Saat mengambil dokumen yang diserahkan oleh Pamela, Jason menatap adiknya dengan tatapan dingin. "Tulis saja pekerjaan rumahmu."Saat Justin dimarahi oleh kakaknya, dia menundukkan kepalanya dengan marah dan terus menjawab pertanyaan tanpa berani mengatakan apa pun lagi.Jason melihat-lihat rencana penjualan yang dibuat Pamela dengan wajah lesu, kemudian dia menyipitkan matanya seolah mengagumi kecerdasan ekonominya.Setelah beberapa saat, Justin mengangkat alisnya dan menatap Pamela dengan curiga. "Apakah kamu sendiri yang membuatnya?"Pamela mengangguk. "Iya, Pak Jason. Setelah pergi memeriksa pasar dengan Pak Andra kemarin, aku punya beberapa ide. Karena itulah aku membuat rencana ini untuk kamu tinjau. Kalau nggak ada masalah, aku akan pergi melaksanakan tugas ini."Jason menatapnya sambil mencibir. "Bagus sekali, tapi itu nggak perlu!"Pamela mengerutkan kening. "Kenapa?"Jason menutup dokumen itu dan membuangnya. "Makanan hanyalah industri yang sangat kecil bagi perusahaan. Perus
Pamela tidak memperhatikan keduanya dan langsung berjalan mengitari mereka."Kak Pamela!"Suara ramah dan lembut Kalana menghentikannya.Pamela berhenti dan memalingkan wajahnya. "Ada apa lagi Nona Kalana?"Kata "lagi" cukup ironis, mencakup semua yang terjadi sebelumnya dan juga mengandung peringatan. Sebaiknya jangan menimbulkan masalah lagi.Kalana menghampiri Pamela sambil tersenyum polos dan sengaja bertanya, "Kak Kayla, kenapa kamu saat melihatku?"Setelah jebakan yang terjadi kemarin, apa lagi yang bisa mereka berdua katakan?Pamela mengerutkan bibirnya dan berkata, "Nggak, tadi aku melihat kamu dan sekretaris Pak Jason sedang mengobrol, jadi aku nggak mau mengganggu pembicaraan kalian.""Oh, begitu!" Senyuman "polos" di wajah Kalana semakin melebar. Dia mengambil satu langkah lebih dekat, berjinjit dan mencapai telinga Pamela yang setengah kepala lebih tinggi darinya. Dia berbicara dengan bisikan yang hanya bisa didengar oleh Pamela."Pamela, kemarin kamu menang!""Tapi jangan
Setelah menatap punggung Pamela dengan tatapan dingin, Kalana menyembunyikan ekspresi menyeramkan di wajahnya sebelum berbalik dengan senyuman lembut dan manis seperti biasanya.Dia berkata kepada sekretaris wanita baru di depan pintu kantor CEO, "Marisa, kelak mohon bantuanmu untuk menjaga kakakku! Kamu juga tahu banyak wanita ingin dekat dengan kakakku dengan dalih bekerja dan aku nggak ingin kakakku terlibat dengan wanita jahat yang berniat buruk dan membawa masalah yang nggak perlu pada kakakku."Sekretaris wanita bernama Marisa mengangguk dengan sangat mendukung. "Nona Kalana, aku mengerti! Jangan khawatir, aku pasti akan menjaga kakakmu. Aku akan diam-diam memberitahumu tentang situasi apa pun di sisi Pak Jason, terutama berita tentang manajer penjualan itu. Aku pasti nggak akan membiarkan dia memiliki kesempatan untuk mengganggu Pak Jason!""Iya, aku merasa lega karena kamu ada di sini! Marisa, menurutku kamu sangat istimewa. Kamu berbeda dari wanita norak itu. Semangat!" Kalana
"Oke, taruh supnya. Sekarang kamu bisa kembali ke rumah sakit untuk menemani anakmu." Jason menyela, mengambil dokumen di atas meja dan memeriksanya. Sikap cueknya jelas menunjukkan dia tidak ingin mengatakan apa pun lagi pada Kalana.Dokumen di tangannya adalah rencana penjualan yang baru saja diserahkan Pamela. Jason melihat kata-kata dan data yang terorganisir dengan jelas, pikirannya terus terngiang-ngiang pada ucapan Pamela sebelum dia keluar tentang aspek apakah akan memperluas produksi dan penjualan industri makanan atau tidak.Jason berkata kalau adiknya masih hidup, apakah dia tidak akan pernah makan makanan ini karena promosi makanan yang tidak memadai? Kalau dia memakan jajanan favoritnya saat kecil, apakah dia akan merindukan masa kecilnya dan ingin pulang dan melihat kakaknya ini ....Mungkin rencana penjualan yang dirumuskan oleh Pamela bisa dilaksanakan.Kalana melihat kakaknya tidak mau mendengarkannya dan bahkan tidak melihatnya, dia merasa malu dan bingung saat berdir
Setelah Justin keluar dari kantor, dia bertanya kepada sekretaris wanita di depan pintu."Hei, di mana kantor gadis yang baru saja masuk untuk mengantarkan dokumen ke kakakku?"Sekretaris Marisa berdiri dan berkata, "Tuan Muda, apa maksudmu Pamela yang baru saja memasuki kantor CEO?"Justin mengangguk. "Benar, dia orangnya!"Marisa bertanya dengan bingung, "Tuan Muda, kenapa mencari Pamela? Apakah kamu mengenalnya?"Justin mengerutkan kening dengan kesal. "Apakah aku harus melapor kepada kamu kalau aku mencarinya?"Marisa melambaikan tangannya dengan panik dan berkata sambil tersenyum, "Eh .... Nggak, nggak, kok. Aku cuma bertanya .... Eh ... Pamela ada di kantor manajer penjualan, lurus saja ke depan, lalu belok ke kanan sebelum belok ke kiri. Apa perlu kuantar Tuan Muda ke sana?""Nggak perlu!" Justin mengucapkan dua kata ini dengan nada dingin dan langsung untuk berbelok ke kiri di depan untuk mencarinya .......Justin menemukan kantor manajer departemen penjualan dan berdiri di de
Pamela masih memainkan permainannya dengan tidak fokus. "Baiklah, kalau Tuan Muda Justin ingin mengatakan sesuatu, katakan saja. Aku mendengarkan!"Justin berdiri, menyandarkan tangannya di mejanya dan mencondongkan tubuh ke depan sambil bertanya, "Jujur saja, kenapa saat itu kamu pergi dari Keluarga Dirgantara?"Mendengar pertanyaan ini, tangan Pamela yang menggeser mouse tanpa sadar berhenti, lalu mengerutkan bibirnya tanpa mengangkat alisnya."Karena tugasku sudah selesai, sudah sewajarnya bagiku untuk pergi."Sepasang mata Justin yang tampan dan kekanak-kanakan terlihat bingung. "Tugas? Tugas apa?"Pamela meliriknya dengan datar dan berkata, "Bukankah kamu sudah mengetahuinya? Tuan Agam itu nggak serius untuk menikahiku, dia cuma ingin aku membantunya berurusan dengan para tetua Keluarga Dirgantara! Lalu setelah misiku selesai, bukankah aku benar-benar akan menjadi saingan cinta kakakmu?"Justin tertegun, menatap cara bicara Pamela yang sendu dan mengerucutkan bibirnya tanpa mengat
Pamela, "..."Ternyata Pamela masih berharap lebih dari IQ anak muda ini.Ting!Lift mencapai lantai pertama dan pintunya perlahan terbuka.Pamela mengulurkan tangan dan menekan tombol lantai lagi, bersiap untuk kembali ke atas. Pada saat yang sama, dia berkata kepada Justin dengan datar."Tuan Muda Justin, kalau kamu nggak mau kembali ke Tuan Jason, kamu bisa turun sendiri."Justin ingin pergi, tetapi bukannya berjalan sendiri, dia malah menarik Pamela dan keluar dari lift bersama.Pamela ditarik keluar olehnya lagi dan dia mengerutkan kening dengan tak berdaya. "Tuan Muda Justin, tolong jangan ganggu pekerjaan orang lain, oke!?"Justin tidak setuju. "Bukankah kamu baru saja bilang semua pekerjaanmu sudah selesai? Kenapa begitu ingin kembali!"Pamela memutar matanya. "Apa aku sama sepertimu? Kamu adalah tuan muda dan aku seorang pekerja. Kalau aku meninggalkan pekerjaanku tanpa izin, gajiku akan dipotong, mengerti?"Tuan Muda Justin menjadi marah. "Berapa gaji yang akan dipotong, kela
Pamela tidak mengerti ....Justin mengambil sepasang kenari antik di tangannya dan berkata, "Meskipun kakek dan nenekku nggak hubungan darah, mereka sangat baik kepadaku selama bertahun-tahun. Sayangnya mereka nggak terlalu baik pada Kak Kalana."Pamela masih linglung, Justin mengira dia tidak ingin membayar dulu dan meyakinkannya dengan sungguh-sungguh."Jangan khawatir, aku pasti akan membayarmu kembali! Kakakku bilang kalau aku lulus semua ujian, dia akan mengembalikan semua kartuku."Pamela sadar dan tertawa. "Kalau begitu, sebaiknya katakan saja kamu nggak akan membayarnya kembali!"Justin mengerutkan kening. "Pamela, jangan meremehkanku. Cepat atau lambat aku akan lulus ujian!"Pamela tidak peduli berapa nilainya. Dia memikirkannya dan berkata, "Aku bisa membantumu membayar hadiah di muka dan nggak perlu membayarnya kembali, tapi kamu harus berjanji satu hal padaku."Justin menatap Pamela dengan penasaran dan kedua matanya terbelalak. "Apa yang kamu ingin aku janjikan padamu?"Pa