Phillip sudah mengetahui jadwal Dian dengan jelas. Pada hari Senin, Rabu dan Jumat, Dian pulang ke Kediaman Sandiga. Jika dia pulang, dia memang harus lembur. Namun, dia tetap bertahan untuk bisa mendapatkan petunjuk dari Lesti.Oleh karena itu, Phillip memilih untuk menjemput Dian dan membawanya pergi makan atau jalan-jalan ke tempat lain, supaya suasana hati Dian bisa membaik."Ya, hari ini, aku juga harus pulang. Setelah makan, aku akan mengirimkan pesan untukmu," jawab Dian.Phillip mengiakan ucapan Dian dan berkata, "Kirimkan pesannya lebih awal, biar aku langsung mengemudi ke sana.""Nggak, nggak. Hari ini, aku mengemudi sendiri ke rumah. Kirimkan saja lokasinya, biar aku langsung mengemudi ke sana," kata Dian."Baiklah," kata Phillip.Setelah menjanjikan hal ini, mereka tidak langsung mengakhiri panggilan. Mendengar suara napas Phillip dari ujung telepon lainnya, Dian merasa bahwa dia sudah selangkah mendekat ke kebahagiaan. "Aku mau mengemudi, akhiri saja panggilannya, ya."Nam
Dia segera menghubungi nomor Fabian yang sebelumnya telah dia masukkan dalam daftar hitam di kontaknya.Fabian sedang membaca koran di sofa rumahnya. Koran itu memberitakan Perusahaan Sanders yang lagi-lagi memecahkan rekor dunia. Di tengah rasa iri yang menggerogotinya, secara tak terduga dia menerima panggilan dari Phillip, Fabian segera duduk tegak dan menjawab panggilan dengan ekspresi bahagia."Halo? Phillip, ada apa kamu menelepon?""Apa kamu akan ikut makan malam di sini bersama Dian?"Phillip tidak punya waktu menyapanya, "Dian diculik, dia diculik dalam perjalanan pulang!""Apa?" Fabian berteriak keras, "Kamu pasti bercanda!""Dia sudah sering melewati jalan itu, mana mungkin diculik?""Apa karena ponselnya nggak bisa dihubungi? Mungkin ponselnya kehabisan baterai."Setelah panik sejenak, Fabian duduk kembali, kemudian menghibur dirinya sendiri dan Phillip di ujung telepon, "Jangan khawatir, aku sudah bolak-balik membawanya melewati jalan ini sejak dia kecil, ada penjaga keama
Lesti tertawa sejenak, "Apa dia bercanda?""Mana mungkin Dian diculik dalam perjalanan pulang? Mungkin mereka bertengkar dan Dian mengabaikan panggilannya, sehingga dia mengira Dian diculik?"Fabian yang terlihat tidak sabar menjawab, "Sudahlah, jangan banyak tanya, tunggu saja di rumah.""Tadi aku juga bilang begitu padanya di telepon, tapi dia nggak percaya, malahan mengancamku.""Bocah itu benar-benar meremehkanku."Sambil bicara, Fabian sudah turun ke bawah. Lesti melipat tangannya, menatap dengan ekspresi menghina di belakangnya.Memangnya di rumah ini siapa yang memandang tinggi dirinya?Lihat saja kelakuannya sekarang, menempel pada Phillip seperti lintah.Jika bukan demi anak dalam kandungannya, ada kalanya Lesti juga meremehkan tindakan Fabian.Namun karena Phillip sampai menghubungi Fabian, tampaknya situasi benar-benar serius.Tanpa sadar Lesti ingin mencari keberadaan Ririn, jika benar Dian diculik, dia harus memastikan Ririn dalam keadaan aman. Namun tak disangka, Ririn ti
Jika Phillip benar-benar menyukai Dian, maka sebaiknya jangan lakukan apa pun, lagi pula mereka juga menuai banyak keuntungan dari Phillip.Akan tetapi, ucapan Ririn ada benarnya juga, mana mungkin dia bisa menculik Dian sendirian?Sepertinya pemikiran Lesti berlebihan karena pengaruh kehamilan, dia menepuk dadanya sendiri untuk menenangkan diri.Di sisi lain, raut wajah Ririn yang baru saja mengakhiri panggilan seketika berubah, dia berjalan cepat menghampiri Juko."Ibu baru saja menelepon, kamu dengar sendiri 'kan sikapnya? Dia nggak ingin berurusan denganmu lagi.""Setelah membereskan masalah ini, aku akan cari cara untuk mempertemukan kalian, tapi sekarang aku harus pulang."Juko berulang kali mengangguk, "Aku tahu, aku bersalah pada kalian atas kejadian dulu. Oke, pulanglah.""Kali ini Ayah nggak akan mengecewakanmu, juga nggak akan membiarkan orang-orang itu menghubungimu."Ririn tidak senang mendengar Juko menyebut dirinya ayah, tapi karena sedang membutuhkan bantuannya, dia ter
"Benar, sampai saat ini, mereka belum menghubungi kami ataupun meminta uang tebusan, tapi tindakannya sangat keji.""Istriku langsung dibawa begitu saja dalam perjalanan pulang, aku yakin kalian tahu apa yang mungkin terjadi selanjutnya.""Permintaanku cuma satu, cegah terjadinya skenario terburuk, aku mau dia kembali dengan selamat, tanpa kehilangan sehelai rambut pun."Orang yang terhubung langsung dengan Phillip adalah kepala kepolisian setempat, awalnya dia tidak menganggap serius laporan ini, tetapi setelah menyadari identitas Phillip, dia langsung duduk tegak."Jangan khawatir, aku jamin istri Anda akan kembali dengan selamat, rekan-rekan kami sudah dikerahkan untuk menyelidiki dan mengumpulkan petunjuk di sekitar area tersebut."Phillip menyela dengan tak sabar, "Oke, terserah kalian bagaimana caranya, aku hanya ingin dia kembali dengan selamat."Dia memutuskan panggilan, tapi dia tidak akan mengandalkan satu jalur ini saja, dia kembali menghubungi preman jalanan yang dia kenal.
Fabian tidak menyangka akan mendengar kata-kata ini dari mulutnya, dia menunggu sampai Phillip pergi sebelum mengumpat."Cih, dia kira dia siapa? Beraninya mengataiku seperti itu!""Kalau aku nggak peduli padanya, mana mungkin aku membesarkannya dengan sebaik ini?""Sejak kecil, aku selalu mengabulkan keinginan Dian, kamu bisa menikah dengannya juga berkat kerja kerasku.""Kalau ini pun kamu bilang nggak menyayanginya, lalu harus seperti apa lagi?"Fabian yang marah terus berputar-putar di tempat. Semakin dipikirkan, dia semakin marah. Apa-apaan Phillip itu?Phillip seharusnya memanggilnya Ayah, bukan meremehkan dirinya seperti ini!Kalau memang hebat, jangan menikahi putrinya!Sekarang Dian dalam bahaya, sebagai ayahnya mungkinkah Fabian tidak cemas?Seolah dialah satu-satunya di dunia ini yang peduli pada Dian.Dia bahkan berpura-pura romantis di hadapannya, dia pikir dia siapa?Karena kesal, Fabian berniat mengabaikan kejadian ini dan kembali ke kediaman Sandiga, lagi pula Dian suda
Dia membelakangi Ririn, tentu tidak bisa melihat senyum bangga yang terlukis di wajah gadis itu.Tampaknya orang suruhan Juko kali ini sangat bisa diandalkan, mereka bergerak sangat cepat.Akan tetapi kata-katanya mengungkapkan keprihatinan terhadap Dian, "Apa Ayah sudah melapor polisi?"Fabian melambai dengan tak sabar, "Sudahlah, sebaiknya kita pulang dulu. Dian nggak akan pulang dengan kita berdiri di sini.""Phillip sudah mengutus orang untuk mencarinya, aku nggak tahu apakah dia sudah melapor polisi, kalau ini memang kasus penculikan, melapor polisi bukankah malah akan menempatkan Dian dalam bahaya?"Ririn ikut mengangguk, "Benar kata Ayah, sebaiknya kita pulang dulu, Ibu sendirian di rumah, dia pasti khawatir."Fabian teringat Lesti yang sedang mengandung, dia tidak ingin berlama-lama di sini lagi, putri sulungnya sudah diculik, bisa jadi keluarganya juga diincar?"Sudahlah, kamu nggak perlu mengkhawatirkan masalah ini, ayo, kita pulang."Setibanya di rumah, terlihat Lesti yang p
Phillip merasa tertekan memikirkan Dian yang begitu naif.Juko Sanders .... Tiba-tiba Phillip teringat pada tokoh kunci ini, sebelumnya dia dan Dian pernah mempermalukannya, mungkinkah seorang gangster rela menelan amarah ini?"Jangan sampai kamu pelakunya."Setelah terakhir kali berhasil melarikan diri, Phillip mengatur orang untuk mengawasi Juko. Jika benar dia dalangnya, seharusnya ada pergerakan. Namun setelah kejadian itu, dia terus menyendiri, bahkan jarang melakukan kunjungan ke wilayahnya sendiri.Phillip tidak berani melepaskan petunjuk itu, saat ini kebetulan dia menerima panggilan dari Lucy."Pak Phillip, kami sudah menyelidiki keberadaan Juko. Hari ini seperti biasa dia pergi ke kasino miliknya. Kami juga nggak melihatnya muncul di sekitaran vila Keluarga Sandiga."Akan tetapi, setelah mendengar laporan dari Lucy, Phillip justru semakin curiga, selain Juko Sanders, tidak terpikirkan olehnya orang lain yang mungkin disinggung Dian akhir-akhir ini.Apalagi menggunakan metode
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen