Mendengar pertanyaan Justin, ekspresi Pamela menjadi agak canggung. Tanpa disadari, dia menyentuh handuk yang melilit lehernya dan berkata, "Nggak apa-apa, aku hanya kedinginan!"Justin seketika mengernyit. Dia berkata dengan kebingungan, "Kalau kamu kedinginan, handuk itu juga nggak bisa membuatmu merasa hangat. Sini, pakai bajuku saja!"Kemudian, Justin menoleh dan menatap Kalana sambil bertanya, "Kak, sekarang kamu nggak merasa dingin, 'kan?"Kalana langsung tercengang. "Emm ... iya, Kakak nggak kedinginan lagi!" jawab Kalana.Justin langsung berkata dengan serius, "Kak, kalau begitu, lepaskanlah jaketmu, biar Pamela bisa memakainya. Tadi, dia jatuh ke kolam, jadi dia bisa masuk angin!"Kalana baru menyadari bahwa dia mengenakan jaket yang Justin berikan padanya, sedangkan perlakuan Justin meminta kembali jaket itu darinya pun membuat senyuman di wajahnya menjadi kaku. "Baiklah! Benar juga, Kak Pamela jatuh ke kolam, jadi gampang masuk angin!" kata Kalana.Kalana pun hanya bisa mele
"Apa yang kalian lakukan di sini?" Pada saat ini, terdengar suara seorang pria yang rendah dan berwibawa.Pamela dan Justin yang sedang berdebat tentang pemanggilan ambulans memandang ke arah datangnya suara secara bersamaan ....Dengan ekspresi datar, Agam berdiri di dekat pintu kamar sambil menatap mereka dengan tatapan dingin."Agam!"Saat Kalana tersadar, kegelapan di tatapannya seketika menghilang. Dengan gaya polos, dia berlari kecil ke arah pria itu dan membuang napas dengan tidak berdaya, lalu berkata, "Agam, aku datang untuk minta maaf pada Kak Pamela. Menurutku, ada kesalahpahaman antara kami, tapi sepertinya dia nggak mau memaafkanku ...."Agam melirik Kalana sekilas, lalu menatap Justin dan akhirnya menatap jaket pria yang menutupi tubuh Pamela itu. Dia memicingkan matanya dengan kesal dan bertanya, "Baju siapa itu?"Pamela tidak bisa menjawab pertanyaan ini.Justin langsung merinding ketakutan. Dia bergegas menjawab, "Kak Agam, kata Pamela, dia kedinginan, jadi aku membiar
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"Pamela seketika tersadar dari lamunannya karena sentuhan jari tangan Agam yang dingin di hidung Pamela.Pria itu membungkukkan badannya untuk menyetarakan tatapannya dengan Pamela yang sedang duduk di atas ranjang dan berkata dengan lembut, "Nggak ada yang memperhatikan panggangannya, jadi panggangannya gosong. Aku menyuruh seseorang untuk memanggang sedikit lagi untukmu. Nanti, akan ada yang mengantarkannya untukmu."Sekarang, Pamela tidak lagi memedulikan panggangan itu. Dengan sayap ayam panggang yang Justin bawakan untuknya, dia juga sudah lumayan kenyang.Dengan alis terangkat dan tatapan licik, Pamela bertanya, "Paman, apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?"Agam terdiam sesaat. Kemudian, dia berlutut di hadapan Pamela sambil menatap Pamela dengan tatapan tulus. Dia menggeleng dan menjawab, "Nggak ada.""Baguslah kalau begitu!" kata Pamela. Dia juga tidak lagi banyak tanya.Dia tidak menganggap serius ucapan Kalana yang tidak penting itu
Desain yang sebelumnya dikembalikan oleh Agam, katanya Pamela tidak merancangnya dengan sepenuh hati.Kali ini, Pamela sudah memutar otaknya untuk memikirkan sebuah ide kreatif. Akhirnya, sebelum Agam pulang, dia memutuskan sebuah rancangan dan mengirimkan versi terbarunya pada Agam, lalu menunggu balasan Agam.Kali ini, seharusnya tidak ada masalah lain lagi.Setelah Pamela menyelesaikan desain ini, dia pun bisa mengistirahatkan otaknya.Pamela ingin memainkan permainan di ponselnya untuk bersantai, tetapi dia tidak sengaja melihat tanggal hari ini ....Hari ini adalah hari berakhirnya kerja sama antara Pamela dengan Agam, tepat tiga bulan sudah berlalu!Tak disangka, waktu berlalu sangat cepat.Hubungan antara Pamela dengan Agam agak rumit ....Jika Agam tidak menyatakan bahwa dia ingin berpacaran dengan serius dengan Pamela dan Pamela juga tidak berjanji untuk mempertimbangkan hal tersebut ....Sekarang, Pamela seharusnya sudah bisa mengemas barangnya, lalu meninggalkan Kediaman Dir
Pamela hanya melihat Jovita melampiaskan amarahnya dalam diam. Dia merasa bosan, jadi dia menguap, lalu tetap tersenyum kecil sambil berkata, "Maaf, baik Keluarga Alister menyambutku maupun nggak, hari ini, aku harus mengambil maharku."Mendengar ucapan Pamela, ekspresi Jovita seketika menjadi kaku. Kemudian, dia langsung mengernyit dan berkata dengan sangat kesal, "Kamu ... atas dasar apa kamu mengambil mahar itu?!"Dengan alis terangkat, Pamela bertanya, "Menurutmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya itu mahar yang diberikan suamiku padaku, 'kan? Jadi, kenapa aku nggak bisa mengambilnya?"Suamiku? Panggilan ini membuat Jovita naik darah. Pamela tidak layak memanggil Agam dengan panggilan itu! Agam jelas-jelas seharusnya adalah suami Jovita. Namun, sayangnya, pria itu direbut oleh Pamela ....Makin dipikirkan, Jovita merasa makin marah. Dia pun menunjuk Pamela sambil berseru, "Pamela, jangan asal bicara! Diberikan suamimu?! Jelas-jelas itu milikku, itu mahar pemberian Keluarga Di
Wulan mendengus dengan sinis dan berseru, "Lupakan saja! Jangan bawa-bawa Tuan Agam untuk mengancamku! Tuan Agam jelas-jelas seharusnya adalah suaminya Jovita. Kalau bukan karena kamu mencari masalah, sekarang, Jovita sudah benar-benar menikah dengan Tuan Agam!"Begitu masalah ini terungkit, Wulan dan Jovita makin marah!Pamela benar-benar tidak berdaya melihat kepercayaan diri ibu dan anak yang tidak berdasar ini! Sampai sekarang, Jovita dan ibunya masih saja menganggap bahwa orang yang akan Agam nikahi adalah Jovita?!Hehe, selera Agam tidak serendah ini.Pada saat ini, Darius kebetulan bangun dari tidur siangnya. Dia pun turun ke lantai bawah sambil menguap.Mendengar keributan itu, Darius juga berjalan ke arah pintu untuk melihat situasinya ....Begitu Darius melihat pendatang itu, alisnya seketika terangkat. "Pamela, ternyata kamu, ya! Berani sekali kamu pulang!" kata Darius.Pamela melihat wajah Darius yang masih penuh akan luka, hidungnya memar, matanya bengkak, dia masih terlih
Meskipun Keluarga Alister tinggal di daerah vila yang bagus, makanan dan pakaian ketiga orang itu juga memberikan kesan yang mewah pada orang luar, mereka sebenarnya hanya suka berlagak kaya karena hidup Keluarga Alister sebenarnya tidak seindah kelihatannya.Darius adalah pewaris beberapa properti rumah dan toko yang diturunkan oleh generasi sebelumnya. Namun, properti itu bukan properti mahal dan sangat susah untuk dijual.Dalam beberapa tahun terakhir, Darius selalu menyewakan beberapa properti rumah tersebut. Namun, uang sewa yang dia dapatkan sangat sedikit jika dibandingkan dengan pengeluaran Keluarga Alister, sama sekali tidak cukup untuk memuaskan gaya hidup mereka yang angkuh dan suka membandingkan diri dengan orang lain.Sebelumnya, masih ada Jovita yang menghasilkan uang di industri hiburan dan bisa mempertahankan kejayaan mereka sekeluarga.Namun, sekarang, Jovita sudah tidak punya harapan lagi, nilainya anjlok, dia tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan lagi, jadi mereka se
"Apa hubungan antara kamu dengan ibu kandungku? Dulu, kenapa kamu mau pergi menjemput aku, putri ibuku, di rumah sakit?" tanya Pamela.Ekspresi Darius seketika menjadi kaku. Dia menatap Pamela dengan tatapan terkejut dan bertanya, "Kamu ... kamu sudah tahu?""Iya, aku sudah tahu kalau kamu bukan ayah kandungku," jawab Pamela.'Pantas saja akhir-akhir ini, setiap anak durhaka ini bertemu denganku, dia selalu memanggilku Tuan Darius!' pikir Darius. Ketidaknyamanan melintas di tatapan Darius. "Jangan asal bicara! Kamu putriku, putri Darius Alister! Pamela, meskipun kamu sudah menikah ke keluarga kaya, kamu nggak perlu langsung putus hubungan dengan aku dan bahkan nggak mau mengakui hubungan darah ini, deh?" kata Darius.Dengan ekspresi tenang, Pamela berkata, "Maaf, Tuan Darius. Aku sudah melakukan tes DNA. Kita memang sama sekali nggak berhubungan darah, kamu nggak bisa membodohiku."Darius seketika tercengang. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Pamela akan berbuat seperti itu. "Kamu