"Diam! Aku lagi mengemudi. Sekarang, jangan ucapkan kata-kata yang bisa membuatku marah! Kamu duduk diam saja. Nanti, aku akan menjelaskan semuanya dengan baik. Yang patuh, ya," kata Agam dengan nada tegas, seperti sedang membujuk seorang anak kecil. Namun, tatapannya tetap tertuju ke jalanan di depan.Pamela mengernyit. Dengan suasana hati yang rumit, dia bersandar di kursi dengan patuh sambil memandang pemandangan di luar jendela tanpa berbicara lagi....Di tengah-tengah Jembatan Amperam.Sebuah mobil keluarga berwarna hitam terhenti di pinggir jalan, kedua lampu peringatan daruratnya menyala.Agam mengemudi melewati mobil itu dan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.Pamela tidak berencana untuk turun dari mobil, tetapi pria ini malah mengulurkan tangannya dan melepaskan sabuk pengaman Pamela."Kenapa kamu bengong saja? Turun!" kata Agam.Pamela tidak berdaya, dia hanya bisa ikut Agam turun mobil.Baru saja kedua orang ini turun dari mobil, Kalana langsung menyambut mereka. Awalny
Tanpa melihat ponsel itu, Agam langsung mematikannya dan memasukkannya ke dalam kantong celananya.Pamela berpegangan pada pagar baja di Jembatan Amperam sambil memandang ke kejauhan. Angin menerpa rambutnya, membuatnya terlihat anggun dan cantik.Di seberang, terdapat Sungai Kolos, sehingga dia bisa melihat gedung tinggi termewah di seluruh Kota Marila."Hati-hati, jangan sampai jatuh ke sungai!" seru Agam.Pria itu meraih kerah baju Pamela dari belakang, seakan-akan dia sedang mengangkat seekor kelinci kecil.Pamela baru saja menikmati pemandangan indah ini kurang dari tiga detik, tetapi keindahan ini sudah dihancurkan oleh Agam.Pria ini mengangkat Pamela hingga kedua kaki Pamela meninggalkan tanah. Pamela pun merasa tidak nyaman, seperti sedang digantung ....Pamela benar-benar merasa bahwa terkadang, Agam menganggapnya sebagai anak kecil yang tidak bisa mengurus hidupnya sendiri, hingga Agam selalu mengatur hidupnya Pamela. Sungguh menyebalkan!"Lepaskan, Paman! Aku nggak bodoh, m
Pada saat ini, perut Pamela tiba-tiba mengeluarkan bunyi keroncongan ....Dia sudah lapar.Melihat gadis ini malu-malu, amarah Agam agak mereda. Dengan sudut bibirnya sedikit terangkat, Agam menatap gadis ini sambil menepuk-nepuk kepala gadis ini dan berkata, "Baiklah, ayo kita mulai dari makan. Mau makan apa?"Mulai dari makan? Apa maksudnya?Ucapan Agam membuat Pamela merasa kurang nyaman. Arti ucapannya tidak jelas, seharusnya tidak seperti yang Pamela pikirkan, deh!Pamela juga tidak bisa menanyakannya. Jika dia terlalu banyak tanya, kelihatannya dia yang berpikir terlalu jauh sendirian!Pamela memegang perutnya yang kosong, lalu memalingkan wajahnya supaya dia tidak melihat Agam. "Makan apa pun boleh. Aku hanya nggak mau jalan lagi, aku lelah," kata Pamela.Baru saja dia menyelesaikan ucapannya, Agam langsung menggendongnya!Pamela seketika tercengang. Dia tersipu malu sambil bertanya, "Paman ... kamu ngapain?"Pria ini menggendongnya sambil berjalan menyusuri sisi jembatan. "Kata
"Setelah naik MRT sekali denganmu, aku mempelajari tentang jalur MRT kota ini," jawab Agam.Pria ini membungkukkan badannya untuk mengambil kartu MRT yang dikeluarkan mesin itu, lalu menggenggam tangan Pamela dan pergi menggesekkan kartunya. Mereka pun berjalan ke ruang tunggu dengan alami ....Pamela merasa makin aneh, hingga dia mengabaikan fakta bahwa pria ini menggenggam tangannya. Dia bertanya, "Untuk apa Paman mempelajari hal seperti ini? Dengan identitasmu, kamu memiliki mobil khusus yang mengantarmu ke mana-mana, jadi kamu nggak perlu naik MRT, 'kan?"Agam melirik gadis ini dengan sudut matanya sambil mendengus dingin, lalu berkata, "Sebelumnya, sepertinya ada seorang gadis yang menyuruh paman ini untuk mengubah kebiasaan buruk hidup sombong dan berfoya-foya."Pamela seketika terdiam seribu bahasa.Pamela teringat bahwa dia memang pernah mengucapkan kata-kata itu, yaitu saat mereka berada di taman berkuda itu.Pada saat itu, dia hanya mengutarakan prinsip pribadinya untuk memba
Dengan ekspresi serius, Agam menggenggam tangannya Pamela sambil terus berjalan ke depan, supaya mereka tidak melewatkan MRT yang berikutnya ....Sambil berjalan, pria ini memanggil nama Pamela dengan serius. "Pamela, ayo kita mulai lagi dari awal," kata Agam.Pamela menoleh dan menatap Agam dengan tatapan kebingungan. "Caranya?" tanya Pamela.Pria itu menjawab, "Dari pacaran. Kamu bisa mempertimbangkan paman ini sebagai pacarmu."Pamela mengernyit, lalu tanpa pikir panjang, dia berkata, "Paman, menurutku, kita nggak ...."Sebelum kata "cocok" bisa keluar dari mulutnya, ucapannya dipotong oleh Agam ....Agam tidak membiarkan Pamela menyelesaikan ucapannya. Dia berkata, "Jangan terburu-buru untuk menolakku. Berikanlah aku kesempatan untuk mendekatimu lagi.""Tenang saja. Ke depannya, aku nggak akan membiarkanmu masuk ke hidupku, aku juga akan menyesuaikan diriku dengan kebiasaan hidupmu.""Kalau kamu suka bepergian naik MRT, suka makan makanan warung jalanan, suka pergi melakukan permai
Di gerbong MRT yang padat, Pamela sudah kewalahan menghadapi godaan pria itu.Meskipun di MRT terdapat suara bising, suara laki-laki itu terdengar sangat rendah dan hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.Wajah Pamela memerah karena merasa malu dan canggung.Dia tidak mengangkat wajahnya untuk melihat pria tersebut. Pamela hanya menunduk dan mendengus kesal, "Aku nggak pernah menyelamatkan nyawamu. Aku nggak pantas menginginkannya."Agam memeluknya lebih erat dan berkata, "Siapa bilang kamu nggak pernah menyelamatkan nyawaku? Kamu pernah menyelamatkan aku. Aku tahu kamu yang sudah menyelamatkan aku di saat hujan di malam hari tersebut."Pamela langsung terdiam. Ketika mengungkit malam tersebut, Pamela tetap merasa sangat tidak enak hati."Waktu itu aku disekap dan Paman juga sudah datang untuk menyelamatkanku. Jadi, kita sama-sama nggak berutang budi lagi. Aku juga nggak mengalami kerugian apa pun sehingga Paman harus bertanggung jawab."Sudah sejauh ini, wanita itu masih saja berusa
Pamela memilih restoran makanan cepat saji terdekat. Dia sudah lapar dan ingin segera makan.Agam merasa makanan itu tidak bergizi, tapi dia juga tetap mengikuti keinginan Pamela supaya wanita itu bisa mengganjal perutnya dulu.Pamela memesan satu set makanan dengan beberapa tambahan yang lain. Agam tidak makan dan langsung membayar tagihan.Ketika Pamela sedang makan, pria itu duduk di seberangnya dan terus memperhatikannya.Ketika Pamela sudah hampir kenyang, wanita itu pun menyeruput minuman sodanya. Dia teringat sesuatu dan langsung mengajukan pertanyaan."Paman, kamu memilih menikah denganku, karena kamu merasa aku memiliki kemampuan untuk membela diri, selain itu aku juga bebal dan nggak takut disandera. Aku bisa melindungi diriku sendiri sehingga orang-orang nggak akan bisa menggunakanku untuk mengancammu, bukan?"Agam pun tertegun. Dia kaget wanita ini bisa membuat kesimpulan tersebut. Agam juga tidak membantah dan membalas, "Benar! Aku nggak mau melukai orang yang nggak bersal
Pamela langsung mengerutkan dahinya dan melihat orang-orang yang mengerubunginya dengan ekspresi tenang. Entah apa yang sudah terjadi. Dia pun berbicara dengan tenang pada mereka."Kenapa kalian memotret aku? Tolong hapus secepatnya! Jangan melanggar hak potretku!"Sekelompok orang itu menatapnya dengan tatapan penuh kebencian."Apa kamu pikir orang sepertimu masih memiliki hak potret?""Kenapa dia masih begitu tenang? Padahal dia sudah menjebak orang lain. Kenapa dia masih bisa duduk tenang menikmati minuman sodanya di tempat ini?""Dia memang sudah jahat dari sananya. Dia sama sekali nggak punya perasaan empati.""Kurasa memang benar! Dia nggak berperikemanusiaan!"Pamela sama sekali tidak memahami perkataan orang-orang itu. Dia bermaksud untuk mengeluarkan ponselnya dan mengambil video mereka. Akan tetapi ketika dia memeriksa kantong bajunya, dia baru tahu sadar bahwa ponselnya tidak ada padanya. Pamela pun teringat bahwa ponselnya itu masih ada pada sang paman.Dia tidak memiliki p