"Apa kamu nggak percaya pada Ibu? Kamu harus mempertimbangkan pentingnya masalah ini. Kamu kira kamu bisa menikah dengan Phillip kalau orang lain yang menyampaikannya?"Lesti menyilangkan kaki dan bersandar ke satu sisi, tampak sangat bangga.Ririn tahu jelas, jika ingin berhasil menikah dengan Phillip, dia harus membuat Lesti membujuk Fabian, tampaknya mustahil jika tidak menceritakannya."Sebenarnya begini, terakhir kali aku menguping di pintu dapur, ternyata dulu Keluarga Sanders punya hutang budi pada Keluarga Sandiga.""Ketika Kakek meninggal, kakeknya Phillip datang berkunjung dan berjanji kepada Ayah bahwa Ayah beserta keturunannya boleh mengajukan permintaan apa pun kepada Keluarga Sanders tanpa syarat."Mulut Lesti menganga, "Kamu memang anak pintar, informasi rahasia seperti ini pun bisa terdengar olehmu.""Kelihatannya posisi menantu Keluarga Sanders sudah pasti jadi milikmu, ini sudah menjadi takdirmu."Mendengar perkataan Lesti, Ririn semakin senang."Benar, 'kan? Makanya
"Hanya dengan bertunangan barulah hati mereka bisa tenang, di masa depan keduanya bisa saling membantu karier satu sama lain, bukan begitu?" sambung Lesti.Fabian mengangguk, "Aku tahu kamu peduli pada Dian, bertahun-tahun ini pasti berat untukmu.""Memang ada satu yang aku sukai, Phillip Sanders, dia berbeda dengan pria-pria berpenampilan mencolok itu, tapi kalaupun aku menyukainya, belum tentu dia menyukai Keluarga Sandiga.""Hufftt, sulit sekali."Perasaan Dian tidak nyaman setelah mendengar ucapan Fabian.Lesti tidak menyangka Fabian akan menjatuhkan hati pada Phillip terlebih dahulu.Seluruh tubuhnya menegang, tanpa sadar dia mengerahkan tenaganya. Fabian mendesis, "Ada apa denganmu?""Maaf, maaf, tadi aku mengingat penampilan Phillip, tanpa sengaja malah menusukmu," ucap Lesti.Dia mengusap dengan lembut area tertusuk itu."Menurutku Phillip memang baik, tapi sepertinya nggak cocok dengan karakter Dian," tambah Lesti."Oh? Apa kamu melihat mereka mengobrol?" tanya Fabian dengan s
Lesti bergumam tidak senang, "Kenapa giliran putriku kamu bilang terlalu dini?""Karena Dian nggak cocok, nggak ada salahnya 'kan pertimbangkan Ririn, sekarang Ririn sudah menggunakan nama belakang Sandiga, kalau dia jadi menikah dengan Phillip, Keluarga Sandiga juga akan diuntungkan.""Fabian, jangan lupa, selama tiga tahun terakhir perusahaan kita terus memberhentikan karyawan, omzet juga menurun dari tahun ke tahun. Kamu harus memperhatikan masalah ini, jangan sampai kejayaan Keluarga Sandiga berakhir di tangan kita."Kata-kata Lesti seperti palu berat yang menghantam hati Fabian kuat-kuat.Benar, itulah yang dia khawatirkan.Sejak generasi kakeknya, Keluarga Sandiga semakin maju, mengapa kejayaan itu berhenti di generasinya?"Benar katamu, Ririn juga putriku, nggak ada bedanya.""Sebenarnya aku punya cara kalau ingin Phillip menikahi putri kita."Jantung Lesti berdebar kencang. Dia sudah mengetahui rahasia keluarga mereka, tapi sekarang dia pura-pura tidak tahu, "Oh, benarkah ada c
"Apa aku masih bisa menyaksikan pernikahanmu?""Apa gunanya kamu setiap hari duduk di gedung itu menghasilkan uang?""Uang yang kamu hasilkan nggak akan habis hingga beberapa generasi ke depan, sudah waktunya kamu memperhatikan urusan pribadimu."Phillip makan dengan perlahan. Setelah sibuk sepanjang hari di perusahaan, akhirnya dia bisa makan dengan tenang di rumah, tapi dia harus diomeli oleh para tetua.Namun dia tidak keberatan, dia merasa senang di tengah situasi itu, beberapa orang bahkan ingin diomeli tetapi tidak memiliki keberuntungan ini."Jangan bilang begitu, Kakek pasti panjang umur," kata Phillip.Laurence juga berkata, "Benar. Ayah nggak boleh bicara begitu hanya karena ingin melihat Phillip menikah, Ayah dan Ibu pasti berumur panjang.""Phillip, Ibu nggak mendesakmu menikah, Ibu hanya berharap kamu menghabiskan lebih banyak waktu untuk dirimu sendiri daripada hanya mengurus kontrak setiap hari.""Apa menghasilkan uang begitu menarik bagimu?""Lihat ayahmu, dia bisa meng
"Semuanya sudah diselidiki dengan jelas, hak properti yang kita peroleh juga sudah sesuai prosedur hukum. Ini informasi terkait orang itu, kami masih menyelidikinya."Phillip mengangguk, "Yang artinya nggak ada masalah di pihak kita, lalu apa lagi yang kamu masalahkan?"Langkah Manajer itu tiba-tiba berhenti, demikian pula dengan Phillip, dia menoleh, mengisyaratkan sedang menanti jawaban.Manajer itu mengerutkan kening, "Pria yang terlihat seperti gelandangan itu membuat keributan besar, banyak media yang menghubunginya.""Aku pikir ini akan berdampak negatif pada perusahaan, jadi aku melaporkannya kepada Anda."Phillip mengangguk dan memintanya untuk mengikuti, "Nggak ada yang salah dengan pemikiranmu.""Hanya saja hal seperti ini sudah terlalu lumrah terjadi antara pengembang dan warga.""Banyak warga yang merasa tidak puas dengan harga awal yang ditawarkan pengembang.""Apalagi setelah mengetahui wilayah yang mereka jual mungkin akan dikembangkan menjadi kawasan komersial, mereka m
Dian sangat bingung. Ini pertama kalinya dia melakukan wawancara dengan kelompok sosial, pengalamannya sangat berbeda dengan saat dirinya mewawancarai selebriti dan aktor. Kasus-kasus di kelompok sosial biasanya dekat dengan kehidupan masyarakat biasa, mungkin juga berhubungan dengan banyak orang yang tidak toleran.Dia lebih suka berurusan dengan orang-orang ini.Jika benar keluarga pria ini direbut oleh oknum pengembang, dia harus mencari keadilan untuknya.Sementara senior lainnya menjelajahi sekitar, Dian kembali berjongkok di depan pria itu dengan pena dan buku catatannya."Halo, aku reporter baru, Dian Sandiga. Aku ingin memahami situasi Anda, apa Anda bersedia menerima wawancara dariku?"Pria itu meliriknya, Dian baru menyadari pria itu ternyata menangis. Karena wajahnya sangat kotor, air mata meninggalkan dua bekas putih bening yang membuatnya terlihat sangat jelas."Kamu ....""Pergi, kalian para reporter dan pengembang kejam sama saja!"Menjauhlah, aku nggak mau melihat kalia
Sejujurnya cukup konyol jika diungkapkan, mereka paling membenci fenomena tidak adil, misi reporter juga untuk mengungkap sisi gelap ini, tapi saat ketidakadilan menimpa mereka, mereka hanya bisa mengalah pada kenyataan.Berbeda dengan Dian, dia langsung mengkritik rekan senior munafik ini. Melihat pria itu sangat kesal tetapi tidak bisa menjawab, diam-diam mereka merasa puas.Lagi pula semua yang dikatakan Dian adalah fakta, kalau dia memang sehebat itu, mengapa tidak melakukan wawancara sendiri?Dia begitu arogan hingga tidak ada narasumber yang menyukainya."Kamu! Huh, lihat saja nanti," marah senior itu.Dian menyilangkan tangannya, lalu melemparkan tasnya ke kursi, "Kenapa? Kakak mengancamku?""Asal tahu saja, aku paling nggak takut diancam, kalau kamu punya trik kotor, jangan ragu untuk menggunakannya. Bukankah kamu cuma bisa menyalahgunakan materi wawancaraku?""Aku memang anak baru, tapi kamu sebagai orang yang sudah lama berkecimpung di industri ini bukan hanya nggak mengikuti
Namun, sekelompok kecil pemegang saham itu tidak berwenang membantah keputusan Phillip.Terutama bagi mereka yang mengikuti Phillip selangkah demi selangkah dalam memperjuangkan Perusahaan Sanders, mereka memilih mengikutinya tanpa syarat.Mereka percaya pada visi dan pandangan ke depan CEO mereka, bagaimanapun, apa yang dilihat Phillip pastilah sesuatu yang tidak bisa mereka lihat, mereka hanya perlu mengikutinya.Lagi pula, jika ini benar-benar keputusan yang salah, mengapa banyak sekali taipan real estat yang bersaing memperebutkan tanah tersebut?Sejak penawaran diajukan, mereka sangat percaya diri dengan proyek tersebut.Phillip tidak terlalu memikirkannya, dia hanya merasa proyek ini menguntungkan, belum lagi Perusahaan Sanders tidak bisa membatasi diri pada teknologi tinggi saja.Setelah lama berkecimpung di industri teknologi tinggi, terkadang perlu beralih ke industri lain untuk melakukan perubahan. Manusia tidak bisa terus-terusan berada dalam zona nyamannya.Phillip adalah o