Seorang polisi langsung berseru, "Benar! Itu orangnya! Pria yang mengobrol dengan Pamela itu adalah Kent Marvin yang semalam mencoba untuk menyerang Nona Kalana!"Kemudian, polisi itu menoleh dan menatap Pamela dengan tatapan tegas sambil bertanya, "Pamela, apakah ada lagi yang ingin kamu katakan?"Pamela tampak terkejut. Dia tidak berbicara, hanya saja sudut bibirnya agak bergerak.Hebat sekali!Orang yang ingin menjebaknya ternyata merencanakan semuanya sejauh ini!Jason juga sangat hebat. Awalnya, dia menanyakan serangkaian pertanyaan yang terdengar tidak berarti, tetapi semuanya masuk akal. Tujuannya adalah untuk membangun motif perbuatan Pamela dan mengungkit bahwa Pamela melakukan kejahatan ini karena dorongan kecemburuan yang menjadi kebencian. Akhirnya, Jason mengeluarkan barang buktinya untuk mengonfirmasi kebenaran ucapannya!Pada saat ini, setelah melihat penjahat yang hampir menganiaya dirinya di layar televisi, Kalana langsung melemparkan dirinya ke pelukan Jason sambil ge
Agam masih saja mengulum sedotan, seperti sedang minum air tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Agam sama sekali tidak berbicara, jadi Kalana mengira bahwa pria ini tidak mendengar ucapannya. Kalana pun berjalan mendekat dan menarik ujung baju pria ini sambil bertanya, "Ada apa, Agam?"Agam tetap saja tidak berkata-kata, dia bahkan sama sekali tidak melihat Kalana, entah apa yang sedang dia pikirkan ....Melihat adiknya diperlakukan sedingin ini, Jason berjalan menghampiri mereka dan mengangkat lengannya untuk merangkul bahu adiknya. Dia menatap Agam dengan tatapan kesal, lalu menatap Pamela di atas ranjang sambil berkata, "Nona Pamela, karena dua hari yang lalu kamu membantu kakekku, aku percaya bahwa kamu sebenarnya nggak jahat. Kamu bisa memberi bantuan pada orang asing dan melawan ketidakadilan.""Hanya saja, begitu ada sedikit masalah yang mengancam keuntunganmu, kamu langsung bertindak kejam. Siapa pun itu, kamu tetap bisa menyerangnya untuk menyingkirkannya. Benar, 'kan?"Pamela
Polisi itu merasa tertekan. Dalam hatinya, dia bergegas menyusun kata-kata untuk menjelaskan pada Agam bahwa sekarang Pamela harus diborgol. Bagaimanapun, dari konfrontasi barusan, dia sudah memahami bahwa Pamela seharusnya adalah istrinya Agam!Namun, Agam tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya berjalan melewati polisi itu dan pergi meletakkan gelas di tangannya kembali ke atas meja di sisi ranjang.Salah satu ujung sedotan itu sudah rata dengan bekas gigitan pria itu.Setelah Agam meletakkan gelas itu, dia berdiri di sisi ranjang sambil menatap Pamela. Tatapannya mendalam dan rumit, susah untuk dimengerti.Melihat pria ini hanya menatapnya tanpa mengatakan apa pun, sikap Pamela yang acuh tak acuh pun agak goyah.Pamela mengernyit sambil menatap pria itu, lalu menunduk dan bergumam, "Aku nggak melakukannya.""Ya," balas pria itu.Nada bicara Agam terdengar sangat tenang, tanpa jejak kecurigaan sama sekali.Pamela pun tercengang. Dia kembali mengangkat kepalanya untuk menatap Ag
Setelah keluar dari ruang rawat itu, Kalana memandang ke segala arah di koridor rumah sakit untuk mencari sosok pria yang baru keluar itu ....Namun, pria bernama Agam itu tidak lagi terlihat di koridor rumah sakit yang panjang.Akan tetapi, jarak waktu sejak Agam keluar hingga sekarang juga baru beberapa menit.Ke mana Agam pergi?Pada saat ini, Kalana melihat pintu ruangan tangga di depan koridor terbuka dan Ervin berjalan keluar dengan ekspresi serius ....Kalana bergegas berjalan maju dan berhadapan langsung dengan Ervin.Ervin sedikit menunduk sambil menyapa Kalana. "Nona Kalana."Kalana menganggukkan kepalanya sambil bertanya, "Ervin, Agam di dalam sana, ya?""Benar, Tuan Agam berada di dalam," jawab Ervin dengan jujur."Kalau begitu, biar aku pergi melihatnya," kata Kalana.Kemudian, Kalana langsung mendorong pintu ruangan tangga itu ....Ervin tidak menahan Kalana. Dia menoleh dan melirik sekilas ke bayangan Kalana yang berjalan memasuki ruangan tangga itu. Ekspresinya yang bia
Ketiga orang ini berjalan bersama, dengan Kalana berjalan di antara dua pria yang menawan, membuat orang lain merasa iri. Mereka juga terlihat sangat mencolok.Mereka harus berjalan melewati ruang rawatnya Pamela yang masih dijaga oleh petugas kepolisian.Pada saat ini, seorang pria yang membawa tas kerjanya sedang bernegosiasi dengan polisi di depan pintu sambil menjelaskan tujuan kedatangannya.Dari kejauhan, Jason sudah mengenali pria itu. Dia memicingkan matanya sambil bertanya, "Itu Julius, bukan?"Julius Chandra adalah sosok terkenal di dunia hukum. Dia adalah pendiri firma hukum pertama di Kota Marila. Sekarang, dia menjabat sebagai kepala Departemen Hukum di Perusahaan Vasant.Pengacara hebat seperti ini biasanya hanya menerima beberapa kasus ekonomi penting. Hari ini, mengapa dia bisa datang secara pribadi hanya karena sebuah kasus kecil seperti ini?Kalana tentu saja juga mengenali pengacara itu. Dia menoleh dan menatap pria di sampingnya dengan tatapan tidak percaya. Dia men
Di dalam ruang rawat, Pamela sedang bersandar di kepala ranjang dengan mata terpejam. Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu ruangan. Seorang wanita asing yang berusia sekitar 40-an tahun pun berjalan memasuki ruangan."Cari siapa?" tanya Pamela sambil membuka matanya dan menatap wanita itu dengan tatapan waspada.Ruangan ini dijaga oleh pihak kepolisian, mengapa bisa ada orang asing yang memasuki ruangan ini? Siapa dia?Wanita paruh baya itu membungkukkan badannya sambil berkata dengan sangat hormat, "Nona Pamela, saya Susan, perawat yang disewa Tuan Ervin untuk Anda. Mulai sekarang, saya akan tinggal di sini untuk menjaga Anda. Kalau ada keperluan, katakan saja pada saya."Dengan alis terangkat, Pamela bertanya, "Tuan Ervin? Ervin Pradipta, ya?"Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Benar, Nona."Pamela mengernyit. 'Agam tiba-tiba menyewa seorang perawat untukku, artinya Agam sudah pergi, ya?' pikir Pamela.'Huh, sepertinya Paman juga nggak percaya padaku.''Kita
Adsila menarik kursi untuk duduk, lalu mengedipkan matanya sambil berkata, "Nggak apa-apa. Sebenarnya, aku juga nggak tahu! Bibi, tanganmu nggak nyaman bergerak, sini, biar aku suapkan kamu sup daging.""Kamu nggak mau bilang?" kata Pamela sambil mengernyit dan menatap Adsila.Adsila selalu menganggap Pamela sebagai idolanya, jadi dia benar-benar khawatir Pamela tidak senang dan akhirnya tidak lagi memedulikannya. Setelah berpikir sejenak, dia juga tidak berani tidak melanjutkan ucapannya tadi."Bibi, emm .... Saat aku baru datang, di depan pintu rumah sakit, aku melihat Paman mengantarkan Kalana keluar. Kalana naik ke mobilnya Paman," kata Adsila.Tatapan Pamela menggelap. Dia terdiam, seulas senyuman sinis juga tersungging di bibirnya.Melihat reaksi Pamela, Adsila pun merasa gugup. "Bibi, jangan marah! Jangan cerai dengan Paman karena hal ini. Berikanlah dia kesempatan ...."Pamela pun tersadar. Dia menatap Adsila dengan tenang sambil berkata, "Aku nggak marah. Hanya saja, kalau hub
Di kantor polisi.Di ruang interogasi yang tertutup dan gelap.Kedua polisi yang terlihat serius duduk di depannya sambil bertanya dengan tegas, "Pamela, apa kamu masih nggak mau mengakui kesalahanmu?"Pamela duduk dengan ekspresi patuh, bahkan berkata dengan tegas, "Aku nggak melakukan kesalahan apa pun, bagaimana aku bisa mengakuinya?"Ketika Pak Siman melihat Pamela begitu keras kepala, dia pun mengerutkan alisnya dengan kesal sambil berkata, "Berkatalah dengan jujur, dengan begitu hukumanmu akan diringankan, mengerti nggak? Aku sudah begitu lama menjadi polisi, jadi banyak bertemu dengan tersangka keras kepala sepertimu, ujung-ujungnya mereka semua menyesal dengan hukuman yang diberikan! Kamu masih begitu muda, tapi kenapa kamu malah melakukan hal nggak baik seperti itu. Sudah mencelakai orang, masih saja nggak mau mengakuinya. Kalau orang tuamu tahu kamu berubah menjadi begini, pasti ingin memukulmu sampai babak belur!"Pamela berkata, "Apa Bapak pernah mendengar kata seperti ini,