Pamela tidak panik, dia juga tidak memercayai ucapan Jason.Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak dia lakukan bisa terekam? Jangan-jangan itu hantu?"Mana rekamannya? Biar kulihat," kata Pamela dengan tenang.Jason mengangkat dagunya untuk mengisyaratkan agar sekretarisnya menyalakan televisi di dalam ruang rawat ini.Kemudian, dia mengoperasikan ponsel itu dan memutar rekaman itu di televisi supaya semua orang bisa menontonnya bersama ....Dalam rekaman itu, selebriti internet itu berdiri di samping pagar sambil melakukan siaran langsung dengan membawa tongkat narsis.Dari sudut itu, dia kebetulan merekam pemandangan di belakangnya dan Pamela yang berada di jalanan di belakang pun terlihat ....Pamela berada di sudut kanan layar rekaman ini. Dia sedang duduk sendirian di sebuah bangku panjang di tepi sungai sambil meminum minuman ringan. Dia agak menengadah sambil memandang langit. Ekspresinya tidak terlihat dengan jelas.Namun, dia yang duduk sendirian di tempat itu terlihat tidak sen
Seorang polisi langsung berseru, "Benar! Itu orangnya! Pria yang mengobrol dengan Pamela itu adalah Kent Marvin yang semalam mencoba untuk menyerang Nona Kalana!"Kemudian, polisi itu menoleh dan menatap Pamela dengan tatapan tegas sambil bertanya, "Pamela, apakah ada lagi yang ingin kamu katakan?"Pamela tampak terkejut. Dia tidak berbicara, hanya saja sudut bibirnya agak bergerak.Hebat sekali!Orang yang ingin menjebaknya ternyata merencanakan semuanya sejauh ini!Jason juga sangat hebat. Awalnya, dia menanyakan serangkaian pertanyaan yang terdengar tidak berarti, tetapi semuanya masuk akal. Tujuannya adalah untuk membangun motif perbuatan Pamela dan mengungkit bahwa Pamela melakukan kejahatan ini karena dorongan kecemburuan yang menjadi kebencian. Akhirnya, Jason mengeluarkan barang buktinya untuk mengonfirmasi kebenaran ucapannya!Pada saat ini, setelah melihat penjahat yang hampir menganiaya dirinya di layar televisi, Kalana langsung melemparkan dirinya ke pelukan Jason sambil ge
Agam masih saja mengulum sedotan, seperti sedang minum air tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Agam sama sekali tidak berbicara, jadi Kalana mengira bahwa pria ini tidak mendengar ucapannya. Kalana pun berjalan mendekat dan menarik ujung baju pria ini sambil bertanya, "Ada apa, Agam?"Agam tetap saja tidak berkata-kata, dia bahkan sama sekali tidak melihat Kalana, entah apa yang sedang dia pikirkan ....Melihat adiknya diperlakukan sedingin ini, Jason berjalan menghampiri mereka dan mengangkat lengannya untuk merangkul bahu adiknya. Dia menatap Agam dengan tatapan kesal, lalu menatap Pamela di atas ranjang sambil berkata, "Nona Pamela, karena dua hari yang lalu kamu membantu kakekku, aku percaya bahwa kamu sebenarnya nggak jahat. Kamu bisa memberi bantuan pada orang asing dan melawan ketidakadilan.""Hanya saja, begitu ada sedikit masalah yang mengancam keuntunganmu, kamu langsung bertindak kejam. Siapa pun itu, kamu tetap bisa menyerangnya untuk menyingkirkannya. Benar, 'kan?"Pamela
Polisi itu merasa tertekan. Dalam hatinya, dia bergegas menyusun kata-kata untuk menjelaskan pada Agam bahwa sekarang Pamela harus diborgol. Bagaimanapun, dari konfrontasi barusan, dia sudah memahami bahwa Pamela seharusnya adalah istrinya Agam!Namun, Agam tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya berjalan melewati polisi itu dan pergi meletakkan gelas di tangannya kembali ke atas meja di sisi ranjang.Salah satu ujung sedotan itu sudah rata dengan bekas gigitan pria itu.Setelah Agam meletakkan gelas itu, dia berdiri di sisi ranjang sambil menatap Pamela. Tatapannya mendalam dan rumit, susah untuk dimengerti.Melihat pria ini hanya menatapnya tanpa mengatakan apa pun, sikap Pamela yang acuh tak acuh pun agak goyah.Pamela mengernyit sambil menatap pria itu, lalu menunduk dan bergumam, "Aku nggak melakukannya.""Ya," balas pria itu.Nada bicara Agam terdengar sangat tenang, tanpa jejak kecurigaan sama sekali.Pamela pun tercengang. Dia kembali mengangkat kepalanya untuk menatap Ag
Setelah keluar dari ruang rawat itu, Kalana memandang ke segala arah di koridor rumah sakit untuk mencari sosok pria yang baru keluar itu ....Namun, pria bernama Agam itu tidak lagi terlihat di koridor rumah sakit yang panjang.Akan tetapi, jarak waktu sejak Agam keluar hingga sekarang juga baru beberapa menit.Ke mana Agam pergi?Pada saat ini, Kalana melihat pintu ruangan tangga di depan koridor terbuka dan Ervin berjalan keluar dengan ekspresi serius ....Kalana bergegas berjalan maju dan berhadapan langsung dengan Ervin.Ervin sedikit menunduk sambil menyapa Kalana. "Nona Kalana."Kalana menganggukkan kepalanya sambil bertanya, "Ervin, Agam di dalam sana, ya?""Benar, Tuan Agam berada di dalam," jawab Ervin dengan jujur."Kalau begitu, biar aku pergi melihatnya," kata Kalana.Kemudian, Kalana langsung mendorong pintu ruangan tangga itu ....Ervin tidak menahan Kalana. Dia menoleh dan melirik sekilas ke bayangan Kalana yang berjalan memasuki ruangan tangga itu. Ekspresinya yang bia
Ketiga orang ini berjalan bersama, dengan Kalana berjalan di antara dua pria yang menawan, membuat orang lain merasa iri. Mereka juga terlihat sangat mencolok.Mereka harus berjalan melewati ruang rawatnya Pamela yang masih dijaga oleh petugas kepolisian.Pada saat ini, seorang pria yang membawa tas kerjanya sedang bernegosiasi dengan polisi di depan pintu sambil menjelaskan tujuan kedatangannya.Dari kejauhan, Jason sudah mengenali pria itu. Dia memicingkan matanya sambil bertanya, "Itu Julius, bukan?"Julius Chandra adalah sosok terkenal di dunia hukum. Dia adalah pendiri firma hukum pertama di Kota Marila. Sekarang, dia menjabat sebagai kepala Departemen Hukum di Perusahaan Vasant.Pengacara hebat seperti ini biasanya hanya menerima beberapa kasus ekonomi penting. Hari ini, mengapa dia bisa datang secara pribadi hanya karena sebuah kasus kecil seperti ini?Kalana tentu saja juga mengenali pengacara itu. Dia menoleh dan menatap pria di sampingnya dengan tatapan tidak percaya. Dia men
Di dalam ruang rawat, Pamela sedang bersandar di kepala ranjang dengan mata terpejam. Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu ruangan. Seorang wanita asing yang berusia sekitar 40-an tahun pun berjalan memasuki ruangan."Cari siapa?" tanya Pamela sambil membuka matanya dan menatap wanita itu dengan tatapan waspada.Ruangan ini dijaga oleh pihak kepolisian, mengapa bisa ada orang asing yang memasuki ruangan ini? Siapa dia?Wanita paruh baya itu membungkukkan badannya sambil berkata dengan sangat hormat, "Nona Pamela, saya Susan, perawat yang disewa Tuan Ervin untuk Anda. Mulai sekarang, saya akan tinggal di sini untuk menjaga Anda. Kalau ada keperluan, katakan saja pada saya."Dengan alis terangkat, Pamela bertanya, "Tuan Ervin? Ervin Pradipta, ya?"Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Benar, Nona."Pamela mengernyit. 'Agam tiba-tiba menyewa seorang perawat untukku, artinya Agam sudah pergi, ya?' pikir Pamela.'Huh, sepertinya Paman juga nggak percaya padaku.''Kita
Adsila menarik kursi untuk duduk, lalu mengedipkan matanya sambil berkata, "Nggak apa-apa. Sebenarnya, aku juga nggak tahu! Bibi, tanganmu nggak nyaman bergerak, sini, biar aku suapkan kamu sup daging.""Kamu nggak mau bilang?" kata Pamela sambil mengernyit dan menatap Adsila.Adsila selalu menganggap Pamela sebagai idolanya, jadi dia benar-benar khawatir Pamela tidak senang dan akhirnya tidak lagi memedulikannya. Setelah berpikir sejenak, dia juga tidak berani tidak melanjutkan ucapannya tadi."Bibi, emm .... Saat aku baru datang, di depan pintu rumah sakit, aku melihat Paman mengantarkan Kalana keluar. Kalana naik ke mobilnya Paman," kata Adsila.Tatapan Pamela menggelap. Dia terdiam, seulas senyuman sinis juga tersungging di bibirnya.Melihat reaksi Pamela, Adsila pun merasa gugup. "Bibi, jangan marah! Jangan cerai dengan Paman karena hal ini. Berikanlah dia kesempatan ...."Pamela pun tersadar. Dia menatap Adsila dengan tenang sambil berkata, "Aku nggak marah. Hanya saja, kalau hub
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen