Hari demi hari, Lesti tetap bertahan di keluarga seperti ini untuk melindungi Ririn. Dia juga bukannya tidak pernah merencanakan untuk melarikan diri dengan putrinya. Namun, setelah dia pulang kembali, dia malah dihajar dengan lebih parah. Dia juga tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan, jadi dia tidak berani melarikan diri lagi.Lesti tidak menyangka bahwa Juko akan pergi dengan begitu mendadak. Juko seperti tiba-tiba tersadar, lalu meninggalkan dunia mereka dengan hanya membawa seluruh uang tunai di rumah.Pada saat itu, Lesti sering berpikir, apakah Juko sudah meninggal?Kalau tidak, bagaimana mungkin Juko melepaskan dia dan anaknya segampang ini?Hanya saja, sekarang, jika dipikirkan lagi, saat Lesti mengira bahwa Juko sudah meninggal, Juko sedang merebut wilayah preman lainnya dengan pasukannya sendiri.Lesti merasa sangat sinis. Seumur hidupnya, Juko hanya bisa menghasilkan uang secara paksa seperti ini.Namun, Lesti sama sekali tidak akan menyentuh uang yang didapatkan denga
Jika Phillip bisa memiliki seorang anak dengan Dian, Phillip tidak akan memedulikan jenis kelaminnya.Jika anaknya seorang putri, dia pasti akan memanjakan putrinya layaknya seorang tuan putri. Jika anaknya seorang putra ... dia juga akan sangat menyayanginya.Sambil memikirkan hal ini, Phillip tersenyum dengan tidak berdaya. Dia tidak mungkin tidak menyukai anak yang dilahirkan oleh Dian.Dian tidak tahu bahwa orang di ujung telepon lainnya sudah memikirkan jenis kelamin anak mereka. Dian masih terus bergumam, "Sungguh menyebalkan. Kalau bukan untuk mendapatkan barang bukti, aku nggak akan pulang. Di rumah ini, aku makin nggak punya nafsu makan. Bahkan keterampilan Bibi Sri juga nggak bisa menyelamatkan nafsu makanku lagi."Mendengar ucapan Dian, Phillip tentu saja merasa sedih. "Kalau begitu, cepat keluar.""Sampai kapan kamu mau duduk di meja makan itu?"Dian langsung bertanya dengan terkejut, "Kamu datang, ya? Kamu datang menjemputku?"Sambil memegang ponselnya, Dian berjalan ke lu
Phillip sudah mengetahui jadwal Dian dengan jelas. Pada hari Senin, Rabu dan Jumat, Dian pulang ke Kediaman Sandiga. Jika dia pulang, dia memang harus lembur. Namun, dia tetap bertahan untuk bisa mendapatkan petunjuk dari Lesti.Oleh karena itu, Phillip memilih untuk menjemput Dian dan membawanya pergi makan atau jalan-jalan ke tempat lain, supaya suasana hati Dian bisa membaik."Ya, hari ini, aku juga harus pulang. Setelah makan, aku akan mengirimkan pesan untukmu," jawab Dian.Phillip mengiakan ucapan Dian dan berkata, "Kirimkan pesannya lebih awal, biar aku langsung mengemudi ke sana.""Nggak, nggak. Hari ini, aku mengemudi sendiri ke rumah. Kirimkan saja lokasinya, biar aku langsung mengemudi ke sana," kata Dian."Baiklah," kata Phillip.Setelah menjanjikan hal ini, mereka tidak langsung mengakhiri panggilan. Mendengar suara napas Phillip dari ujung telepon lainnya, Dian merasa bahwa dia sudah selangkah mendekat ke kebahagiaan. "Aku mau mengemudi, akhiri saja panggilannya, ya."Nam
Dia segera menghubungi nomor Fabian yang sebelumnya telah dia masukkan dalam daftar hitam di kontaknya.Fabian sedang membaca koran di sofa rumahnya. Koran itu memberitakan Perusahaan Sanders yang lagi-lagi memecahkan rekor dunia. Di tengah rasa iri yang menggerogotinya, secara tak terduga dia menerima panggilan dari Phillip, Fabian segera duduk tegak dan menjawab panggilan dengan ekspresi bahagia."Halo? Phillip, ada apa kamu menelepon?""Apa kamu akan ikut makan malam di sini bersama Dian?"Phillip tidak punya waktu menyapanya, "Dian diculik, dia diculik dalam perjalanan pulang!""Apa?" Fabian berteriak keras, "Kamu pasti bercanda!""Dia sudah sering melewati jalan itu, mana mungkin diculik?""Apa karena ponselnya nggak bisa dihubungi? Mungkin ponselnya kehabisan baterai."Setelah panik sejenak, Fabian duduk kembali, kemudian menghibur dirinya sendiri dan Phillip di ujung telepon, "Jangan khawatir, aku sudah bolak-balik membawanya melewati jalan ini sejak dia kecil, ada penjaga keama
