Di gerbong MRT yang padat, Pamela sudah kewalahan menghadapi godaan pria itu.Meskipun di MRT terdapat suara bising, suara laki-laki itu terdengar sangat rendah dan hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.Wajah Pamela memerah karena merasa malu dan canggung.Dia tidak mengangkat wajahnya untuk melihat pria tersebut. Pamela hanya menunduk dan mendengus kesal, "Aku nggak pernah menyelamatkan nyawamu. Aku nggak pantas menginginkannya."Agam memeluknya lebih erat dan berkata, "Siapa bilang kamu nggak pernah menyelamatkan nyawaku? Kamu pernah menyelamatkan aku. Aku tahu kamu yang sudah menyelamatkan aku di saat hujan di malam hari tersebut."Pamela langsung terdiam. Ketika mengungkit malam tersebut, Pamela tetap merasa sangat tidak enak hati."Waktu itu aku disekap dan Paman juga sudah datang untuk menyelamatkanku. Jadi, kita sama-sama nggak berutang budi lagi. Aku juga nggak mengalami kerugian apa pun sehingga Paman harus bertanggung jawab."Sudah sejauh ini, wanita itu masih saja berusa
Pamela memilih restoran makanan cepat saji terdekat. Dia sudah lapar dan ingin segera makan.Agam merasa makanan itu tidak bergizi, tapi dia juga tetap mengikuti keinginan Pamela supaya wanita itu bisa mengganjal perutnya dulu.Pamela memesan satu set makanan dengan beberapa tambahan yang lain. Agam tidak makan dan langsung membayar tagihan.Ketika Pamela sedang makan, pria itu duduk di seberangnya dan terus memperhatikannya.Ketika Pamela sudah hampir kenyang, wanita itu pun menyeruput minuman sodanya. Dia teringat sesuatu dan langsung mengajukan pertanyaan."Paman, kamu memilih menikah denganku, karena kamu merasa aku memiliki kemampuan untuk membela diri, selain itu aku juga bebal dan nggak takut disandera. Aku bisa melindungi diriku sendiri sehingga orang-orang nggak akan bisa menggunakanku untuk mengancammu, bukan?"Agam pun tertegun. Dia kaget wanita ini bisa membuat kesimpulan tersebut. Agam juga tidak membantah dan membalas, "Benar! Aku nggak mau melukai orang yang nggak bersal
Pamela langsung mengerutkan dahinya dan melihat orang-orang yang mengerubunginya dengan ekspresi tenang. Entah apa yang sudah terjadi. Dia pun berbicara dengan tenang pada mereka."Kenapa kalian memotret aku? Tolong hapus secepatnya! Jangan melanggar hak potretku!"Sekelompok orang itu menatapnya dengan tatapan penuh kebencian."Apa kamu pikir orang sepertimu masih memiliki hak potret?""Kenapa dia masih begitu tenang? Padahal dia sudah menjebak orang lain. Kenapa dia masih bisa duduk tenang menikmati minuman sodanya di tempat ini?""Dia memang sudah jahat dari sananya. Dia sama sekali nggak punya perasaan empati.""Kurasa memang benar! Dia nggak berperikemanusiaan!"Pamela sama sekali tidak memahami perkataan orang-orang itu. Dia bermaksud untuk mengeluarkan ponselnya dan mengambil video mereka. Akan tetapi ketika dia memeriksa kantong bajunya, dia baru tahu sadar bahwa ponselnya tidak ada padanya. Pamela pun teringat bahwa ponselnya itu masih ada pada sang paman.Dia tidak memiliki p
"Cristina benar-benar kasihan! Semua hal yang menimpanya itu gara-gara wanita penipu ini.""Wanita penipu ini sudah mencelakai orang lain untuk keuntungannya sendiri. Dia akan mendapatkan balasan yang setimpal."Pamela akhirnya sudah sadar. Wanita itu pun menarik napas dalam-dalam dan mengambil tisu untuk menghapus wajahnya yang basah terkena air soda dengan sabar.Selanjutnya, dia pun melihat sekelompok orang yang sama sekali tidak mengerti situasi sesungguhnya itu. Dia memberi tahu dirinya untuk tetap tenang dan jangan melakukan apa pun.Pamela baru saja keluar dari kantor polisi. Dia tidak mau kembali masuk ke sana gara-gara bertengkar dengan sekelompok orang itu.Cristina adalah nama dari selebriti internet berambut ungu tersebut?Selanjutnya, sosok yang sudah menyiramnya dengan air soda masih tidak puas dan kembali mengungkapkan kekesalannya."Ayo semuanya, lakukan yang aku lakukan tadi. Siramkan air soda itu ke wanita penipu ini untuk membantu Cristina memberinya sedikit pelajara
Ketika baru tiba di pintu masuk restoran, Pamela mendengar ada banyak suara langkah kaki di belakangnya. Wanita itu langsung menoleh dan melihat sekelompok orang itu sedang mengejar mereka. Lalu, ada wartawan di sekitar tempat itu yang segera datang dengan membawa kamera mereka ....Dalam situasi seperti ini, mereka berdua tidak mungkin bisa naik taksi lagi.Karena masalah ini ada hubungannya dengan penipuan, sopir taksi bisa jadi ikut terpengaruh dan jadi terseret karenanya. Andaikan saja para sopir taksi itu juga marah seperti sekelompok orang itu, situasinya tentu akan jadi rumit."Paman, cepat lari!"Pamela menarik tangan Agam dan lari bersama dengannya.Dia sama sekali tidak takut pada orang-orang itu. Dia hanya merasa mereka sangat merepotkan dan susah kalau harus berkutat. Apalagi, dia tidak boleh menghajar mereka.Selain itu, jati diri sang paman juga tidak boleh terungkap.Pria ini memiliki status yang sangat tinggi. Reputasinya bisa memengaruhi kelangsungan dari Perusahaan Di
"Betul! Aku setuju! Aku mendukung!""Barusan, aku mengambil foto dengan sangat jelas, sekarang aku akan mempostingnya di internet!""Aku juga akan segera mempostingnya! Dengan kerja sama semua orang, aku yakin gadis penipu itu nggak akan lolos!"...Mobil Mercedes-Benz melaju dengan perlahan dan stabil ....Pamela duduk di dalam mobil dan beristirahat sejenak. Saat ini, dia merasa perutnya tidak sesakit sebelumnya. Dia pun berkata sambil mengulurkan tangannya, "Paman, kembalikan ponselku!"Ekspresi Agam terlihat cemberut. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel dan menyerahkan kepada Pamela. Saat gadis kecil itu mengulurkan tangan untuk mengambilnya, Agam malah mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi untuk mencegah Pamela mengambilnya sambil bertanya dengan dingin, "Katakan, kenapa kamu menyuruhku pergi dulu tadi?"Pamela menjawab sambil mengerutkan keningnya, "Karena ... aku takut orang-orang itu akan memotretmu!"Tatapan Agam menjadi masam. Gadis ini menganggap Agam sebagai orang lain. Dia bah
Ervin telah mengangkat jendela partisi antara kursi depan dan kursi belakang mobil dengan sadar. Dia tidak ingin melihat sesuatu yang tidak pantas.Ervin tidak ingin melihat tatapan mematikan tuan muda ....Untuk beberapa saat, Agam mengusap perut Pamela dengan lembut. Setelah melihat wajah Pamela sudah lebih baik, Agam menghentikan gerakannya. Kemudian, Agam mengeluarkan handuk basah dan menyeka wajah kecil Pamela yang lengket dengan cairan cola. Agam merasa tertekan dan marah hingga mengomeli Pamela, "Di mana sikapmu yang selalu membantahku? Kamu membiarkan orang lain menyirammu. Kenapa kamu nggak mencakar mereka?"Pamela memutar bola mata ke arah Agam sambil berkata dengan tenang, "Aku bukan kucing! Paman, kalau seekor kucing mencakarmu, apakah kamu akan membalasnya?""Tentu saja kita harus menggunakan cara manusia untuk menyelesaikan masalah dengan seekor kucing, daripada saling mencakar untuk menyelesaikan masalah seperti seekor kucing!""Aku nggak ingin berdebat dengan mereka, me
Baru pada saat itulah, istrinya Kent mengenalinya orang tersebut. "Kamu Nona Kalana!"Ketika dia berada di kantor polisi hari ini, dia bertemu dengan Kalana. Kemudian, dia mendengar suaminya menceritakan beberapa hal yang berkaitan dengan Kalana, jadi dia ingat dengan wajah Kalana ....Istrinya Kent terlihat sangat sopan. "Nona Kalana, silakan duduk. Aku akan mengambilkanmu segelas air!"Kalana memandang sofa sederhana di kediaman mirip gubuk itu, lalu kilatan rasa jijik pun melintas di matanya. Setelah itu, Kalana berkata sambil tersenyum dengan jijik, "Aku nggak mau duduk, aku akan segera pergi!"Melihat Kalana sangat sombong, istrinya Kent merasa sedikit malu dan ragu-ragu. Dia tidak tahu harus berbuat apa ....Kalana tidak menyia-nyiakan waktu. Dia membuka koper hitam di tangannya, lalu meletakkannya di atas meja sambil berkata, "Suruh suamimu menutup mulutnya rapat-rapat. Aku jamin dia akan segera dibebaskan. Setelah itu, keluargamu harus pindah dari Kota Marila. Uang ini akan cuk