"Pak Julius, kamu memiliki prestise yang tinggi di Kota Marila, tapi sekarang kamu malah menjadi pengacara seorang pembunuh, apa kamu nggak takut akan memengaruhi nama baik yang sudah lama itu?"Julius menjawab dengan sopan dan serius, "Pak Jason, aku adalah pengacara, kewajibanku adalah memberi hasil paling adil untuk klienku, juga membuktikan dia nggak bersalah, lagian nggak ada orang yang harus menanggung akibat atas hal yang nggak pernah dia buat."Jason hanya terkekeh. "Kalau Pak Julius berkata seperti itu, aku mau melihat bagaimana kamu membuktikan dia nggak bersalah ketika bukti sudah menyatakan dia melakukan kejahatan!"Di bawah pengaturan polisi, Pamela pun duduk. Tak lama kemudian, preman yang pernah menyerang Kalana pun dibawa polisi lainnya masuk ke dalam.Setelah melihat preman itu, Kalana langsung takut dan memeluk kakaknya ....Jason pun memeluk adiknya sambil menenangkannya. Lalu, dia menatap preman yang pernah menindas adiknya dengan niat ingin membunuh.Julius mulai b
Julius keluar untuk mendesak saksi.Stevi berdiri dengan tangan disilangkan sambil berjalan ke depan beberapa langkah, lalu pura-pura baik hati membujuk, "Pamela, jangan kira cari pengacara hebat sudah bisa membuatmu bebas dari hukuman! Beraninya kamu mencari orang menyakiti Kalana, Kak Jason nggak akan mengampunimu dengan mudah!"Pamela mengerutkan alisnya sambil melihat Stevi, tapi dia hanya menunjukkan ekspresi bosan dan malas menghiraukannya.Ketika melihat Pamela tidak ada reaksi, Stevi benar-benar sulit untuk mengatainya!Setiap Stevi mau mengatai Pamela seperti melakukan hal yang tak berguna, karena Pamela selalu mengabaikannya!Seperti apa pun yang terjadi, Pamela tidak pernah panik, bahkan tidak pernah bersikap antusias. Dia selalu tenang, benar-benar membuat orang kesal hingga ingin menamparnya, agar tahu dia itu bisa sakit atau tidak?!Justin yang duduk di samping menatap Pamela dengan sepasang mata berbinarnya, tapi menunjukkan rasa kecewa dan marah, bahkan ada rasa rumit,
Kepercayaan anak kecil itu runtuh dan dia mundur selangkah dengan raut wajah terluka. "Ayah, kenapa kamu berbuat jahat? Bukankah Ayah selalu mengajariku untuk menjadi orang baik? Bagaimana Ayah bisa melakukan ini? Kamu bukan ayahku. Aku nggak mau ayah jahat sepertimu ....""Rafael! Jangan bicara seperti itu pada Ayah!"Di belakang anak itu ada seorang wanita berpakaian sederhana berjalan masuk. Setelah menegur anak itu, dia menatap suaminya dengan sedih dan berkata, "Kent, kenapa kamu nggak cepat katakan yang sebenarnya? Apakah kamu ingin anak kita hidup dalam bayang-bayang ayahnya adalah orang jahat selamanya?"Kent menghela napas lega setelah melihat istri dan putranya dalam kondisi baik-baik, juga merasa malu untuk bertemu dengan mereka lagi. Dia menundukkan kepalanya dan berkata, "Sayang, syukurlah kamu dan putra kita baik-baik saja. Nggak masalah selama kalian berdua baik-baik saja ....""Ya, kami baik-baik saja. Kami sudah diselamatkan!" Wanita itu bersandar di bahu suaminya deng
Sebelum mengungkapkan dalangnya, Kent membungkuk dalam-dalam ke arah tempat Pamela duduk dan meminta maaf dengan penuh penyesalan."Nona Pamela, aku benar-benar minta maaf. Aku nggak punya pilihan selain mengucapkan kata-kata itu untuk menjebakmu karena dipaksa dan membuatmu orang yang nggak bersalah nyaris dipenjara secara nggak adil."Pamela terlihat tenang. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak masalah, sekarang cukup katakan yang sebenarnya dan bersihkan nama baikku.""Nona Pamela, tenang saja. Aku akan melakukannya!"Kent mulai menceritakan kisah sebenarnya tentang bagaimana dia bisa sampai di titik ini kepada polisi ...."Kejadiannya begini, hari itu aku membagikan brosur di Sungai Kolos. Karena kecapekan, aku duduk di bangku untuk istirahat sebentar. Aku melihat seorang gadis duduk di sebelahku dalam keadaan linglung, jadi aku ingin sekalian memberinya brosur.""Hari itu aku memang mempromosikan restoran barbeku kepada Nona Pamela. Dia adalah orang yang sangat baik dan
Stevi berdiri dengan ekspresi kaget, kemudian dia berkata sambil menggelengkan kepalanya, "Bu ... bukan aku! Omong kosong! Kalau kamu berbicara omong kosong lagi, aku akan lapor polisi!"Kent tidak berdebat dengannya, dia hanya berbalik sambil berkata kepada polisi dengan yakin, "Wanita bernama Stevi ini yang memintaku melakukan semua ini.""Saat itu, Stevi mengikuti Nona Pamela dari Manor Sinar Rembulan ke Sungai Kolos. Setelah dia melihat Nona Pamela berbicara denganku yang sedang membagikan brosur, dia langsung menyuruhku untuk melakukan hal itu!""Dia menemukan ponsel Nona Pamela, lalu menggunakan ponsel Pamela untuk mentransfer 200 juta padaku. Setelah itu, dia menghapus histori transfer. Kemudian, dia meminta seseorang berpura-pura menemukan ponsel itu dan menyerahkan kepada polisi untuk dikembalikan pada Nona Pamela.""Stevi merencanakan semua ini dengan cermat untuk membuat Nona Pamela menjadi tersangka yang paling mencurigakan!"Setelah mendengar ini, Kalana terkejut hingga me
Pamela berkata sambil tersenyum, "Kenapa? Kalau orang yang bersalah adalah aku, kalian akan menyelidiki sampai tuntas dan nggak akan menoleransi sama sekali! Kalau orang itu adalah sahabatmu, kamu nggak akan menyelidikinya lagi? Kalana, kamu benar-benar pilih kasih!"Kalana berkata dengan canggung, "Aku ... Kak Pamela, sebenarnya dari awal aku nggak ingin memperpanjang masalah ini. Kakakku yang nggak ingin siapa pun menyakitiku, jadi ...."Kedua tangan Pamela masih diborgol. Dia berkata sambil bersandar di kursi dengan malas, "Maaf, Kalana, aku nggak ingin mendengar ucapanmu lagi. Kita serahkan sisanya kepada polisi untuk mencari tahu penyebabnya."Kalana menundukkan kepalanya, tapi dia tidak berhenti memohon untuk sahabatnya. "Maaf, Kak Pamela, aku tahu kami telah salah paham padamu. Tapi, Stevi adalah sahabatku. Aku harap kamu bisa memaafkannya ...."Pamela tidak berbicara pada Kalana. Dia mengalihkan pandangannya ke Jason yang menunjukkan ekspresi masam sambil berkata, "Pak Jason, k
Kalana berjalan mendekat dengan ekspresi gelisah sambil bertanya, "Kak, sekarang bagaimana dengan Stevi?"Setelah tersadar dari lamunannya, Jason berkata kepada adiknya dengan ekspresi serius, "Dia sudah dewasa, dia bisa berpikir sendiri. Dia harus menanggung akibat dari perbuatan yang dia lakukan.""Tapi Stevi adalah sahabatku! Kak, kita nggak bisa mengabaikannya ....""Sudahlah, jangan katakan apa-apa lagi, kamu pulang dulu dengan Justin."...Di kamar mandi kantor polisi.Setelah Pamela mencuci tangan dan berjalan keluar, Julius yang sedang menunggu di luar pun berjalan ke arahnya, lalu menyerahkan tissue dengan hormat.Pada saat bersamaan, Julius juga berkata sambil memberikan ponselnya, "Bu Pamela, Pak Marlon memintamu untuk menjawab teleponnya."Pamela mengambil tisu dan menyeka tangannya terlebih dahulu, kemudian menjawab panggilan tersebut.Suara Marlon terdengar dari ujung telepon. "Bos, Bagaimana denganmu? Apakah kamu baik-baik saja?""Nggak apa-apa! Kamu melakukan pekerjaan
Pamela juga menoleh ke arah mobil Julius yang melaju pergi. Setelah itu, dia memahami arti kata-kata Agam."Oh, Pak Julius dulunya adalah senior di Jurusan Hukum Universitas Padalamang. Dia sangat antusias. Aku sangat berterima kasih padanya telah membantuku kali ini.""Antusias?" Agam mematikan rokok di tangannya, lalu menatap Pamela dengan tatapan serius sambil berkata, "Di Kota Marila, seniormu itu dikenal sebagai orang yang sulit disewa bahkan dengan bayaran tinggi. Dia bersedia membantu junior sepertimu, hubungan kalian pasti sangat akrab, bukan?"Terlihat jelas Agam mencurigai Pamela.Pamela tidak ingin menjelaskan. Untuk sesaat, Pamela tidak bisa memikirkan penjelasan yang masuk akal. Selain itu, dia juga tidak ingin mengungkapkan identitasnya.Terlalu banyak bicara akan menyebabkan kesalahpahaman, jadi Pamela memilih untuk diam.Saat ini, Adsila yang muncul entah dari mana itu membawa ember kecil. Dia mencelupkan daun jeruk ke dalam air, lalu memercikkan air ke arah Pamela, "Bi