Di Kediaman Yanuar.Jason sedang duduk dengan santai di sebuah kursi anyaman yang terletak di depan rak buku besar yang sangat bersih. Dia memegang sebuah buku bahasa asing di satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain memegang segelas kopi yang masih mengepulkan asap panas.Calvin, sekretarisnya, berdiri di satu sisi sambil melaporkan sesuatu dengan penuh hormat."Tuan, apakah kita perlu membantu Nona Pamela mengklarifikasi perihal dia difitnah di internet?" tanya Calvin.Meskipun Calvin tidak terbiasa melihat Pamela yang bersikap tidak hormat terhadap Jason, masalah ini tidak berhubungan dengan sikap Pamela. Hari itu, di Sungai Kolos, Pamela memang membantu Tuan Besar Keluarga Yanuar. Kalau tidak, Tuan Besar pasti akan terluka karena selebriti internet yang tidak tahu diri itu.Jason memicingkan sepasang matanya yang indah, tetapi dingin itu. Dia menyesap seteguk kopi sambil mengingat sikap Pamela yang sombong dan tidak menghormati dirinya, lalu berkata dengan santai, "Dia istriny
Melihat mata adiknya yang memerah, hati Jason melunak. Jason mengulurkan tangannya dan menyeka air mata dari sudut mata adiknya sambil berkata, "Sudah, Kalana, jangan menangis. Kakak hanya asal tanya saja."Kalana menghirup ingusnya dengan sedih dan berkata dengan nada manja, "Kak, nada bicaramu tadi jelas-jelas bukan hanya asal tanya, kamu tegas sekali ...."Jason membuang napas dengan tidak berdaya dan menjelaskan keadaannya pada Kalana dengan nada yang lebih lembut."Kalana, karena ponsel itu selalu terletak di dalam laci di ruang kerja Kakak. Sekarang, ada yang mengedit potongan rekaman di dalam ponsel itu dan mengunggahnya di internet untuk memfitnah Pamela. Masalah ini sudah menjadi sangat besar.""Tadi, Kakak hanya asal tanya. Kita harus menyingkirkan kecurigaan pada keluarga kita sendiri terlebih dahulu, baru Kakak bisa membiarkan Calvin menyelidiki orang-orang lainnya di rumah.""Sudahlah, jangan bersedih lagi. Mana mungkin Kakak nggak percaya padamu?" kata Jason.Kalana menye
Saat Calvin pergi ke kamar Justin untuk menyampaikan pesan itu, Justin sedang merasa kesal karena dia diusir dari situs itu oleh Mooney.Justin ingin masuk kembali ke situs itu, tetapi dia sama sekali tidak bisa masuk karena Mooney memblokir ID-nya selama 48 jam!Mengapa?!Justin memukul papan ketiknya dengan penuh amarah. Dia merasa tidak berdaya, jadi dia hanya bisa kembali ke halaman Twitter untuk mencari pembaruan terkini tentang Pamela ....Baguslah, unggahan dan rekaman yang memfitnah Pamela sudah menghilang, jadi setidaknya masalahnya tidak akan terus menyebar atau memburuk.Kemudian, dia masih harus memikirkan cara untuk membantu Pamela menyatakan kebenarannya. Kalau tidak, Pamela tidak akan bisa berbicara dan bertindak dengan bebas di depan umum karena dia akan diserang oleh orang lain ....Apakah Justin harus meminta bantuan kakaknya?Kakaknya sudah terkenal tidak manusiawi. Kakaknya tidak akan menghabiskan sedikit pun waktu pada hal apa pun yang tidak berhubungan dengan kaka
Justin bergegas mengeluarkan ponsel itu dari dalam laci. Dia menemukan sebuah kabel data dan menghubungkan ponsel itu ke komputer kakaknya. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah USB yang dia bawa dan menghubungkannya dengan komputer itu dengan sangat cepat.Saat dia hendak menyalin rekaman di dalam ponsel itu ke USB yang dia bawa ...."Kamu lagi ngapain?"Suara Jason yang rendah dan dingin tiba-tiba terdengar di dalam ruang kerja ini.Justin terkejut hingga tubuhnya langsung menjadi kaku. Dia mengangkat kepalanya dan melihat kakaknya. "Kak, aku ... aku lagi melihat bahan pembelajaran ...."Jason memicingkan matanya dan bertanya, "Dengan komputerku? Kamu sendiri nggak punya komputer?"Justin merasa sangat panik, dia pun berkata, "Emm ... aku, emm ... begitu aku memasuki ruang kerja Kakak, aku tiba-tiba mengingat sebuah topik pembelajaran penting yang sebelumnya aku lupa lihat. Aku takut aku lupa lagi, jadi aku langsung menggunakan komputer Kakak ...."Sambil berbicara, Justin sudah diam-dia
Tatapan Jason menggelap. Dia membanting ponsel selebriti internet itu di atas meja dan memelototi Justin yang mengecewakan sambil berkata dengan sinis, "Kamu nggak belajar dengan baik, tapi malah membentuk aliansi peretas di internet! Kamu kira, dengan kemampuanmu yang seadanya itu, kamu nggak akan ketahuan berbuat jahat? Lain kali, kalau kamu melakukan hal tercela seperti ini lagi, jangan lupa, selesaikan dengan baik!"Justin merasa terfitnah hingga kedua matanya memerah. Dia menahan air matanya dan berkata, "Kak, aku memang membentuk aliansi peretas, tapi aku nggak mengedit dan menyebarkan video Pamela. Aku nggak pernah berencana untuk mencelakainya!""Buktinya sudah jelas, tapi kamu masih mau mengelak?" tanya Jason."Aku nggak mengelak, tapi aku memang nggak melakukannya!" seru Justin.Jason berkata dengan kesal, "Calvin, kurung dia di kamarnya. Sebelum dia mengakui kesalahannya, jangan biarkan dia makan!"Calvin ragu-ragu sesaat, tetapi dia tidak berani melawan. "Baik!"Justin meng
Pada larut malam.Kalana diam-diam membawa roti dan camilan untuk adiknya, Justin.Begitu melihat kedatangan Kalana, dua pengawal yang diaturkan oleh Calvin untuk menjaga di depan pintu kamarnya Justin ragu-ragu sesaat, tetapi akhirnya mereka tidak berani menghalangi Kalana dan membiarkannya masuk.Jason selalu sangat mematuhi ucapan Kalana. Sekarang, meski Jason sendiri berada di tempat ini, dia juga pasti tidak akan tahan dengan sikap imut Kalana dan membiarkan Kalana memasuki ruangan.Jika mereka menghalangi Kalana, Kalana akan merasa tidak senang dan pergi mengadu pada Jason. Jason pasti akan memarahi mereka, jadi sebaiknya mereka membiarkan Kalana masuk!Saat Kalana memasuki kamar adiknya, dia melihat Justin sedang terbaring di atas ranjang sambil membenamkan kepalanya di bantalnya dan menangis ...."Justin? Justin, cepat bangun! Kalau begitu, kamu bisa sesak napas!" kata Kalana.Mendengar suara kakaknya, Justin awalnya terdiam sesaat, lalu dia beranjak duduk dan menyeka air matan
Demi kebahagiaan sang kakak, hati Justin mulai goyah. Dia pun berkata, "Tapi Kakak, aku rasa Kak Agam sekarang sangat ...."Kalana sudah tahu apa yang ingin dikatakan oleh adiknya. Dia tidak ingin mendengar kelanjutannya. Wanita itu lantas memotongnya dengan lembut."Aku tahu. Sekarang, Agam sangat baik pada Pamela. Bagaimanapun juga, dia sudah menikah dengan wanita itu. Dia nggak mungkin nggak menggubrisnya. Dia tentu harus membuat sedikit sandiwara di hadapan para sesepuh Keluarga Dirgantara.""Selain itu Agam juga adalah pria yang bertanggung jawab. Meskipun dia nggak memiliki perasaan pada Pamela, dia nggak mungkin nggak memedulikan wanita itu."Justin lantas mengerutkan dahinya dan berkata, "Kakak, bukan! Aku rasa sikap Kak Agam pada Pamela agak berbeda. Dia bahkan memperlakukannya lebih baik ...."Kalana kembali memotongnya dan berkata, "Dia sengaja berakting saling mencintai dengan Pamela. Tujuannya supaya para sesepuh Keluarga Dirgantara nggak mencurigainya.""Agam terlihat san
Agam mengangkat tangannya dan menghentikan pria itu sambil berkata, "Nggak usah! Kalau dia mengunci pintu dan nggak ada situasi darurat, siapa pun nggak boleh membuka pintu dengan kunci cadangan."Pak Dimas tertegun sejenak sebelum membalas, "Baiklah!"Sikap Agam sekarang sangat berbeda dengan sikapnya yang dulu.Dulu Pamela juga sering mengunci pintu dan ketika Agam mengetahuinya, dia akan menjadi sangat tidak senang, lalu menyuruh seseorang untuk membuka pintu.Tidak ada yang boleh mengunci pintu kamar Agam, apalagi mengunci Agam di luar kamar.Sekarang, Agam malah membiarkan hal tersebut terjadi. Benar-benar berbeda dari sebelumnya.Agam juga sudah berhenti mengetuk pintu. Pria itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi wanita yang ada di dalam kamar tersebut.Setelah berdering sejenak, panggilan ponsel itu pun dijawab. Terdengar suara Pamela yang seperti mengantuk. Nadanya terdengar seperti baru bangun ketika berkata, "Ada apa?"Pria itu pun membalas, "Ayo bangun! Kita sarapan bers
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen