"Menjelaskan?" Agam menyipitkan matanya. Dia bahkan tidak memperhatian ekspresi malu-malu Jovita. Matanya selalu tertuju pada Pamela.Agam mengulurkan tangannya yang besar untuk mengambil koper dari tangan Pamela, lalu menyerahkannya kepada Dimas yang berdiri di samping sambil bertanya pada Pamela, "Apa yang kamu lakukan?"Saat berbicara, Agam melingkarkan lengannya di pinggang Pamela, lalu menarik Pamela ke dalam pelukannya seolah dia khawatir Pamela benar-benar akan pergi.Pamela merasa tidak pantas berpelukan di depan orang-orang. Jadi, dia mendorong dada Agam dan mencoba untuk melepaskan diri, tapi dia tidak bisa melepaskan pelukan Agam. Pamela tidak punya pilihan selain mengangkat bahu, merentangkan tangannya sambil menjelaskan, "Paman, begini masalahnya. Saat kamu pergi ke Kediaman Keluarga Alister untuk menjemput pengantin wanita, kamu seharusnya masuk melalui pintu depan Kediaman Keluarga Alister dan menjemput Jovita! Tapi Paman, kamu malah melewati pintu belakang pintu dan mem
Agam sudah lama mendengar bahwa Pamela menjalani kehidupan yang sulit di keluarganya. Namun, Agam tidak menyangka bahwa setiap anggota keluarga Pamela memperlakukannya seperti ini, termasuk ibu tiri dan saudara tirinya. Bahkan ayahnya pun tidak mencintai Pamela!Agam menunduk, lalu menatap gadis kecil yang acuh tak acuh di pelukannya. Hatinya diam-diam merasa kasihan. Agam tidak bisa membayangkan berapa banyak keluhan yang Pamela derita di Keluarga Alister sejak dia masih kecil sehingga Pamela bisa bersikap acuh tidak acuh seperti ini!Setelah mendengarkan kata-kata tidak masuk akal yang diucapkan oleh ketiga anggota Keluarga Alister, bibir tipis Agam tersenyum sinis. Kemudian, dia berkata, "Bertukar? Kenapa harus bertukar? Wanita yang ingin aku nikahi adalah Pamela yang berada di sampingku, bukan yang lain."Jovita tidak memercayainya!Jovita merasa karena campur tangan dan kata-kata manis Pamela telah membuat Agam menjadi seperti ini!"Tuan Agam, bagaimana mungkin kamu mau menikahi P
Orang yang tertawa bukan Pamela atau Agam.Dimas-lah yang tidak bisa menahan tawanya.Meskipun usia Dimas sudah cukup tua, Dimas belum pernah melihat wanita biasa yang memiliki kepercayaan diri seperti itu. Hari ini Jovita telah menambah wawasannya!Dimas berdeham dengan canggung, lalu menahan senyum canggungnya dan berkata, "Ahem, maaf! Tuan, aku akan melihat apakah makan malammu dan Nyonya sudah siap ...."Setelah berkata, Dimas pergi dengan ekspresi serius.Agam menyipitkan matanya, lalu berkata sambil melirik ke arah Jovita, "Menurutmu, apa yang bisa membandingkan dirimu dengan istriku? Apakah karakter, pengetahuan dan penampilanmu bisa dibandingkan dengan istriku?"Kata-kata Agam sangat melukai harga diri Jovita. Meskipun dia tahu bahwa Pamela memiliki wajah yang cantik hingga membuatnya merasa iri, Jovita merasa bahwa dia tidak lebih buruk dari Pamela. Jika tidak, bagaimana mungkin Jovita bisa menjadi seorang selebriti?Atas dasar apa Agam tidak menyukai Jovita?Pamela selalu ber
Agam menatap ekspresi jijik Darius, lalu aura dingin pun melintas di matanya.Apakah orang seperti itu layak menjadi seorang ayah?Lingkungan keluarga seperti apa tempat Pamela dibesarkan?Agam menyipitkan matanya dengan tidak ramah sambil berkata, "Paman Darius, pertama-tama, kamu harus layak dipanggil ayah oleh istriku, aku baru akan memanggilmu ayah mertua. Sementara kamu tampaknya nggak kompeten sebagai seorang ayah. Jadi di mataku, kamu bahkan bukan nggak pantas menjadi manusia."Darius merasa tertekan dan bersalah, tapi dia masih ingin membela diri. Saat dia melihat tatapan dingin Agam, dia tiba-tiba merasakan ketakutan yang belum pernah dirasakan sebelumnya, sehingga kata-katanya pun seakan tersangkut di tenggorokannya ....Saat ini, sikap Agam terhadap Darius benar-benar berbeda jauh!Ketika mereka pertama kali bertemu, Agam yang memiliki penampilan luar biasa dengan sikap mengesankan ini, menunjukkan rasa hormat dan sopan padanya.Namun, sekarang Darius hanya melihat ekspresi
Dimas memahami keinginan tuannya. Dia berbalik dan mengikuti para pelayan berjalan keluar untuk menjelaskan kepada orang-orang di luar.Setelah semua orang keluar, Pamela merasa tenang. Dia mendorong dada Agam sambil berkata, "Paman, bisakah kamu melepaskanku?"Agam menundukkan kepala untuk menatap Pamela. Bukannya melepaskan Pamela, Agam malah mengencangkan cengkeramannya sedikit lebih erat. "Melepaskanmu dan membiarkan kamu yang tidak berperasaan menyeret barang bawaanmu dan meninggalkanku?"Pamela berkata sambil mengerutkan kening dan menatap Agam, "Paman, apakah barusan kamu nggak merasa koperku sangat ringan? Nggak ada apa-apa di dalamnya. Aku nggak mengemas barangku sama sekali. Aku hanya berpura-pura!"Agam tentu menyadari bahwa koper itu tidak berat sama sekali, tetapi dia tetap merasa sedikit tidak senang. Ada sedikit ketegasan di matanya. "Seseorang datang ke rumah dan mengganggumu. Kenapa kamu nggak meneleponku?"Pamela berkata dengan tenang, "Bukankah kamu sedang bekerja? A
Saat menunggu Agam berganti pakaian di lantai atas, Pamela yang duduk di lantai bawah merasa kebosanan. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan memainkan permainan ponsel beberapa putaran untuk menghilangkan kejenuhannya ....Tak lama kemudian."Oke, ayo kita pergi."Suara pria itu terdengar.Saat Pamela mendongak, dia sedikit tercengang ....Berbeda seperti biasanya, Agam tidak mengenakan setelan jas, melainkan berpakaian kasual. Selesai mandi dan mencuci rambutnya, pria itu juga tidak menyisir rambutnya hingga sangat rapi seperti biasanya, melainkan membiarkan beberapa helai rambutnya jatuh mengarah ke depan. Wajah pria itu yang biasa tampak dingin dan tegas, hari ini terlihat lebih hangat.Agam berjalan menghampiri Pamela, lalu menjentikkan jarinya di kening wanita itu. "Apa kamu sudah puas melihatku?"Pamela tersadar kembali. Dia mengusap-usap keningnya yang terasa agak sakit, lalu menyimpan kembali ponselnya ke dalam sakunya dan berkata dengan ekspresi cemberut, "Memangnya aku nggak bo
Situasi ini adalah situasi yang sangat canggung. Pamela mengerutkan keningnya, lalu menoleh dan menyalahkan pria di sampingnya. "Paman, semuanya karena kamu! Kenapa kamu nggak memberitahuku hari ini kita akan berpartisipasi dalam sebuah acara ulang tahun? Nggak baik datang dengan tangan kosong seperti ini!"Pria itu sama sekali tidak menganggap serius ucapan gadisnya. Dia mengulurkan lengannya dan mengambil setusuk daging dari perapian. Setelah mencicipi apakah daging itu sudah matang atau tidak, pria itu menyodorkan setusuk daging itu kepada gadisnya dan berkata, "Saat aku berulang tahun, kamu saja nggak memberiku hadiah ulang tahun. Apa kamu pikir aku akan membiarkanmu memberi hadiah kepada orang lain terlebih dahulu?"Pamela menerima setusuk daging itu tanpa bisa berkata-kata.Pria itu memang kelihatan sangat dewasa, tetapi terkadang dia benar-benar kekanak-kanakan dan suka memperhitungkan hal kecil!Memang benar, beberapa saat yang lalu, bertepatan pada hari ulang tahun Agam, karen
Agam sedikit mendongak ke atas dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Kemudian, dia merangkul Pamela dan bersiap untuk membawa gadisnya naik ke lantai atas.Namun, Pamela tetap tidak bergerak. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Paman, aku ingin menunggu memakan sayap ayam di sini. Aku nggak ingin ikut denganmu untuk bersosialisasi!"Agam tidak memaksakan kehendaknya. Dia mengusap-usap kepala gadisnya dan berkata, "Oke, kamu makan pelan-pelan di sini, ya. Aku naik ke atas sebentar, lalu kembali lagi untuk menemanimu."Pamela menganggukkan kepalanya dan memberikan isyarat tangan oke. Kemudian, dia menggigit tusukan daging yang disodorkan oleh Agam kepadanya tadi satu gigitan, seolah-olah sangat menikmati makanannya.Setelah Agam masuk ke dalam vila, Derry menyodorkan satu tusukan daging yang sudah selesai dipanggang lagi kepada Pamela. Dengan seulas senyum penuh arti, dia berkata, "Pamela, kamu benar-benar hebat, ya. Kamu bisa membuat seorang pria yang sulit diatur seperti Agam