! Aku capek. Setelah istirahat di rumah akan kuceritakan."...Di saat yang sama, di sisi lain.Di atas mobil yang sedang melesat.Ervin yang duduk di sebelah kursi kemudi pun memalingkan wajahnya dan memperhatikan wajah tuannya yang terlihat tidak senang di kursi belakang. Dia bisa merasakan tekanan yang berkali lipat dan tidak berani berbicara.Akan tetapi, ketika tuannya ini menyelamatka
"Ibu, kamu juga tahu bahwa pamanku sempat depresi selama satu bulan lebih. Susah payah dia akhirnya berhasil menemukan bibi. Kita nggak boleh menyulitkan paman. Kalau kita mengabaikan bibi sampai dia kabur, pamanku tentu kasihan sekali!"Ibunya Adsila pun tersenyum tidak berdaya dan penuh kasih sayang ketika berkata, "Sudahlah! Jangan mengomel lagi. Aku tahu kamu sayang pamanmu. Ibu juga akan berusaha memperlakukan bibimu sebaiknya."Adsila tersenyum gembira dan berkata, "Memang harus begitu!"Pada saat itu, Adsila mendengar suara mobil yang sudah masuk ke halaman rumah. Dia semangat sekali ketika melepaskan lengan sang ibu dan berkata, "Ibu, paman dan bibi sudah datang. Ayo kamu masak lagi di dapur! Aku akan menyambut mereka."Setelah mengatakannya, Adsila pun langsung berlari keluar.Ibunya Adsila tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya. Wanita itu kembali ke dapur dan melanjutkan kesibukannya dengan pembantu.Ketika Adsila berlari ke taman, Agam baru keluar dari m
"Nona Adsila, sebenarnya sekarang Nona Pamela sudah menjadi istri orang lain. Jadi, tuan sama sekali nggak bisa melakukan atau memiliki hubungan apa pun dengan Nona Pamela. Nanti setelah kamu masuk ke dalam sana, jangan mengungkit tentang Nona Pamela lagi. Mengerti?""Apa?" Wajah Adsila terlihat sangat kaget ketika wanita itu bangkit. Kepalanya sampai menabrak atap mobil dan rasanya benar-benar menyakitkan.Ervin yang sudah menyaksikannya sampai salah tingkah dan bertanya, "Nona Adsila, kamu ... baik-baik saja, bukan?"Adsila lantas mengusap kepalanya yang terbentur dan wanita itu tidak peduli pada rasa sakitnya. Dia kembali bertanya, "Kenapa bibi bisa menjadi istri orang lain? Bibi 'kan masih belum bercerai dari paman? Kenapa dia bisa menikah dengan orang lain?"Ervin pun menghela napas dan berkata, "Begini, waktu itu Nona Pamela dan Pak Agam sama sekali nggak mendaftarkan pernikahan mereka. Pak Agam ingin menikah karena harus menghadapi kakek beliau. Jadi, sama sekali nggak pernah ad
Saat tiba giliran Adsila, dia masuk ke ruang wawancara Departemen Personalia, menyapa ketiga pewawancara sebelum memperkenalkan dirinya dan duduk menunggu pertanyaan.Ketiga pewawancara melihat resume indahnya. Mereka semua terlihat agak terkejut dan saling bertukar pandang.Setelah itu, pewawancara yang duduk di tengah menengadahkan kepalanya dan melihat citra Adsila yang luar biasa, kemudian bertanya dengan bingung, "Perusahaan terakhirmu adalah Perusahaan Dirgantara?"Adsila mengangguk. "Benar!""Kamu bisa bekerja di perusahaan bagus seperti Perusahaan Dirgantara, kenapa kamu ingin keluar?"Adsila berkata sambil tersenyum, "Nggak ada alasan. Aku cuma merasa nggak ada masa depan dan ingin mencoba pekerjaan baru, sekalian menantang diriku sendiri."Pernyataannya membuat ketiga pewawancara semakin bingung. Perusahaan Dirgantara terkenal sulit untuk bisa masuk dan karyawannya diperlakukan dengan baik. Kok masih ada yang menganggap bekerja di Perusahaan Dirgantara tidak punya masa depan?
Ketiga pewawancara yang tersisa saling menatap ...."Gadis ini agak mencurigakan!""Mungkin dia datang untuk wakil CEO kita, 'kan?""Bisa jadi wakil CEO kita terlalu memikat!""Ada banyak gadis yang melamar untuk lebih dekat dengan Pak Marlon, tapi hanya ada satu gadis yang bersedia melakukan pekerjaan seperti petugas kebersihan!"...Pada saat itu.Perusahaan Yanuar.Hari ini Pamela juga berangkat kerja tepat waktu dan menghabiskan sepanjang pagi membuat rencana penjualan triwulanan. Setelah memilahnya, dia membawa rencana itu ke kantor CEO.Seorang sekretaris baru telah dipindahkan ke pintu masuk kantor CEO. Dia adalah seorang gadis muda dan lemah lembut yang sedang menatap ponselnya.Pamela berjalan mendekat dan bertanya, "Apakah Pak Jason ada?"Sekretaris baru itu sadar kembali dan langsung meletakkan ponsel sebelum berdiri.Akan tetapi setelah melihat orang yang datang adalah Pamela, raut wajah sekretaris itu langsung berubah tidak ramah. Dia duduk lagi dan melihat manikur indah d
Saat mengambil dokumen yang diserahkan oleh Pamela, Jason menatap adiknya dengan tatapan dingin. "Tulis saja pekerjaan rumahmu."Saat Justin dimarahi oleh kakaknya, dia menundukkan kepalanya dengan marah dan terus menjawab pertanyaan tanpa berani mengatakan apa pun lagi.Jason melihat-lihat rencana penjualan yang dibuat Pamela dengan wajah lesu, kemudian dia menyipitkan matanya seolah mengagumi kecerdasan ekonominya.Setelah beberapa saat, Justin mengangkat alisnya dan menatap Pamela dengan curiga. "Apakah kamu sendiri yang membuatnya?"Pamela mengangguk. "Iya, Pak Jason. Setelah pergi memeriksa pasar dengan Pak Andra kemarin, aku punya beberapa ide. Karena itulah aku membuat rencana ini untuk kamu tinjau. Kalau nggak ada masalah, aku akan pergi melaksanakan tugas ini."Jason menatapnya sambil mencibir. "Bagus sekali, tapi itu nggak perlu!"Pamela mengerutkan kening. "Kenapa?"Jason menutup dokumen itu dan membuangnya. "Makanan hanyalah industri yang sangat kecil bagi perusahaan. Perus
Pamela tidak memperhatikan keduanya dan langsung berjalan mengitari mereka."Kak Pamela!"Suara ramah dan lembut Kalana menghentikannya.Pamela berhenti dan memalingkan wajahnya. "Ada apa lagi Nona Kalana?"Kata "lagi" cukup ironis, mencakup semua yang terjadi sebelumnya dan juga mengandung peringatan. Sebaiknya jangan menimbulkan masalah lagi.Kalana menghampiri Pamela sambil tersenyum polos dan sengaja bertanya, "Kak Kayla, kenapa kamu saat melihatku?"Setelah jebakan yang terjadi kemarin, apa lagi yang bisa mereka berdua katakan?Pamela mengerutkan bibirnya dan berkata, "Nggak, tadi aku melihat kamu dan sekretaris Pak Jason sedang mengobrol, jadi aku nggak mau mengganggu pembicaraan kalian.""Oh, begitu!" Senyuman "polos" di wajah Kalana semakin melebar. Dia mengambil satu langkah lebih dekat, berjinjit dan mencapai telinga Pamela yang setengah kepala lebih tinggi darinya. Dia berbicara dengan bisikan yang hanya bisa didengar oleh Pamela."Pamela, kemarin kamu menang!""Tapi jangan
Setelah menatap punggung Pamela dengan tatapan dingin, Kalana menyembunyikan ekspresi menyeramkan di wajahnya sebelum berbalik dengan senyuman lembut dan manis seperti biasanya.Dia berkata kepada sekretaris wanita baru di depan pintu kantor CEO, "Marisa, kelak mohon bantuanmu untuk menjaga kakakku! Kamu juga tahu banyak wanita ingin dekat dengan kakakku dengan dalih bekerja dan aku nggak ingin kakakku terlibat dengan wanita jahat yang berniat buruk dan membawa masalah yang nggak perlu pada kakakku."Sekretaris wanita bernama Marisa mengangguk dengan sangat mendukung. "Nona Kalana, aku mengerti! Jangan khawatir, aku pasti akan menjaga kakakmu. Aku akan diam-diam memberitahumu tentang situasi apa pun di sisi Pak Jason, terutama berita tentang manajer penjualan itu. Aku pasti nggak akan membiarkan dia memiliki kesempatan untuk mengganggu Pak Jason!""Iya, aku merasa lega karena kamu ada di sini! Marisa, menurutku kamu sangat istimewa. Kamu berbeda dari wanita norak itu. Semangat!" Kalana