Lesti tertawa sejenak, "Apa dia bercanda?""Mana mungkin Dian diculik dalam perjalanan pulang? Mungkin mereka bertengkar dan Dian mengabaikan panggilannya, sehingga dia mengira Dian diculik?"Fabian yang terlihat tidak sabar menjawab, "Sudahlah, jangan banyak tanya, tunggu saja di rumah.""Tadi aku juga bilang begitu padanya di telepon, tapi dia nggak percaya, malahan mengancamku.""Bocah itu benar-benar meremehkanku."Sambil bicara, Fabian sudah turun ke bawah. Lesti melipat tangannya, menatap dengan ekspresi menghina di belakangnya.Memangnya di rumah ini siapa yang memandang tinggi dirinya?Lihat saja kelakuannya sekarang, menempel pada Phillip seperti lintah.Jika bukan demi anak dalam kandungannya, ada kalanya Lesti juga meremehkan tindakan Fabian.Namun karena Phillip sampai menghubungi Fabian, tampaknya situasi benar-benar serius.Tanpa sadar Lesti ingin mencari keberadaan Ririn, jika benar Dian diculik, dia harus memastikan Ririn dalam keadaan aman. Namun tak disangka, Ririn ti
Jika Phillip benar-benar menyukai Dian, maka sebaiknya jangan lakukan apa pun, lagi pula mereka juga menuai banyak keuntungan dari Phillip.Akan tetapi, ucapan Ririn ada benarnya juga, mana mungkin dia bisa menculik Dian sendirian?Sepertinya pemikiran Lesti berlebihan karena pengaruh kehamilan, dia menepuk dadanya sendiri untuk menenangkan diri.Di sisi lain, raut wajah Ririn yang baru saja mengakhiri panggilan seketika berubah, dia berjalan cepat menghampiri Juko."Ibu baru saja menelepon, kamu dengar sendiri 'kan sikapnya? Dia nggak ingin berurusan denganmu lagi.""Setelah membereskan masalah ini, aku akan cari cara untuk mempertemukan kalian, tapi sekarang aku harus pulang."Juko berulang kali mengangguk, "Aku tahu, aku bersalah pada kalian atas kejadian dulu. Oke, pulanglah.""Kali ini Ayah nggak akan mengecewakanmu, juga nggak akan membiarkan orang-orang itu menghubungimu."Ririn tidak senang mendengar Juko menyebut dirinya ayah, tapi karena sedang membutuhkan bantuannya, dia ter
"Benar, sampai saat ini, mereka belum menghubungi kami ataupun meminta uang tebusan, tapi tindakannya sangat keji.""Istriku langsung dibawa begitu saja dalam perjalanan pulang, aku yakin kalian tahu apa yang mungkin terjadi selanjutnya.""Permintaanku cuma satu, cegah terjadinya skenario terburuk, aku mau dia kembali dengan selamat, tanpa kehilangan sehelai rambut pun."Orang yang terhubung langsung dengan Phillip adalah kepala kepolisian setempat, awalnya dia tidak menganggap serius laporan ini, tetapi setelah menyadari identitas Phillip, dia langsung duduk tegak."Jangan khawatir, aku jamin istri Anda akan kembali dengan selamat, rekan-rekan kami sudah dikerahkan untuk menyelidiki dan mengumpulkan petunjuk di sekitar area tersebut."Phillip menyela dengan tak sabar, "Oke, terserah kalian bagaimana caranya, aku hanya ingin dia kembali dengan selamat."Dia memutuskan panggilan, tapi dia tidak akan mengandalkan satu jalur ini saja, dia kembali menghubungi preman jalanan yang dia kenal.
Fabian tidak menyangka akan mendengar kata-kata ini dari mulutnya, dia menunggu sampai Phillip pergi sebelum mengumpat."Cih, dia kira dia siapa? Beraninya mengataiku seperti itu!""Kalau aku nggak peduli padanya, mana mungkin aku membesarkannya dengan sebaik ini?""Sejak kecil, aku selalu mengabulkan keinginan Dian, kamu bisa menikah dengannya juga berkat kerja kerasku.""Kalau ini pun kamu bilang nggak menyayanginya, lalu harus seperti apa lagi?"Fabian yang marah terus berputar-putar di tempat. Semakin dipikirkan, dia semakin marah. Apa-apaan Phillip itu?Phillip seharusnya memanggilnya Ayah, bukan meremehkan dirinya seperti ini!Kalau memang hebat, jangan menikahi putrinya!Sekarang Dian dalam bahaya, sebagai ayahnya mungkinkah Fabian tidak cemas?Seolah dialah satu-satunya di dunia ini yang peduli pada Dian.Dia bahkan berpura-pura romantis di hadapannya, dia pikir dia siapa?Karena kesal, Fabian berniat mengabaikan kejadian ini dan kembali ke kediaman Sandiga, lagi pula Dian suda