Dengan ekspresi serius, Agam menggenggam tangannya Pamela sambil terus berjalan ke depan, supaya mereka tidak melewatkan MRT yang berikutnya ....Sambil berjalan, pria ini memanggil nama Pamela dengan serius. "Pamela, ayo kita mulai lagi dari awal," kata Agam.Pamela menoleh dan menatap Agam dengan tatapan kebingungan. "Caranya?" tanya Pamela.Pria itu menjawab, "Dari pacaran. Kamu bisa mempertimbangkan paman ini sebagai pacarmu."Pamela mengernyit, lalu tanpa pikir panjang, dia berkata, "Paman, menurutku, kita nggak ...."Sebelum kata "cocok" bisa keluar dari mulutnya, ucapannya dipotong oleh Agam ....Agam tidak membiarkan Pamela menyelesaikan ucapannya. Dia berkata, "Jangan terburu-buru untuk menolakku. Berikanlah aku kesempatan untuk mendekatimu lagi.""Tenang saja. Ke depannya, aku nggak akan membiarkanmu masuk ke hidupku, aku juga akan menyesuaikan diriku dengan kebiasaan hidupmu.""Kalau kamu suka bepergian naik MRT, suka makan makanan warung jalanan, suka pergi melakukan permai
Di gerbong MRT yang padat, Pamela sudah kewalahan menghadapi godaan pria itu.Meskipun di MRT terdapat suara bising, suara laki-laki itu terdengar sangat rendah dan hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.Wajah Pamela memerah karena merasa malu dan canggung.Dia tidak mengangkat wajahnya untuk melihat pria tersebut. Pamela hanya menunduk dan mendengus kesal, "Aku nggak pernah menyelamatkan nyawamu. Aku nggak pantas menginginkannya."Agam memeluknya lebih erat dan berkata, "Siapa bilang kamu nggak pernah menyelamatkan nyawaku? Kamu pernah menyelamatkan aku. Aku tahu kamu yang sudah menyelamatkan aku di saat hujan di malam hari tersebut."Pamela langsung terdiam. Ketika mengungkit malam tersebut, Pamela tetap merasa sangat tidak enak hati."Waktu itu aku disekap dan Paman juga sudah datang untuk menyelamatkanku. Jadi, kita sama-sama nggak berutang budi lagi. Aku juga nggak mengalami kerugian apa pun sehingga Paman harus bertanggung jawab."Sudah sejauh ini, wanita itu masih saja berusa
Pamela memilih restoran makanan cepat saji terdekat. Dia sudah lapar dan ingin segera makan.Agam merasa makanan itu tidak bergizi, tapi dia juga tetap mengikuti keinginan Pamela supaya wanita itu bisa mengganjal perutnya dulu.Pamela memesan satu set makanan dengan beberapa tambahan yang lain. Agam tidak makan dan langsung membayar tagihan.Ketika Pamela sedang makan, pria itu duduk di seberangnya dan terus memperhatikannya.Ketika Pamela sudah hampir kenyang, wanita itu pun menyeruput minuman sodanya. Dia teringat sesuatu dan langsung mengajukan pertanyaan."Paman, kamu memilih menikah denganku, karena kamu merasa aku memiliki kemampuan untuk membela diri, selain itu aku juga bebal dan nggak takut disandera. Aku bisa melindungi diriku sendiri sehingga orang-orang nggak akan bisa menggunakanku untuk mengancammu, bukan?"Agam pun tertegun. Dia kaget wanita ini bisa membuat kesimpulan tersebut. Agam juga tidak membantah dan membalas, "Benar! Aku nggak mau melukai orang yang nggak bersal
Pamela langsung mengerutkan dahinya dan melihat orang-orang yang mengerubunginya dengan ekspresi tenang. Entah apa yang sudah terjadi. Dia pun berbicara dengan tenang pada mereka."Kenapa kalian memotret aku? Tolong hapus secepatnya! Jangan melanggar hak potretku!"Sekelompok orang itu menatapnya dengan tatapan penuh kebencian."Apa kamu pikir orang sepertimu masih memiliki hak potret?""Kenapa dia masih begitu tenang? Padahal dia sudah menjebak orang lain. Kenapa dia masih bisa duduk tenang menikmati minuman sodanya di tempat ini?""Dia memang sudah jahat dari sananya. Dia sama sekali nggak punya perasaan empati.""Kurasa memang benar! Dia nggak berperikemanusiaan!"Pamela sama sekali tidak memahami perkataan orang-orang itu. Dia bermaksud untuk mengeluarkan ponselnya dan mengambil video mereka. Akan tetapi ketika dia memeriksa kantong bajunya, dia baru tahu sadar bahwa ponselnya tidak ada padanya. Pamela pun teringat bahwa ponselnya itu masih ada pada sang paman.Dia tidak memiliki p
"Cristina benar-benar kasihan! Semua hal yang menimpanya itu gara-gara wanita penipu ini.""Wanita penipu ini sudah mencelakai orang lain untuk keuntungannya sendiri. Dia akan mendapatkan balasan yang setimpal."Pamela akhirnya sudah sadar. Wanita itu pun menarik napas dalam-dalam dan mengambil tisu untuk menghapus wajahnya yang basah terkena air soda dengan sabar.Selanjutnya, dia pun melihat sekelompok orang yang sama sekali tidak mengerti situasi sesungguhnya itu. Dia memberi tahu dirinya untuk tetap tenang dan jangan melakukan apa pun.Pamela baru saja keluar dari kantor polisi. Dia tidak mau kembali masuk ke sana gara-gara bertengkar dengan sekelompok orang itu.Cristina adalah nama dari selebriti internet berambut ungu tersebut?Selanjutnya, sosok yang sudah menyiramnya dengan air soda masih tidak puas dan kembali mengungkapkan kekesalannya."Ayo semuanya, lakukan yang aku lakukan tadi. Siramkan air soda itu ke wanita penipu ini untuk membantu Cristina memberinya sedikit pelajara
Ketika baru tiba di pintu masuk restoran, Pamela mendengar ada banyak suara langkah kaki di belakangnya. Wanita itu langsung menoleh dan melihat sekelompok orang itu sedang mengejar mereka. Lalu, ada wartawan di sekitar tempat itu yang segera datang dengan membawa kamera mereka ....Dalam situasi seperti ini, mereka berdua tidak mungkin bisa naik taksi lagi.Karena masalah ini ada hubungannya dengan penipuan, sopir taksi bisa jadi ikut terpengaruh dan jadi terseret karenanya. Andaikan saja para sopir taksi itu juga marah seperti sekelompok orang itu, situasinya tentu akan jadi rumit."Paman, cepat lari!"Pamela menarik tangan Agam dan lari bersama dengannya.Dia sama sekali tidak takut pada orang-orang itu. Dia hanya merasa mereka sangat merepotkan dan susah kalau harus berkutat. Apalagi, dia tidak boleh menghajar mereka.Selain itu, jati diri sang paman juga tidak boleh terungkap.Pria ini memiliki status yang sangat tinggi. Reputasinya bisa memengaruhi kelangsungan dari Perusahaan Di
"Betul! Aku setuju! Aku mendukung!""Barusan, aku mengambil foto dengan sangat jelas, sekarang aku akan mempostingnya di internet!""Aku juga akan segera mempostingnya! Dengan kerja sama semua orang, aku yakin gadis penipu itu nggak akan lolos!"...Mobil Mercedes-Benz melaju dengan perlahan dan stabil ....Pamela duduk di dalam mobil dan beristirahat sejenak. Saat ini, dia merasa perutnya tidak sesakit sebelumnya. Dia pun berkata sambil mengulurkan tangannya, "Paman, kembalikan ponselku!"Ekspresi Agam terlihat cemberut. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel dan menyerahkan kepada Pamela. Saat gadis kecil itu mengulurkan tangan untuk mengambilnya, Agam malah mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi untuk mencegah Pamela mengambilnya sambil bertanya dengan dingin, "Katakan, kenapa kamu menyuruhku pergi dulu tadi?"Pamela menjawab sambil mengerutkan keningnya, "Karena ... aku takut orang-orang itu akan memotretmu!"Tatapan Agam menjadi masam. Gadis ini menganggap Agam sebagai orang lain. Dia bah
Ervin telah mengangkat jendela partisi antara kursi depan dan kursi belakang mobil dengan sadar. Dia tidak ingin melihat sesuatu yang tidak pantas.Ervin tidak ingin melihat tatapan mematikan tuan muda ....Untuk beberapa saat, Agam mengusap perut Pamela dengan lembut. Setelah melihat wajah Pamela sudah lebih baik, Agam menghentikan gerakannya. Kemudian, Agam mengeluarkan handuk basah dan menyeka wajah kecil Pamela yang lengket dengan cairan cola. Agam merasa tertekan dan marah hingga mengomeli Pamela, "Di mana sikapmu yang selalu membantahku? Kamu membiarkan orang lain menyirammu. Kenapa kamu nggak mencakar mereka?"Pamela memutar bola mata ke arah Agam sambil berkata dengan tenang, "Aku bukan kucing! Paman, kalau seekor kucing mencakarmu, apakah kamu akan membalasnya?""Tentu saja kita harus menggunakan cara manusia untuk menyelesaikan masalah dengan seekor kucing, daripada saling mencakar untuk menyelesaikan masalah seperti seekor kucing!""Aku nggak ingin berdebat dengan mereka, me
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen