"Benar, sampai saat ini, mereka belum menghubungi kami ataupun meminta uang tebusan, tapi tindakannya sangat keji.""Istriku langsung dibawa begitu saja dalam perjalanan pulang, aku yakin kalian tahu apa yang mungkin terjadi selanjutnya.""Permintaanku cuma satu, cegah terjadinya skenario terburuk, aku mau dia kembali dengan selamat, tanpa kehilangan sehelai rambut pun."Orang yang terhubung langsung dengan Phillip adalah kepala kepolisian setempat, awalnya dia tidak menganggap serius laporan ini, tetapi setelah menyadari identitas Phillip, dia langsung duduk tegak."Jangan khawatir, aku jamin istri Anda akan kembali dengan selamat, rekan-rekan kami sudah dikerahkan untuk menyelidiki dan mengumpulkan petunjuk di sekitar area tersebut."Phillip menyela dengan tak sabar, "Oke, terserah kalian bagaimana caranya, aku hanya ingin dia kembali dengan selamat."Dia memutuskan panggilan, tapi dia tidak akan mengandalkan satu jalur ini saja, dia kembali menghubungi preman jalanan yang dia kenal.
Fabian tidak menyangka akan mendengar kata-kata ini dari mulutnya, dia menunggu sampai Phillip pergi sebelum mengumpat."Cih, dia kira dia siapa? Beraninya mengataiku seperti itu!""Kalau aku nggak peduli padanya, mana mungkin aku membesarkannya dengan sebaik ini?""Sejak kecil, aku selalu mengabulkan keinginan Dian, kamu bisa menikah dengannya juga berkat kerja kerasku.""Kalau ini pun kamu bilang nggak menyayanginya, lalu harus seperti apa lagi?"Fabian yang marah terus berputar-putar di tempat. Semakin dipikirkan, dia semakin marah. Apa-apaan Phillip itu?Phillip seharusnya memanggilnya Ayah, bukan meremehkan dirinya seperti ini!Kalau memang hebat, jangan menikahi putrinya!Sekarang Dian dalam bahaya, sebagai ayahnya mungkinkah Fabian tidak cemas?Seolah dialah satu-satunya di dunia ini yang peduli pada Dian.Dia bahkan berpura-pura romantis di hadapannya, dia pikir dia siapa?Karena kesal, Fabian berniat mengabaikan kejadian ini dan kembali ke kediaman Sandiga, lagi pula Dian suda
Dia membelakangi Ririn, tentu tidak bisa melihat senyum bangga yang terlukis di wajah gadis itu.Tampaknya orang suruhan Juko kali ini sangat bisa diandalkan, mereka bergerak sangat cepat.Akan tetapi kata-katanya mengungkapkan keprihatinan terhadap Dian, "Apa Ayah sudah melapor polisi?"Fabian melambai dengan tak sabar, "Sudahlah, sebaiknya kita pulang dulu. Dian nggak akan pulang dengan kita berdiri di sini.""Phillip sudah mengutus orang untuk mencarinya, aku nggak tahu apakah dia sudah melapor polisi, kalau ini memang kasus penculikan, melapor polisi bukankah malah akan menempatkan Dian dalam bahaya?"Ririn ikut mengangguk, "Benar kata Ayah, sebaiknya kita pulang dulu, Ibu sendirian di rumah, dia pasti khawatir."Fabian teringat Lesti yang sedang mengandung, dia tidak ingin berlama-lama di sini lagi, putri sulungnya sudah diculik, bisa jadi keluarganya juga diincar?"Sudahlah, kamu nggak perlu mengkhawatirkan masalah ini, ayo, kita pulang."Setibanya di rumah, terlihat Lesti yang p
Phillip merasa tertekan memikirkan Dian yang begitu naif.Juko Sanders .... Tiba-tiba Phillip teringat pada tokoh kunci ini, sebelumnya dia dan Dian pernah mempermalukannya, mungkinkah seorang gangster rela menelan amarah ini?"Jangan sampai kamu pelakunya."Setelah terakhir kali berhasil melarikan diri, Phillip mengatur orang untuk mengawasi Juko. Jika benar dia dalangnya, seharusnya ada pergerakan. Namun setelah kejadian itu, dia terus menyendiri, bahkan jarang melakukan kunjungan ke wilayahnya sendiri.Phillip tidak berani melepaskan petunjuk itu, saat ini kebetulan dia menerima panggilan dari Lucy."Pak Phillip, kami sudah menyelidiki keberadaan Juko. Hari ini seperti biasa dia pergi ke kasino miliknya. Kami juga nggak melihatnya muncul di sekitaran vila Keluarga Sandiga."Akan tetapi, setelah mendengar laporan dari Lucy, Phillip justru semakin curiga, selain Juko Sanders, tidak terpikirkan olehnya orang lain yang mungkin disinggung Dian akhir-akhir ini.Apalagi menggunakan metode
"Tadinya kita berencana makan bersama di rumah, sekarang aku sudah lapar, sebaiknya kita makan dulu.""Sekalipun kita bisa menahan lapar, anak dalam perutmu nggak boleh sampai kelaparan!"Lesti mengangguk dengan enggan. Putri kandungnya tertimpa musibah, Fabian sebagai ayah kandungnya masih punya selera makan, benar-benar pertama kalinya dalam sejarah.Saat ini, Dian yang matanya ditutup dan mulutnya dibungkam sedang terbaring di belakang truk kontainer, tubuhnya bergetar karena truk terus melaju.Dia mendekatkan telinganya pada dinding kontainer, mencoba mendengarkan apa yang terjadi di luar.Dia tidak tahu siapa yang mengutus orang-orang ini dan mengapa mereka tiba-tiba menculiknya.Hanya saja dia punya pemikiran yang sama dengan Phillip. Jika ditanya apakah dia telah menyinggung seseorang akhir-akhir ini, maka satu-satunya yang terpikir olehnya hanyalah Juko Sanders.Akan tetapi, Dian tidak pernah menampakkan diri di hadapannya, jadi mengapa pria itu tiba-tiba melakukan ini padanya?
Apa Fabian masih menganggap Dian sebagai putri kandungnya? Ataukah dia sudah menyandarkan sisa hidupnya pada anak dalam kandungan Lesti yang jenis kelaminnya bahkan belum diketahui?Tanpa basa-basi, Phillip langsung menarik kursi dan duduk. Para pengawal yang datang bersamanya sudah mengepung kediaman ini, bahkan seekor lalat pun tidak bisa melarikan diri.Fabian melempar sendoknya dengan tidak senang, "Apa yang kamu lakukan? Bukankah sekarang kamu seharusnya fokus mencari istrimu?""Untuk apa kamu ke sini?"Dia masih menyimpan dendam karena Phillip memutuskan panggilannya dua kali berturut-turut.Ririn secara tidak sadar menghindar ketika tatapannya bertemu dengan Phillip.Sementara Lesti memegangi perutnya.Begitu melihat ekspresi bersalah di mata Ririn, Phillip tahu masalah ini pasti berhubungan dengannya.Dulu setiap kali Phillip datang ke kediaman Sandiga untuk makan bersama, Ririn selalu menatapnya sepanjang waktu, seolah tidak ingin melewatkan satu detik pun.Sekarang dia terlih
"Aku juga tadi disuruh pulang oleh Ibu, aku sedang main dengan teman sekolahku, mereka bisa bersaksi untukku."Lesti ikut panik, "Benar, Ririn memang sering berselisih dengan Dian, tapi itu hanya masalah sepele. Mana boleh kamu menyalahkan Ririn atas masalah sebesar ini?""Kalau kamu memang nggak percaya, tanyakan saja pada teman-teman sekolahnya. Dia ke perpustakaan bersama mereka."Ririn menundukkan kepalanya dan mulai terisak, "Aku tahu, aku bukan putri kandung Ayah, posisiku nggak sebanding dengan Kak Dian di hati Ayah.""Tapi aku sudah lama di Keluarga Sandiga, aku selalu menganggapmu sebagai ayah kandungku. Ayah memfitnahku seperti ini, aku .... Huhuhu ...."Dia menangis seperti ini, bahkan Lesti pun menitikkan air mata, "Fabian, kamu harus memberiku penjelasan hari ini. Apakah selama ini kamu nggak pernah percaya pada Ririn?""Kamu menyaksikan sendiri pengorbanan kami berdua untuk keluarga ini, bisa-bisanya kamu memfitnah putriku?"Dia menitikkan air mata sambil menggeleng, terl
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen