'Di hadapan pria, dia berpura-pura polos dan nggak tahu apa-apa. Tapi, di belakang, dia malah diam-diam memainkan trik.'Ririn paling membenci ekspresi Dian yang menyedihkan. Hal yang paling menyebalkan adalah, para pria selalu tertipu oleh trik itu.'Bukankah kamu menyebut dirimu sebagai wartawan yang adil? Kalau kamu suka sekali menarik perhatian pria lain, aku akan membiarkanmu meninggalkan dunia ini dalam tumpukan pria.'Benak Ririn penuh akan pikiran kejam. Begitu dia memikirkan penampilan Dian yang menyedihkan, dia langsung tersenyum."Sudahlah, dalam jangka waktu ini, jangan hubungi aku dulu. Saat kamu sudah mempersiapkan segalanya, hubungi aku melalui telepon umum, mengerti?" kata Ririn.Setelah Ririn memberi perintah, dia sudah mau pergi?Juko mengikuti di belakangnya sambil berkata, "Ririn, kalau begitu, kapan Ayah bisa mencarimu lagi?"Ririn langsung mendecakkan lidahnya dan berkata dengan kesal, "Sudah kubilang, kalau nggak ada apa-apa, jangan hubungi aku lagi, kecuali kala
Mendengar ucapan ibunya, Ririn berkata dengan terkejut, "Ibu bercanda, ya?! Dengan tampangnya Jayden Laker, Ibu malah bilang dia tampan?!""Penampilannya mirip taoge! Sepertinya aku lebih berat daripada dia!""Nyonya Leni takut putranya nggak bisa bertahan hidup terlalu lama, makanya dia membawa putranya ke sini, 'kan?""Ayah bahkan nggak bilang mau memperkenalkan orang ini padaku! Jangan-jangan Ibu yang berniat jahat! Apakah kamu benar-benar ibu kandungku?!"Lesti langsung mengernyit dan berkata, "Apa maksudmu? Aku ibu kandungmu! Mana mungkin aku asal memperkenalkan orang padamu?""Aku paling memedulikan pernikahanmu. Apakah kamu nggak berpikir, kalau kamu bisa menikah dengan pria baik, hal ini juga akan menguntungkanku sebagai ibumu?""Pemuda itu memang terlihat kurang sehat, tapi selain Keluarga Sanders, Keluarga Laker paling hebat. Bukankah lebih baik kalau dia nggak bisa hidup lama?""Ke depannya, kamu bisa mewarisi harta keluarga mereka, kamu juga nggak perlu melayani suamimu, ka
Setiap Dian mendengar Ririn berbicara, dia merasa sangat kesal. Sebelumnya, dia tidak mengetahui alasannya. Namun, sekarang, dia baru menyadari mungkin karena dia tidak ingin mendengar Ririn memanggil suaminya dengan sebutan "Kak Phillip".Bagaimanapun masa depan mereka, sekarang, Phillip adalah suaminya.Dian berpikir, 'Memangnya dia siapa? Panggilan Kak Phillip itu ditujukan untuk siapa?''Dia dan Phillip juga nggak punya hubungan keluarga, untuk apa dia memanggil Phillip dengan panggilan seakrab itu?'Dian tidak menghiraukan Ririn dan langsung berjalan menuju ruang bacanya Fabian. Dia datang untuk membahas sesuatu dengan ayahnya.Namun, Ririn malah langsung menghalangi jalannya."Aku berbicara denganmu, kenapa kamu pura-pura tuli?" tanya Ririn.Dian menarik napas dalam-dalam, lalu berpura-pura terkejut. Dia menoleh dan menunduk untuk menatap Ririn. "Ternyata kamu berbicara denganku, ya. Maaf, mungkin kamu terlalu pendek, jadi aku nggak mendengarmu."Ririn berkata, "Huh, biar saja ka
Dian pergi ke ruang baca ayahnya tanpa menoleh sama sekali, meninggalkan Ririn yang terjatuh sendiri di lantai, sambil menggertakkan giginya dan menatap punggung Dian."Dian, aku pasti akan membuatmu membayar atas segala ucapan yang kamu ucapkan hari ini!"Saat seorang pembantu di lantai bawah melihat Ririn terjatuh di lantai, dia langsung berlari ke atas untuk membantu Ririn berdiri."Kenapa Nona Ririn nggak jalan dengan hati-hati?""Nona Ririn terluka, nggak?"Namun, Ririn malah tidak tahu berterima kasih. Tanpa mengucapkan apa pun, dia langsung menampar pembantu ini sambil berkata, "Sudah kuduga, kalian sama saja dengan wanita itu. Kamu datang untuk mengejekku, 'kan?!""Pergi sana! Cepat pergi!""Saya nggak ...." Pembantu ini memegang wajahnya sambil menangis dan berlari, meninggalkan Ririn sendirian.Ririn tahu, jika dia membuat kerusuhan lagi, Fabian pasti akan mendengarnya. Pada saatnya, dia dan ibunya tidak akan bisa menanggung akibatnya lagi.Sekarang, Dian didukung oleh Philli
"Sekarang, kamu sudah memiliki marga Sandiga, jadi prestasimu mewakili prestasi putri Keluarga Sandiga.""Kalau prestasimu terlalu buruk, kamu akan mempermalukan ayahmu!""Ririn, putriku yang baik, dengarkan ucapan Ibu, ya. Belajarlah dengan baik di rumah, anggap saja kamu menemani Ibu, oke?"Lesti menggenggam tangan putrinya, tidak membiarkan putrinya untuk pergi.Akhir-akhir ini, Lesti selalu merasa gelisah. Melihat putrinya terus bepergian ke luar, dia selalu merasa seakan-akan ada masalah besar yang akan terjadi.Namun, Ririn melepaskan tangan Lesti dengan sangat tegas dan berkata, "Tenang saja, Ibu. Aku hanya pergi membeli beberapa buku. Aku akan pulang pada waktunya. Kalau Ibu merasa khawatir, aku akan menghubungi Ibu, oke?"Ririn makin tidak patuh, Lesti pun makin yakin bahwa putrinya pasti menyembunyikan sesuatu darinya. Namun, sekarang, dalam kondisi hamil, bagaimana dia bisa menghentikan putrinya?Tidak lama kemudian, Dian turun ke lantai bawah. Pada jam makan siang, mereka h
"Nilainya di semester lalu lumayan bagus, tapi juga nggak unggul, jadi aku nggak memberi tahu ayahmu.""Tapi, untuk saat ini, kita nggak perlu mengkhawatirkan prestasinya.""Lagi pula, bukankah ada aku sebagai ibunya?""Seorang ibu paling mengkhawatirkan segalanya dalam hidup putrinya, apalagi prestasinya di sekolah."Lesti sengaja mengungkit bahwa dia adalah ibunya Ririn untuk melihat wajah Dian yang menggelap.Bagaimanapun, Nadin sudah tiada, jadi sekarang, hanya Lesti yang masih hidup.Atas dasar apa seorang gadis piatu berani bersaing dengan Ririn?Fabian berkata, "Sudahlah, karena Bibi sudah berpikir seperti ini, kamu juga nggak perlu khawatir lagi.""Sekarang, bukankah kamu bilang kamu lagi sibuk? Dari mana kamu punya waktu sebanyak itu untuk memedulikan prestasinya Ririn?""Setiap orang punya nasibnya masing-masing. Kalau dia nggak fokus belajar, bahkan guru les lulusan universitas ternama pun nggak ada gunanya, jadi nggak usah sia-siakan usahamu."Ucapan Fabian sangat tidak ena
Hari demi hari, Lesti tetap bertahan di keluarga seperti ini untuk melindungi Ririn. Dia juga bukannya tidak pernah merencanakan untuk melarikan diri dengan putrinya. Namun, setelah dia pulang kembali, dia malah dihajar dengan lebih parah. Dia juga tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan, jadi dia tidak berani melarikan diri lagi.Lesti tidak menyangka bahwa Juko akan pergi dengan begitu mendadak. Juko seperti tiba-tiba tersadar, lalu meninggalkan dunia mereka dengan hanya membawa seluruh uang tunai di rumah.Pada saat itu, Lesti sering berpikir, apakah Juko sudah meninggal?Kalau tidak, bagaimana mungkin Juko melepaskan dia dan anaknya segampang ini?Hanya saja, sekarang, jika dipikirkan lagi, saat Lesti mengira bahwa Juko sudah meninggal, Juko sedang merebut wilayah preman lainnya dengan pasukannya sendiri.Lesti merasa sangat sinis. Seumur hidupnya, Juko hanya bisa menghasilkan uang secara paksa seperti ini.Namun, Lesti sama sekali tidak akan menyentuh uang yang didapatkan denga
Jika Phillip bisa memiliki seorang anak dengan Dian, Phillip tidak akan memedulikan jenis kelaminnya.Jika anaknya seorang putri, dia pasti akan memanjakan putrinya layaknya seorang tuan putri. Jika anaknya seorang putra ... dia juga akan sangat menyayanginya.Sambil memikirkan hal ini, Phillip tersenyum dengan tidak berdaya. Dia tidak mungkin tidak menyukai anak yang dilahirkan oleh Dian.Dian tidak tahu bahwa orang di ujung telepon lainnya sudah memikirkan jenis kelamin anak mereka. Dian masih terus bergumam, "Sungguh menyebalkan. Kalau bukan untuk mendapatkan barang bukti, aku nggak akan pulang. Di rumah ini, aku makin nggak punya nafsu makan. Bahkan keterampilan Bibi Sri juga nggak bisa menyelamatkan nafsu makanku lagi."Mendengar ucapan Dian, Phillip tentu saja merasa sedih. "Kalau begitu, cepat keluar.""Sampai kapan kamu mau duduk di meja makan itu?"Dian langsung bertanya dengan terkejut, "Kamu datang, ya? Kamu datang menjemputku?"Sambil memegang ponselnya, Dian berjalan ke lu
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen