Tanpa menunggu Pamela selesai berbicara, pria itu tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya, mengangkat satu lengannya dan lengan lainnya menahan kursi sang istri. Kemudian, dia langsung menempelkan bibirnya ke bibir wanita itu.Sentuhan awal bibir pria itu sangat lembut dengan sensasi yang memabukkan. Namun, lama-kelamaan ciuman itu menjadi makin ganas, seolah-olah ingin melahap bibirnya dang menguasai seluruh bagian mulutnya ....Merasakan ciuman secara mendadak itu membuat Pamela tercengang. Setelah tersadar kembali, dia mulai mendorong pria itu dengan sekuat tenaganya ....Saat dia baru bisa bernapas, ciuman ganas pria itu kembali menyerangnya!Dia kembali berusaha mendorong pria itu dengan sekuat tenaganya. "Paman ... Ka ... kamu ... hmmphhh ...."Begitu didorong, pria itu kembali menyerangnya dengan ciuman ganas lagi!"Paman ... Ka ... kamu ... hentikan ... hentikan ... pergi ... pergi sana ...."Mungkin karena penolakan keras darinya, pria itu menempatkan satu tangannya di belakang
Agam mengerutkan keningnya dan berkata, "Bajingan? Kenapa kamu menyebutku pria bajingan?"Pamela sedang bersiap mengungkapkan isi hatinya. Tepat pada saat itu pula, ponsel di saku bajunya tiba-tiba berdering ....Dia mengurungkan niatnya dan mengeluarkan ponselnya terlebih dahulu. Begitu melirik layar ponselnya, dia mendapati nomor asing yang belum disimpannya di dalam kontak dalam ponselnya.Ingatan Pamela sangat bagus. Dia hampir bisa mengingat semua angka-angka hanya dengan sekali pandang. Begitu melirik nomor di layar ponselnya itu, dia langsung mendapati Kalana yang meneleponnya."Paman, kamu jawab saja panggilan telepon dari Nona Kalana-mu ini."Setelah menyodorkan ponselnya kepada pria itu, Pamela memiringkan kepalanya, menghadap ke luar kaca mobil, seolah-olah sedang menjaga jarak untuk tidak mendengar pembicaraan mereka ....Tanpa melirik layar ponsel itu sama sekali, begitu mengambil ponsel tersebut, Agam langsung mematikan panggilan telepon dan berkata dengan serius, "Pamela
"Diam! Aku lagi mengemudi. Sekarang, jangan ucapkan kata-kata yang bisa membuatku marah! Kamu duduk diam saja. Nanti, aku akan menjelaskan semuanya dengan baik. Yang patuh, ya," kata Agam dengan nada tegas, seperti sedang membujuk seorang anak kecil. Namun, tatapannya tetap tertuju ke jalanan di depan.Pamela mengernyit. Dengan suasana hati yang rumit, dia bersandar di kursi dengan patuh sambil memandang pemandangan di luar jendela tanpa berbicara lagi....Di tengah-tengah Jembatan Amperam.Sebuah mobil keluarga berwarna hitam terhenti di pinggir jalan, kedua lampu peringatan daruratnya menyala.Agam mengemudi melewati mobil itu dan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.Pamela tidak berencana untuk turun dari mobil, tetapi pria ini malah mengulurkan tangannya dan melepaskan sabuk pengaman Pamela."Kenapa kamu bengong saja? Turun!" kata Agam.Pamela tidak berdaya, dia hanya bisa ikut Agam turun mobil.Baru saja kedua orang ini turun dari mobil, Kalana langsung menyambut mereka. Awalny
Tanpa melihat ponsel itu, Agam langsung mematikannya dan memasukkannya ke dalam kantong celananya.Pamela berpegangan pada pagar baja di Jembatan Amperam sambil memandang ke kejauhan. Angin menerpa rambutnya, membuatnya terlihat anggun dan cantik.Di seberang, terdapat Sungai Kolos, sehingga dia bisa melihat gedung tinggi termewah di seluruh Kota Marila."Hati-hati, jangan sampai jatuh ke sungai!" seru Agam.Pria itu meraih kerah baju Pamela dari belakang, seakan-akan dia sedang mengangkat seekor kelinci kecil.Pamela baru saja menikmati pemandangan indah ini kurang dari tiga detik, tetapi keindahan ini sudah dihancurkan oleh Agam.Pria ini mengangkat Pamela hingga kedua kaki Pamela meninggalkan tanah. Pamela pun merasa tidak nyaman, seperti sedang digantung ....Pamela benar-benar merasa bahwa terkadang, Agam menganggapnya sebagai anak kecil yang tidak bisa mengurus hidupnya sendiri, hingga Agam selalu mengatur hidupnya Pamela. Sungguh menyebalkan!"Lepaskan, Paman! Aku nggak bodoh, m
Pada saat ini, perut Pamela tiba-tiba mengeluarkan bunyi keroncongan ....Dia sudah lapar.Melihat gadis ini malu-malu, amarah Agam agak mereda. Dengan sudut bibirnya sedikit terangkat, Agam menatap gadis ini sambil menepuk-nepuk kepala gadis ini dan berkata, "Baiklah, ayo kita mulai dari makan. Mau makan apa?"Mulai dari makan? Apa maksudnya?Ucapan Agam membuat Pamela merasa kurang nyaman. Arti ucapannya tidak jelas, seharusnya tidak seperti yang Pamela pikirkan, deh!Pamela juga tidak bisa menanyakannya. Jika dia terlalu banyak tanya, kelihatannya dia yang berpikir terlalu jauh sendirian!Pamela memegang perutnya yang kosong, lalu memalingkan wajahnya supaya dia tidak melihat Agam. "Makan apa pun boleh. Aku hanya nggak mau jalan lagi, aku lelah," kata Pamela.Baru saja dia menyelesaikan ucapannya, Agam langsung menggendongnya!Pamela seketika tercengang. Dia tersipu malu sambil bertanya, "Paman ... kamu ngapain?"Pria ini menggendongnya sambil berjalan menyusuri sisi jembatan. "Kata
"Setelah naik MRT sekali denganmu, aku mempelajari tentang jalur MRT kota ini," jawab Agam.Pria ini membungkukkan badannya untuk mengambil kartu MRT yang dikeluarkan mesin itu, lalu menggenggam tangan Pamela dan pergi menggesekkan kartunya. Mereka pun berjalan ke ruang tunggu dengan alami ....Pamela merasa makin aneh, hingga dia mengabaikan fakta bahwa pria ini menggenggam tangannya. Dia bertanya, "Untuk apa Paman mempelajari hal seperti ini? Dengan identitasmu, kamu memiliki mobil khusus yang mengantarmu ke mana-mana, jadi kamu nggak perlu naik MRT, 'kan?"Agam melirik gadis ini dengan sudut matanya sambil mendengus dingin, lalu berkata, "Sebelumnya, sepertinya ada seorang gadis yang menyuruh paman ini untuk mengubah kebiasaan buruk hidup sombong dan berfoya-foya."Pamela seketika terdiam seribu bahasa.Pamela teringat bahwa dia memang pernah mengucapkan kata-kata itu, yaitu saat mereka berada di taman berkuda itu.Pada saat itu, dia hanya mengutarakan prinsip pribadinya untuk memba
Dengan ekspresi serius, Agam menggenggam tangannya Pamela sambil terus berjalan ke depan, supaya mereka tidak melewatkan MRT yang berikutnya ....Sambil berjalan, pria ini memanggil nama Pamela dengan serius. "Pamela, ayo kita mulai lagi dari awal," kata Agam.Pamela menoleh dan menatap Agam dengan tatapan kebingungan. "Caranya?" tanya Pamela.Pria itu menjawab, "Dari pacaran. Kamu bisa mempertimbangkan paman ini sebagai pacarmu."Pamela mengernyit, lalu tanpa pikir panjang, dia berkata, "Paman, menurutku, kita nggak ...."Sebelum kata "cocok" bisa keluar dari mulutnya, ucapannya dipotong oleh Agam ....Agam tidak membiarkan Pamela menyelesaikan ucapannya. Dia berkata, "Jangan terburu-buru untuk menolakku. Berikanlah aku kesempatan untuk mendekatimu lagi.""Tenang saja. Ke depannya, aku nggak akan membiarkanmu masuk ke hidupku, aku juga akan menyesuaikan diriku dengan kebiasaan hidupmu.""Kalau kamu suka bepergian naik MRT, suka makan makanan warung jalanan, suka pergi melakukan permai
Di gerbong MRT yang padat, Pamela sudah kewalahan menghadapi godaan pria itu.Meskipun di MRT terdapat suara bising, suara laki-laki itu terdengar sangat rendah dan hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.Wajah Pamela memerah karena merasa malu dan canggung.Dia tidak mengangkat wajahnya untuk melihat pria tersebut. Pamela hanya menunduk dan mendengus kesal, "Aku nggak pernah menyelamatkan nyawamu. Aku nggak pantas menginginkannya."Agam memeluknya lebih erat dan berkata, "Siapa bilang kamu nggak pernah menyelamatkan nyawaku? Kamu pernah menyelamatkan aku. Aku tahu kamu yang sudah menyelamatkan aku di saat hujan di malam hari tersebut."Pamela langsung terdiam. Ketika mengungkit malam tersebut, Pamela tetap merasa sangat tidak enak hati."Waktu itu aku disekap dan Paman juga sudah datang untuk menyelamatkanku. Jadi, kita sama-sama nggak berutang budi lagi. Aku juga nggak mengalami kerugian apa pun sehingga Paman harus bertanggung jawab."Sudah sejauh ini, wanita itu masih saja berusa