"Nona Adsila, sebenarnya sekarang Nona Pamela sudah menjadi istri orang lain. Jadi, tuan sama sekali nggak bisa melakukan atau memiliki hubungan apa pun dengan Nona Pamela. Nanti setelah kamu masuk ke dalam sana, jangan mengungkit tentang Nona Pamela lagi. Mengerti?""Apa?" Wajah Adsila terlihat sangat kaget ketika wanita itu bangkit. Kepalanya sampai menabrak atap mobil dan rasanya benar-benar menyakitkan.Ervin yang sudah menyaksikannya sampai salah tingkah dan bertanya, "Nona Adsila, kamu ... baik-baik saja, bukan?"Adsila lantas mengusap kepalanya yang terbentur dan wanita itu tidak peduli pada rasa sakitnya. Dia kembali bertanya, "Kenapa bibi bisa menjadi istri orang lain? Bibi 'kan masih belum bercerai dari paman? Kenapa dia bisa menikah dengan orang lain?"Ervin pun menghela napas dan berkata, "Begini, waktu itu Nona Pamela dan Pak Agam sama sekali nggak mendaftarkan pernikahan mereka. Pak Agam ingin menikah karena harus menghadapi kakek beliau. Jadi, sama sekali nggak pernah ad
Saat tiba giliran Adsila, dia masuk ke ruang wawancara Departemen Personalia, menyapa ketiga pewawancara sebelum memperkenalkan dirinya dan duduk menunggu pertanyaan.Ketiga pewawancara melihat resume indahnya. Mereka semua terlihat agak terkejut dan saling bertukar pandang.Setelah itu, pewawancara yang duduk di tengah menengadahkan kepalanya dan melihat citra Adsila yang luar biasa, kemudian bertanya dengan bingung, "Perusahaan terakhirmu adalah Perusahaan Dirgantara?"Adsila mengangguk. "Benar!""Kamu bisa bekerja di perusahaan bagus seperti Perusahaan Dirgantara, kenapa kamu ingin keluar?"Adsila berkata sambil tersenyum, "Nggak ada alasan. Aku cuma merasa nggak ada masa depan dan ingin mencoba pekerjaan baru, sekalian menantang diriku sendiri."Pernyataannya membuat ketiga pewawancara semakin bingung. Perusahaan Dirgantara terkenal sulit untuk bisa masuk dan karyawannya diperlakukan dengan baik. Kok masih ada yang menganggap bekerja di Perusahaan Dirgantara tidak punya masa depan?
Ketiga pewawancara yang tersisa saling menatap ...."Gadis ini agak mencurigakan!""Mungkin dia datang untuk wakil CEO kita, 'kan?""Bisa jadi wakil CEO kita terlalu memikat!""Ada banyak gadis yang melamar untuk lebih dekat dengan Pak Marlon, tapi hanya ada satu gadis yang bersedia melakukan pekerjaan seperti petugas kebersihan!"...Pada saat itu.Perusahaan Yanuar.Hari ini Pamela juga berangkat kerja tepat waktu dan menghabiskan sepanjang pagi membuat rencana penjualan triwulanan. Setelah memilahnya, dia membawa rencana itu ke kantor CEO.Seorang sekretaris baru telah dipindahkan ke pintu masuk kantor CEO. Dia adalah seorang gadis muda dan lemah lembut yang sedang menatap ponselnya.Pamela berjalan mendekat dan bertanya, "Apakah Pak Jason ada?"Sekretaris baru itu sadar kembali dan langsung meletakkan ponsel sebelum berdiri.Akan tetapi setelah melihat orang yang datang adalah Pamela, raut wajah sekretaris itu langsung berubah tidak ramah. Dia duduk lagi dan melihat manikur indah d
Saat mengambil dokumen yang diserahkan oleh Pamela, Jason menatap adiknya dengan tatapan dingin. "Tulis saja pekerjaan rumahmu."Saat Justin dimarahi oleh kakaknya, dia menundukkan kepalanya dengan marah dan terus menjawab pertanyaan tanpa berani mengatakan apa pun lagi.Jason melihat-lihat rencana penjualan yang dibuat Pamela dengan wajah lesu, kemudian dia menyipitkan matanya seolah mengagumi kecerdasan ekonominya.Setelah beberapa saat, Justin mengangkat alisnya dan menatap Pamela dengan curiga. "Apakah kamu sendiri yang membuatnya?"Pamela mengangguk. "Iya, Pak Jason. Setelah pergi memeriksa pasar dengan Pak Andra kemarin, aku punya beberapa ide. Karena itulah aku membuat rencana ini untuk kamu tinjau. Kalau nggak ada masalah, aku akan pergi melaksanakan tugas ini."Jason menatapnya sambil mencibir. "Bagus sekali, tapi itu nggak perlu!"Pamela mengerutkan kening. "Kenapa?"Jason menutup dokumen itu dan membuangnya. "Makanan hanyalah industri yang sangat kecil bagi perusahaan. Perus
Pamela tidak memperhatikan keduanya dan langsung berjalan mengitari mereka."Kak Pamela!"Suara ramah dan lembut Kalana menghentikannya.Pamela berhenti dan memalingkan wajahnya. "Ada apa lagi Nona Kalana?"Kata "lagi" cukup ironis, mencakup semua yang terjadi sebelumnya dan juga mengandung peringatan. Sebaiknya jangan menimbulkan masalah lagi.Kalana menghampiri Pamela sambil tersenyum polos dan sengaja bertanya, "Kak Kayla, kenapa kamu saat melihatku?"Setelah jebakan yang terjadi kemarin, apa lagi yang bisa mereka berdua katakan?Pamela mengerutkan bibirnya dan berkata, "Nggak, tadi aku melihat kamu dan sekretaris Pak Jason sedang mengobrol, jadi aku nggak mau mengganggu pembicaraan kalian.""Oh, begitu!" Senyuman "polos" di wajah Kalana semakin melebar. Dia mengambil satu langkah lebih dekat, berjinjit dan mencapai telinga Pamela yang setengah kepala lebih tinggi darinya. Dia berbicara dengan bisikan yang hanya bisa didengar oleh Pamela."Pamela, kemarin kamu menang!""Tapi jangan
Setelah menatap punggung Pamela dengan tatapan dingin, Kalana menyembunyikan ekspresi menyeramkan di wajahnya sebelum berbalik dengan senyuman lembut dan manis seperti biasanya.Dia berkata kepada sekretaris wanita baru di depan pintu kantor CEO, "Marisa, kelak mohon bantuanmu untuk menjaga kakakku! Kamu juga tahu banyak wanita ingin dekat dengan kakakku dengan dalih bekerja dan aku nggak ingin kakakku terlibat dengan wanita jahat yang berniat buruk dan membawa masalah yang nggak perlu pada kakakku."Sekretaris wanita bernama Marisa mengangguk dengan sangat mendukung. "Nona Kalana, aku mengerti! Jangan khawatir, aku pasti akan menjaga kakakmu. Aku akan diam-diam memberitahumu tentang situasi apa pun di sisi Pak Jason, terutama berita tentang manajer penjualan itu. Aku pasti nggak akan membiarkan dia memiliki kesempatan untuk mengganggu Pak Jason!""Iya, aku merasa lega karena kamu ada di sini! Marisa, menurutku kamu sangat istimewa. Kamu berbeda dari wanita norak itu. Semangat!" Kalana
"Oke, taruh supnya. Sekarang kamu bisa kembali ke rumah sakit untuk menemani anakmu." Jason menyela, mengambil dokumen di atas meja dan memeriksanya. Sikap cueknya jelas menunjukkan dia tidak ingin mengatakan apa pun lagi pada Kalana.Dokumen di tangannya adalah rencana penjualan yang baru saja diserahkan Pamela. Jason melihat kata-kata dan data yang terorganisir dengan jelas, pikirannya terus terngiang-ngiang pada ucapan Pamela sebelum dia keluar tentang aspek apakah akan memperluas produksi dan penjualan industri makanan atau tidak.Jason berkata kalau adiknya masih hidup, apakah dia tidak akan pernah makan makanan ini karena promosi makanan yang tidak memadai? Kalau dia memakan jajanan favoritnya saat kecil, apakah dia akan merindukan masa kecilnya dan ingin pulang dan melihat kakaknya ini ....Mungkin rencana penjualan yang dirumuskan oleh Pamela bisa dilaksanakan.Kalana melihat kakaknya tidak mau mendengarkannya dan bahkan tidak melihatnya, dia merasa malu dan bingung saat berdir
Setelah Justin keluar dari kantor, dia bertanya kepada sekretaris wanita di depan pintu."Hei, di mana kantor gadis yang baru saja masuk untuk mengantarkan dokumen ke kakakku?"Sekretaris Marisa berdiri dan berkata, "Tuan Muda, apa maksudmu Pamela yang baru saja memasuki kantor CEO?"Justin mengangguk. "Benar, dia orangnya!"Marisa bertanya dengan bingung, "Tuan Muda, kenapa mencari Pamela? Apakah kamu mengenalnya?"Justin mengerutkan kening dengan kesal. "Apakah aku harus melapor kepada kamu kalau aku mencarinya?"Marisa melambaikan tangannya dengan panik dan berkata sambil tersenyum, "Eh .... Nggak, nggak, kok. Aku cuma bertanya .... Eh ... Pamela ada di kantor manajer penjualan, lurus saja ke depan, lalu belok ke kanan sebelum belok ke kiri. Apa perlu kuantar Tuan Muda ke sana?""Nggak perlu!" Justin mengucapkan dua kata ini dengan nada dingin dan langsung untuk berbelok ke kiri di depan untuk mencarinya .......Justin menemukan kantor manajer departemen penjualan dan berdiri di de