"Hanya dengan bertunangan barulah hati mereka bisa tenang, di masa depan keduanya bisa saling membantu karier satu sama lain, bukan begitu?" sambung Lesti.Fabian mengangguk, "Aku tahu kamu peduli pada Dian, bertahun-tahun ini pasti berat untukmu.""Memang ada satu yang aku sukai, Phillip Sanders, dia berbeda dengan pria-pria berpenampilan mencolok itu, tapi kalaupun aku menyukainya, belum tentu dia menyukai Keluarga Sandiga.""Hufftt, sulit sekali."Perasaan Dian tidak nyaman setelah mendengar ucapan Fabian.Lesti tidak menyangka Fabian akan menjatuhkan hati pada Phillip terlebih dahulu.Seluruh tubuhnya menegang, tanpa sadar dia mengerahkan tenaganya. Fabian mendesis, "Ada apa denganmu?""Maaf, maaf, tadi aku mengingat penampilan Phillip, tanpa sengaja malah menusukmu," ucap Lesti.Dia mengusap dengan lembut area tertusuk itu."Menurutku Phillip memang baik, tapi sepertinya nggak cocok dengan karakter Dian," tambah Lesti."Oh? Apa kamu melihat mereka mengobrol?" tanya Fabian dengan s
Lesti bergumam tidak senang, "Kenapa giliran putriku kamu bilang terlalu dini?""Karena Dian nggak cocok, nggak ada salahnya 'kan pertimbangkan Ririn, sekarang Ririn sudah menggunakan nama belakang Sandiga, kalau dia jadi menikah dengan Phillip, Keluarga Sandiga juga akan diuntungkan.""Fabian, jangan lupa, selama tiga tahun terakhir perusahaan kita terus memberhentikan karyawan, omzet juga menurun dari tahun ke tahun. Kamu harus memperhatikan masalah ini, jangan sampai kejayaan Keluarga Sandiga berakhir di tangan kita."Kata-kata Lesti seperti palu berat yang menghantam hati Fabian kuat-kuat.Benar, itulah yang dia khawatirkan.Sejak generasi kakeknya, Keluarga Sandiga semakin maju, mengapa kejayaan itu berhenti di generasinya?"Benar katamu, Ririn juga putriku, nggak ada bedanya.""Sebenarnya aku punya cara kalau ingin Phillip menikahi putri kita."Jantung Lesti berdebar kencang. Dia sudah mengetahui rahasia keluarga mereka, tapi sekarang dia pura-pura tidak tahu, "Oh, benarkah ada c
"Apa aku masih bisa menyaksikan pernikahanmu?""Apa gunanya kamu setiap hari duduk di gedung itu menghasilkan uang?""Uang yang kamu hasilkan nggak akan habis hingga beberapa generasi ke depan, sudah waktunya kamu memperhatikan urusan pribadimu."Phillip makan dengan perlahan. Setelah sibuk sepanjang hari di perusahaan, akhirnya dia bisa makan dengan tenang di rumah, tapi dia harus diomeli oleh para tetua.Namun dia tidak keberatan, dia merasa senang di tengah situasi itu, beberapa orang bahkan ingin diomeli tetapi tidak memiliki keberuntungan ini."Jangan bilang begitu, Kakek pasti panjang umur," kata Phillip.Laurence juga berkata, "Benar. Ayah nggak boleh bicara begitu hanya karena ingin melihat Phillip menikah, Ayah dan Ibu pasti berumur panjang.""Phillip, Ibu nggak mendesakmu menikah, Ibu hanya berharap kamu menghabiskan lebih banyak waktu untuk dirimu sendiri daripada hanya mengurus kontrak setiap hari.""Apa menghasilkan uang begitu menarik bagimu?""Lihat ayahmu, dia bisa meng
"Semuanya sudah diselidiki dengan jelas, hak properti yang kita peroleh juga sudah sesuai prosedur hukum. Ini informasi terkait orang itu, kami masih menyelidikinya."Phillip mengangguk, "Yang artinya nggak ada masalah di pihak kita, lalu apa lagi yang kamu masalahkan?"Langkah Manajer itu tiba-tiba berhenti, demikian pula dengan Phillip, dia menoleh, mengisyaratkan sedang menanti jawaban.Manajer itu mengerutkan kening, "Pria yang terlihat seperti gelandangan itu membuat keributan besar, banyak media yang menghubunginya.""Aku pikir ini akan berdampak negatif pada perusahaan, jadi aku melaporkannya kepada Anda."Phillip mengangguk dan memintanya untuk mengikuti, "Nggak ada yang salah dengan pemikiranmu.""Hanya saja hal seperti ini sudah terlalu lumrah terjadi antara pengembang dan warga.""Banyak warga yang merasa tidak puas dengan harga awal yang ditawarkan pengembang.""Apalagi setelah mengetahui wilayah yang mereka jual mungkin akan dikembangkan menjadi kawasan komersial, mereka m
Dian sangat bingung. Ini pertama kalinya dia melakukan wawancara dengan kelompok sosial, pengalamannya sangat berbeda dengan saat dirinya mewawancarai selebriti dan aktor. Kasus-kasus di kelompok sosial biasanya dekat dengan kehidupan masyarakat biasa, mungkin juga berhubungan dengan banyak orang yang tidak toleran.Dia lebih suka berurusan dengan orang-orang ini.Jika benar keluarga pria ini direbut oleh oknum pengembang, dia harus mencari keadilan untuknya.Sementara senior lainnya menjelajahi sekitar, Dian kembali berjongkok di depan pria itu dengan pena dan buku catatannya."Halo, aku reporter baru, Dian Sandiga. Aku ingin memahami situasi Anda, apa Anda bersedia menerima wawancara dariku?"Pria itu meliriknya, Dian baru menyadari pria itu ternyata menangis. Karena wajahnya sangat kotor, air mata meninggalkan dua bekas putih bening yang membuatnya terlihat sangat jelas."Kamu ....""Pergi, kalian para reporter dan pengembang kejam sama saja!"Menjauhlah, aku nggak mau melihat kalia
Sejujurnya cukup konyol jika diungkapkan, mereka paling membenci fenomena tidak adil, misi reporter juga untuk mengungkap sisi gelap ini, tapi saat ketidakadilan menimpa mereka, mereka hanya bisa mengalah pada kenyataan.Berbeda dengan Dian, dia langsung mengkritik rekan senior munafik ini. Melihat pria itu sangat kesal tetapi tidak bisa menjawab, diam-diam mereka merasa puas.Lagi pula semua yang dikatakan Dian adalah fakta, kalau dia memang sehebat itu, mengapa tidak melakukan wawancara sendiri?Dia begitu arogan hingga tidak ada narasumber yang menyukainya."Kamu! Huh, lihat saja nanti," marah senior itu.Dian menyilangkan tangannya, lalu melemparkan tasnya ke kursi, "Kenapa? Kakak mengancamku?""Asal tahu saja, aku paling nggak takut diancam, kalau kamu punya trik kotor, jangan ragu untuk menggunakannya. Bukankah kamu cuma bisa menyalahgunakan materi wawancaraku?""Aku memang anak baru, tapi kamu sebagai orang yang sudah lama berkecimpung di industri ini bukan hanya nggak mengikuti
Namun, sekelompok kecil pemegang saham itu tidak berwenang membantah keputusan Phillip.Terutama bagi mereka yang mengikuti Phillip selangkah demi selangkah dalam memperjuangkan Perusahaan Sanders, mereka memilih mengikutinya tanpa syarat.Mereka percaya pada visi dan pandangan ke depan CEO mereka, bagaimanapun, apa yang dilihat Phillip pastilah sesuatu yang tidak bisa mereka lihat, mereka hanya perlu mengikutinya.Lagi pula, jika ini benar-benar keputusan yang salah, mengapa banyak sekali taipan real estat yang bersaing memperebutkan tanah tersebut?Sejak penawaran diajukan, mereka sangat percaya diri dengan proyek tersebut.Phillip tidak terlalu memikirkannya, dia hanya merasa proyek ini menguntungkan, belum lagi Perusahaan Sanders tidak bisa membatasi diri pada teknologi tinggi saja.Setelah lama berkecimpung di industri teknologi tinggi, terkadang perlu beralih ke industri lain untuk melakukan perubahan. Manusia tidak bisa terus-terusan berada dalam zona nyamannya.Phillip adalah o
"Sangat berbahaya kalau kamu sendirian, lain kali usahakan hindari penyelidikan di luar seperti ini."Dian tersenyum malu-malu. Dia tahu mereka mengkhawatirkannya, tapi dia merasa mampu melakukan hal yang sama seperti mereka dan tidak berniat mendengarkan mereka.Setelah menghabiskan mi instannya, tubuh Dian terasa hangat. Dia bergabung dengan senior lain, kemudian bertanya, "Kak, aku pertama kali menjalankan tugas ini. Aku mau tanya, dari mana aku harus mulai menyelidikinya?"Beberapa orang di antaranya agak terkejut, "Kamu baru pertama kali? Kenapa nggak ada senior yang menemanimu? Kamu dari media mana?""Um .... Iya, mereka nggak mau melanjutkan penyelidikan lagi, aku nggak mau menyerah, makanya aku datang sendirian."Dian menjelaskan dengan ragu-ragu, mereka mengangguk paham."Waktu seumuran kamu, aku juga energik sepertimu.""Masalah besar maupun kasus nggak adil pasti kuselidiki.""Hufftt, semua sudah menjadi masa lalu. Walaupun rekanmu nggak mau ikut menderita, mereka juga nggak
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen