Pamela hanya melihat Jovita melampiaskan amarahnya dalam diam. Dia merasa bosan, jadi dia menguap, lalu tetap tersenyum kecil sambil berkata, "Maaf, baik Keluarga Alister menyambutku maupun nggak, hari ini, aku harus mengambil maharku."Mendengar ucapan Pamela, ekspresi Jovita seketika menjadi kaku. Kemudian, dia langsung mengernyit dan berkata dengan sangat kesal, "Kamu ... atas dasar apa kamu mengambil mahar itu?!"Dengan alis terangkat, Pamela bertanya, "Menurutmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya itu mahar yang diberikan suamiku padaku, 'kan? Jadi, kenapa aku nggak bisa mengambilnya?"Suamiku? Panggilan ini membuat Jovita naik darah. Pamela tidak layak memanggil Agam dengan panggilan itu! Agam jelas-jelas seharusnya adalah suami Jovita. Namun, sayangnya, pria itu direbut oleh Pamela ....Makin dipikirkan, Jovita merasa makin marah. Dia pun menunjuk Pamela sambil berseru, "Pamela, jangan asal bicara! Diberikan suamimu?! Jelas-jelas itu milikku, itu mahar pemberian Keluarga Di
Wulan mendengus dengan sinis dan berseru, "Lupakan saja! Jangan bawa-bawa Tuan Agam untuk mengancamku! Tuan Agam jelas-jelas seharusnya adalah suaminya Jovita. Kalau bukan karena kamu mencari masalah, sekarang, Jovita sudah benar-benar menikah dengan Tuan Agam!"Begitu masalah ini terungkit, Wulan dan Jovita makin marah!Pamela benar-benar tidak berdaya melihat kepercayaan diri ibu dan anak yang tidak berdasar ini! Sampai sekarang, Jovita dan ibunya masih saja menganggap bahwa orang yang akan Agam nikahi adalah Jovita?!Hehe, selera Agam tidak serendah ini.Pada saat ini, Darius kebetulan bangun dari tidur siangnya. Dia pun turun ke lantai bawah sambil menguap.Mendengar keributan itu, Darius juga berjalan ke arah pintu untuk melihat situasinya ....Begitu Darius melihat pendatang itu, alisnya seketika terangkat. "Pamela, ternyata kamu, ya! Berani sekali kamu pulang!" kata Darius.Pamela melihat wajah Darius yang masih penuh akan luka, hidungnya memar, matanya bengkak, dia masih terlih
Meskipun Keluarga Alister tinggal di daerah vila yang bagus, makanan dan pakaian ketiga orang itu juga memberikan kesan yang mewah pada orang luar, mereka sebenarnya hanya suka berlagak kaya karena hidup Keluarga Alister sebenarnya tidak seindah kelihatannya.Darius adalah pewaris beberapa properti rumah dan toko yang diturunkan oleh generasi sebelumnya. Namun, properti itu bukan properti mahal dan sangat susah untuk dijual.Dalam beberapa tahun terakhir, Darius selalu menyewakan beberapa properti rumah tersebut. Namun, uang sewa yang dia dapatkan sangat sedikit jika dibandingkan dengan pengeluaran Keluarga Alister, sama sekali tidak cukup untuk memuaskan gaya hidup mereka yang angkuh dan suka membandingkan diri dengan orang lain.Sebelumnya, masih ada Jovita yang menghasilkan uang di industri hiburan dan bisa mempertahankan kejayaan mereka sekeluarga.Namun, sekarang, Jovita sudah tidak punya harapan lagi, nilainya anjlok, dia tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan lagi, jadi mereka se
"Apa hubungan antara kamu dengan ibu kandungku? Dulu, kenapa kamu mau pergi menjemput aku, putri ibuku, di rumah sakit?" tanya Pamela.Ekspresi Darius seketika menjadi kaku. Dia menatap Pamela dengan tatapan terkejut dan bertanya, "Kamu ... kamu sudah tahu?""Iya, aku sudah tahu kalau kamu bukan ayah kandungku," jawab Pamela.'Pantas saja akhir-akhir ini, setiap anak durhaka ini bertemu denganku, dia selalu memanggilku Tuan Darius!' pikir Darius. Ketidaknyamanan melintas di tatapan Darius. "Jangan asal bicara! Kamu putriku, putri Darius Alister! Pamela, meskipun kamu sudah menikah ke keluarga kaya, kamu nggak perlu langsung putus hubungan dengan aku dan bahkan nggak mau mengakui hubungan darah ini, deh?" kata Darius.Dengan ekspresi tenang, Pamela berkata, "Maaf, Tuan Darius. Aku sudah melakukan tes DNA. Kita memang sama sekali nggak berhubungan darah, kamu nggak bisa membodohiku."Darius seketika tercengang. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Pamela akan berbuat seperti itu. "Kamu
Darius berkata, "Hal yang lain aku nggak tahu, aku cuma tahu kalau ibumu sepertinya adalah seorang nona muda dari keluarga kaya, suatu saat aku pernah melihatnya ... uhuk, uhuk, pernah melihat ibumu memasuki sebuah manor yang sangat mewah, kemudian memanggil sepasang suami istri yang sudah tua dengan panggilan ayah dan ibu."Pamela kurang lebih sudah tahu bahwa Darius sepertinya pernah memiliki niat lain terhadap ibunya dan bisa melihat hal ini karena diam-diam mengikuti ibu saat melihat ekspresi bersalah yang tidak sengaja terlihat di wajah Darius.Darius tidak bisa menahan dirinya untuk berbicara saat mengenang masa lalu, "Ibumu adalah orang yang sangat rendah hati, nilainya sangat bagus dan memiliki sikap yang lembut, sama sekali nggak ada sifat arogan seperti nona kaya yang lain, ibumu memiliki banyak teman di sekolah dan hampir menjadi seorang dewi di dalam hati seluruh siswa dan siswi di sekolah."Benar, ibu memang sangat lembut dan baik.Dalam ingatan Pamela yang masih berantaka
"Kamu harus menjalani hidup dengan baik karena sudah menikah dengan keluarga besar seperti Keluarga Dirgantara, jangan mengingat masa lalu lagi! Aku pernah berjanji padanya untuk menyembunyikanmu dari musuhnya dan aku harus memenuhi janji ini."Pamela tertegun sejenak, ucapan yang diucapkan oleh 'ayah' yang tidak ada hubungan darah dan kasih sayang pada saat ini bisa dianggap sebagai peringatan dengan niat baik, itu seharusnya berasal dari perasaan rumitnya pada cinta pertamanya, 'kan?Pamela tersenyum. "Terima kasih atas peringatannya, aku akan hidup dan menjaga diriku dengan baik. Sampai jumpa, Tuan Darius."Setelah itu Pamela melangkah keluar dari ruang kerja.Darius sedikit mengerutkan keningnya dan menghela napas, dia sudah membuat Pamela hidup dengan aman sampai 20 tahun, bisa dianggap Darius sudah memenuhi janji wanita itu.Pamela sudah tumbuh besar dan ingin terbang ke luar, dia tidak akan memedulikan masa depannya lagi....Lantai bawah rumah Keluarga Alister.Beberapa pria ke
Jovita bereaksi kembali dari nominal di dalam cek yang jumlahnya sangat besar dan menatap Pamela dengan tatapan penuh dengan keirian serta kebencian, setelah itu dia mendengus dengan nada dingin. "Cih, dari mana lagi dia bisa mendapatkan uang? Pamela pasti menggunakan trik yang sangat tidak tahu malu untuk mendapatkannya dari Tuan Muda Agam!"Tentu saja Wulan membela Jovita, "Pamela, bukankah ini sama saja dengan kamu menggunakan barang orang lain untuk berbuat baik? Kamu nggak takut Tuan Muda Agam akan menyalahkanmu karena mengambil uang sebanyak ini tanpa izin dari Keluarga Dirgantara?"Pamela tersenyum. "Tante Wulan, sepertinya kamu melupakan satu hal yang penting, Tuan Muda Agam yang kalian maksud adalah suamiku, uang Agam adalah uangku juga. Sama seperti kamu yang selama ini menghabiskan uang suamimu, apakah dia menyalahkanmu?"Ekspresi Wulan terlihat sangat buruk, terkadang memucat terkadang memerah dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.Raut wajah Jovita terlihat lebih buruk la
Marlon dan Ariel saling berpandangan, hati mereka terasa sedih.Bos mereka tidak pernah mendapatkan sedikit pun kehangatan dari Keluarga Alister dari kecil sampai besar, bos juga benar-benar sangat menderita saat dikirim ke desa, mereka berdua melihat dan melalui bersama-sama betapa sulitnya untuk bisa berada sampai di sini.Marlon melihat Pamela yang terlihat murung dan ingin menyenangkannya, jadi dia berkata, "Bos, mari kita bermain dan minum sampai puas karena hadiah pertunangan sudah berhasil didapatkan?""Untuk apa minum arak di siang bolong!" Pamela tidak memiliki suasana hati untuk bermain, dia melambaikan tangan dan berkata, "Marlon, nanti kamu periksa apakah ada sebuah manor mewah di Kota Pudita yang telah dihancurkan dan dibangun kembali dalam 20 tahun terakhir, cari asal usul pemilik manor jika memang ada. Selain itu, utus orang untuk memeriksa seorang mahasiswi Universitas Pudita yang bernama Maya Morris, lalu berikan dokumennya padaku."Marlon menyadari sesuatu dan ekspres