Dua pembantu yang menyambut ketiga orang dari Keluarga Alister itu menghampiri Dimas dan bergumam, "Pak Dimas, mereka benar-benar keluarganya Nyonya Pamela? Kenapa mereka sama sekali nggak seperti orang dari keluarga yang sama dengan Nyonya Pamela?""Iya! Sikap mereka nggak seperti tamu, jelas-jelas mereka bersikap seakan-akan mereka adalah majikan rumah ini! Tadi, katanya, halaman rumah ini harus direnovasi, pohon pinus tua itu harus ditebang, anggrek kesayangan Tuan Tomi juga harus dibuang!"Sambil mendengar ucapan para pembantu ini, Dimas juga tidak bisa memahami sikap anggota Keluarga Alister yang agak keterlaluan itu. Namun, dia mengernyit sambil mendidik bawahannya."Sudahlah, jangan bergunjing tentang tamunya Nyonya Pamela. Cepat seduh teh untuk tamu! Suruh para pembantu wanita siapkan camilan! Hari ini pertama kalinya keluarga Nyonya Pamela datang bertamu, jadi apa pun yang terjadi, kita tetap harus melayani mereka dengan baik," kata Dimas."Baik.""Baik."Kedua pembantu itu pu
Jovita berdiri dengan penuh amarah dan berseru, "Iya! Sok hebat sekali Pamela! Ayah sudah datang, tapi dia malah berani membuat kita menunggu selama ini? Jangan-jangan dia nggak berani turun, ya? Sebaiknya aku ke atas untuk membawanya ke sini!"Sambil berbicara, Jovita sudah tidak sabar, dia pun hendak langsung naik ke lantai atas ....Melihat hal ini, Dimas mengernyit. Dengan tatapannya, dia menginstruksikan pembantu rumah tangga di satu sisi untuk menahan Jovita.Jovita memelototi para pembantu yang mengadang di hadapannya dengan kesal sambil berkata dengan sombong, "Semuanya minggir! Jangan halangi jalanku!"Para pembantu itu bergeming. Mereka tetap menghalangi di depan Jovita, tidak membiarkannya naik ke lantai atas.Dimas berjalan menghampiri Jovita dan berkata dengan sopan, "Maaf, Nona. Lantai atas itu area pribadi majikan kami, tamu nggak boleh naik ke lantai atas. Mohon pengertian Nona."Namun, Jovita malah berseru, "Kalian berani menghalangiku? Aku bukan tamu! Tahukah kalian?
Melihat pengurus rumah tua ini seperti terkejut, Jovita tampak bangga. Dia pun menekankan ucapannya lagi."Benar, seperti yang kalian dengar, akulah majikan kalian yang sesungguhnya di Kediaman Dirgantara! Kalian para bawahan ini seharusnya mematuhi ucapanku!" kata Jovita.Dimas yang sudah berpengalaman selalu bersikap tenang dan berhati-hati. Namun, hari ini, menghadapi Jovita yang terlalu percaya diri, dia juga tidak bisa menahan tawanya!Beberapa pembantu yang menghalangi jalannya Jovita juga diam-diam merasa konyol!Jovita yang ditertawakan oleh orang-orang ini pun merasa sangat tidak nyaman. Dia mengernyit. Dengan mata terbelalak, dia berseru, "Hei! Apa yang kalian tertawakan? Aku nggak bohong!"Dimas berhenti tertawa dengan susah payah, lalu berdeham dan kembali ke sikapnya yang sopan seperti sebelumnya."Maaf, Nona. Kalau Nona belum bangun tidur, ada beberapa kamar tamu di lantai satu Kediaman Dirgantara. Nona bisa memilih salah satu kamar itu dan tidur sebentar di sana," kata D
Pamela menganggukkan kepalanya, lalu berjalan menuju ruang tamu dengan santai. Sambil tersenyum dengan sopan, dia berkata, "Tuan Darius, Nyonya Wulan, lama tak berjumpa."Tuan Darius?Mendengar panggilan ini, Darius mengernyit sambil berseru, "Dasar anak durhaka! Apa katamu?"Pamela duduk di sofa yang berjarak agak jauh dari ketiga orang itu. Dia menerima segelas kopi hitam yang disiapkan khusus untuknya oleh seorang pembantu wanita dan menyesap seteguk kopinya. Kemudian, dia mengangkat tatapannya dan menjawab, "Tuan Darius. Ada masalah? Namamu bukan Darius, ya?"Sejak Pamela mengetahui bahwa dia sama sekali tidak berhubungan darah dengan Darius, dia tidak sanggup dan juga tidak berencana untuk memanggil pria ini dengan panggilan "ayah" lagi.Darius bukan ayah kandungnya, juga tidak berperan dalam membesarkan dan mendidiknya. Sejak Pamela dibuang ke desa, pria ini tidak pernah menanyakan tentang kabarnya, jadi pria ini tidak layak dianggap sebagai ayahnya Pamela!Darius memelototi putr
Pamela menundukkan kepalanya, hal ini membuat Jovita makin marah. "Bagaimana memberimu hukuman? Itu tergantung dengan sikapmu mengakui kesalahan dan perasaanku!"Saat ini, Wulan menghela napas tak berdaya, lalu membujuk putrinya dengan niat baik, "Sudahlah, Jovita. Bagaimanapun juga, Pamela adalah adikmu, kamu jangan mempersoalkan hal itu padanya lagi!"Tak lama kemudian, Wulan melihat Pamela lagi, lalu berkata dengan ekspresi baik hati, "Pamela, kamu sudah lama mewakili Jovita, juga membuat kariernya tak bisa berjaya lagi. Kami hanya menganggapmu masih muda, jadi nggak pengertian, juga nggak memintamu membayar kerugian itu.""Hari ini, asalkan kamu bisa mengembalikan posisi nyonya Keluarga Dirgantara pada Jovita, bahkan menjamin kelak nggak akan muncul lagi, juga nggak akan menghancurkan hubungan pernikahan Tuan Agam dan Jovita setelah kamu mengemas barangmu dan pergi. Kami akan menganggap hal ini berlalu begitu saja!"Jovita berkata dengan tak senang, "Ibu, persyaratan ini sangat men
"Baik!" Pamela langsung menyetujuinya.Kemudian, dia menoleh memerintah pembantu yang sudah bengong di sebelahnya untuk membiarkannya memanggil semua pembantu di rumah dan Pak Dimas kemari.Pembantu itu baru sadar, lalu menganggukkan kepalanya dan berlari keluar.Tak lama kemudian, Pak Dimas membawa semua pembantu Keluarga Dirgantara berkumpul di ruang tamu.Pamela memperkenalkan dengan serius, "Kukenalkan pada kalian, dia adalah kakakku yang bernama Jovita Alister, dia baru nyonya sebenarnya di sini, juga orang yang ingin dinikahi oleh Tuan Agam! Kedua orang di sampingnya adalah orang tua Jovita, juga besan Keluarga Dirgantara."Pak Dimas dan pembantu lainnya terlihat kaget, bahkan mencurigai Nyonya sedang bercanda pada mereka!Namun, Pamela terlihat serius, bahkan tak ada maksud bercanda. "Sudahlah, nanti kalian layani mereka dengan baik, aku naik ke atas untuk mengemas barangku dulu, dengan begitu nyonya kalian bisa tinggal di sini!"Setelah mendengar Pamela memperkenalkan dia di de
Agam berdiri di tempat penggantian sepatu, karena suara TV yang terlalu keras, dia sudah merasa ada yang aneh di rumah ini.Agam menyipitkan matanya, lalu menatap tiga orang asing di ruang tamu dengan waspada, bahkan wajah gantengnya menjadi masam.Dua pembantu akan menyambut Agam seperti biasa, lalu menunggu Agam melepaskan jaket, baru satunya menundukkan tubuh untuk memberikan sandal pada Agam.Agam hanya bisa menyerahkan jaketnya pada pembantu, tapi tidak mengganti sandal, melainkan bertanya, "Siapa yang ada di ruang tamu?"Ekspresi kedua pembantu terlihat rumit, bahkan saling melihat, lalu salah satu dari mereka berkata dengan tak berdaya, "Tuan, ketiga orang itu adalah keluarga Nyonya, tapi mereka ...."Ketika pembantu baru bicara sampai setengah, dia tiba-tiba diam.Karena dia tidak tahu bagaimana menjelaskan tentang hari ini nyonya memperkenalkan "nyonya baru" pada mereka. Sungguh rumit sampai mereka sebagai bawahan belum tahu sebenarnya mana yang benar ....Agam melihat dia men
Kalimat "halo dan selamat datang" yang cuek itu sangat jarang terdengar dari mulut pria tertinggi dan benar-benar terhormat ini.Detak jantung Jovita semakin cepat dan dia hampir tersanjung.Dia yakin Tuan Agam pasti memiliki kesan yang baik terhadapnya. Kalau tidak, bagaimana dia bisa begitu ramah dan sopan padanya!Ternyata pria yang terlihat sangat dingin dan sombong itu mengatakan dia menyambut kedatangannya. Bukankah itu sudah memperjelas semuanya?Dialah orang yang ingin dinikahi Tuan Agam dulu. Menurut wanita yang datang ke rumahnya kemarin, sepertinya Tuan Agam telah melihat serial TV-nya di TV dan langsung jatuh cinta padanya. Maka dari itu, dia langsung mengutus seseorang ke rumahnya untuk mempekerjakannya.Lalu alasan mengapa dia berhasil disingkirkan oleh Pamela si wanita rendahan itu mungkin karena dia dan Pamela adalah teman, juga terlihat agak mirip. Meskipun dia sendiri tidak berpikir demikian, orang luar mungkin menganggapnya sangat mirip.Terlebih lagi, Pamela si wani
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen