"Kamu jangan berbicara sembarangan. Jelas-jelas kamu yang mengambil tempatku, oke?""Tuan, apa kamu pikir hanya karena kamu lebih akrab dengan Nona Yessy, kamu sudah bisa memanfaatkan hubunganmu dengannya dan hal itu untuk memfitnahku?""Kalau Nona Yessy tahu bagaimana karaktermu, dia pasti akan sangat terkejut, 'kan?"Mendengar keributan di dalam ruangan, Mila buru-buru menutup pintu ruangan."Sebenarnya apa yang telah terjadi? Kalau ada kesalahpahaman, sebaiknya diluruskan secepatnya."Melihat api amarah antara kedua belah pihak sudah mulai meledak-ledak, Yessy makin tidak menyukai wanita di hadapannya itu."Nona Dian, kupikir aku sudah meminta stafku untuk memberitahumu satu hal dengan sangat jelas. Aku nggak menerima wawancara dari surat kabar mana pun. Biarpun bersifat individual dan pribadi, juga nggak ada gunanya. Terlebih lagi, kamu sudah terlibat dalam konflik yang begitu dalam dengan temanku.""Apa Nona Yessy benar-benar nggak menginginkan popularitas?""Nona Yessy, sejak kam
"Nona Dian, kamu sudah salah memahami maksudku. Aku nggak bilang kamu berinisiatif membeli tiket calo, tapi bisa saja temanmu tanpa sengaja tertipu oleh calo, 'kan?""Adapun mengenai wawancara yang kamu katakan, aku akan mempertimbangkannya lagi. Aku akan memberimu jawaban dalam waktu dua puluh empat jam.""Kalau nggak ada keperluan lain lagi, Nona Dian dipersilakan untuk pergi. Aku sudah mau istirahat."Seperti itulah Dian "diusir" dari ruang istirahat Yessy. Bahkan setelah keluar dari ruangan itu, Dian masih kebingungan."Apa-apaan ini? Aku? Apanya yang diluruskan? Mereka hanya beranggapan aku yang salah!"Dian mengentakkan kakinya dengan kesal. 'Sial! Aku benar-benar sial! Jelas-jelas aku sudah mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk meminta bantuan teman membelikan tiket untukku! Tapi, pada akhirnya, dua orang itu malah menganggapku telah membeli tiket calo!'Hal yang lebih penting lagi adalah, dia bahkan tidak diberikan kesempatan untuk memberi penjelasan. Yessy langsung mendor
"Bisa-bisanya kamu menanyakan hal seperti itu lagi. Perjamuan malam ini diadakan khusus untukmu.""Aku tahu kamu nggak menyukai acara-acara seperti ini. Tapi, karena sebelumnya kamu nggak hadir, kamu sudah melewatkan kesempatan untuk mengenal banyak orang.""Bibi Lesti-mu bilang sebagian besar dari anak-anak seusiamu di luar saja sudah berpacaran. Tapi, hingga sekarang kamu masih belum punya pasangan. Sebagai seorang ayah, bagaimana aku bisa nggak khawatir?""Kami bukan bermaksud memaksamu untuk kencan buta. Hanya saja, kamu masih muda. Menjalin hubungan pertemanan dengan banyak orang juga bukan hal yang buruk."Begitu mendengar ayahnya mengungkit wanita itu, senyuman di wajah Dian pun memudar.'Bukan memaksaku untuk kencan buta? Bukankah wanita itu jelas-jelas sedang memaksaku untuk mengenal pria-pria itu?''Mungkin dia bahkan ingin segera mencarikan seorang pria yang memiliki status sosial sama dengan keluarga kami dan sudah nggak sabar lagi untuk melihatku menikah. Dengan begitu, ak
"Makin besar, anak ini sudah makin punya pemikiran sendiri. Aku ingin memanggilnya untuk berpartisipasi dalam perjamuan malam besok, tapi dia malah menolak dengan berbagai alasan. Untungnya, pada akhirnya dia sudah setuju.""Kamu ini, bisa saja. Bukankah yang terpenting dia sudah setuju untuk hadir? Kamu sendiri juga tahu sekarang dia sudah besar, sudah punya pemikiran sendiri. Anak-anak selalu begitu.""Terlebih lagi, sekarang Dian sudah menjadi anak magang di surat kabar. Dia pasti sangat sibuk bekerja. Lihatlah betapa pengertiannya dia. Dia nggak pernah berinisiatif untuk memberi tahu orang luar bahwa dia adalah Nona Keluarga Sandiga."Seulas senyum terlukis indah di wajah wanita itu.Fabian menggenggam tangannya dan berkata, "Anak-anak sudah besar, sudah bisa memilih jalan sendiri dan meninggalkan rumah ini. Untung saja, masih ada kamu di sisiku. Kamu selalu menemaniku. Selama bertahun-tahun ini, kamu sudah bekerja keras. Dian bukanlah anak yang nggak tahu balas budi. Hanya saja, d
"Aku juga tahu. Tapi, apa kamu nggak lihat sekarang anak wanita itu sudah tinggal secara independen di luar dan mulai bekerja di Surat Kabar Sino?""Walau aku juga nggak mengharapkan Ririn meraih pencapaian yang besar, paling nggak dia juga nggak boleh kalah dari anak wanita itu, 'kan?"Tahun kedua Lesti menjadi menantu Keluarga Sandiga, Ririn sudah berganti marga. Kini, dia bukan Ririn Sanders lagi, melainkan Ririn Sandiga. Orang yang tidak tahu mungkin akan mengira Ririn adalah anak dari Fabian dan Lesti.Karena putrinya berganti marga dan ikut menjadi anggota Keluarga Sandiga, kala itu Lesti menjadi bahan tertawaan di kalangannya.Tentu saja semua orang bisa membaca apa yang ada dalam benaknya itu.Hanya Fabian seorang yang telah dikelabui oleh wanita itu. Dia masih mengira rasa cinta wanita itu sangat dalam padanya. Padahal wanita itu hanya ingin mendapatkan harta kekayaannya kelak.Saat membahas tentang Keluarga Sandiga, tentu saja harus mengungkit Dian, Nona Keluarga Sandiga yang
Grace segera mengirimkan pesan balasan untuknya. "Eh? Apa? Bukankah keluargamu baru saja mengadakan sebuah perjamuan malam? Mengapa mengadakan perjamuan malam lagi?"Sebelumnya, kamu berhasil melarikan diri, apa kali ini kamu nggak bisa melarikan diri lagi? Kalau kamu hadir, tentu saja aku akan hadir!""Ya, begitulah. Ayahku tahu sebelumnya aku hanya mencari alasan untuk melarikan diri. Jadi, kali ini ayahku sudah mengingatkanku untuk nggak melarikan diri lagi.""Kamu datang, ya. Kalau nggak, berpartisipasi dalam acara seperti itu besok malam, aku pasti akan canggung setengah mati.""Acara kencan buta besar-besaran! Semangat, ya!"Setelah membaca pesan bersifat bercanda dari sahabatnya itu, kening Dian berkerut."Jujur saja, daripada menghadiri perjamuan malam besok, lebih baik aku bekerja lembur!""Sungguh membosankan! Aku benar-benar malas bertemu dengan sekelompok pria asing itu. Palingan setiap orang dari mereka mengenakan 'topeng' untuk menyembunyikan karakter asli mereka. Jelas-j
"Lesti menunjukkan keserakahannya secara terang-terangan juga bukan masalah baginya. Selama Fabian nggak menyadari hal itu, maka dia tetap merupakan seorang ibu tiri yang lembut dan baik hati.""Oke, sudahlah, kamu boleh keluar dulu.""Baik."Phillip duduk bersandar di kursinya, dia mengambil undangan yang tampak sederhana itu. 'Hmm, sepertinya Nona Besar Keluarga Sandiga ini cukup kasihan juga.'Jelas-jelas awalnya wanita itu bagaikan harta berharga dalam keluarganya. Namun kini, dia sudah memiliki seorang ibu tiri dan adik tiri. Kedudukannya di Keluarga Sandiga langsung jatuh secara signifikan.Menurut informasi yang beredar, sekarang dia bahkan sudah pindah keluar dari rumah dan tinggal sendiri di luar, mencari pekerjaan sendiri. Sebenarnya bagaimana Fabian memainkan perannya sebagai seorang ayah? Bisa-bisanya dia mengabaikan putri kandungnya dan malah memberikan perhatian kepada putri orang lain.Dia benar-benar tidak paham, tetapi semua ini juga tidak ada hubungannya dengannya.Me
"Kalau Nyonya benar-benar tulus ingin dirias oleh studio kami, silakan tunggu dengan sabar.""Kalau kalian nggak ingin menunggu lagi, kalian hanya perlu keluar dan belok kiri saja, di sana ada sebuah salon, mungkin lebih cocok untukmu dan putrimu.""Kamu!" Saking kesalnya, wajah Lesti sudah memerah. Di tempat itu, masih ada nyonya-nyonya yang berasal dari keluarga kaya lainnya. Mereka mengeluarkan suara "pfffttt" seperti sedang menahan tawa.Dia tidak menyangka pemilik studio seperti ini saja berani mempermalukannya seperti ini. Memangnya apa hebatnya pemilik studio itu?!"Apa kamu nggak tahu siapa aku? Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu padaku!""Awas saja kamu, kemungkinan besar bisnismu ini nggak akan bisa jalan lagi!"Lesti melontarkan beberapa patah kata ancaman itu dengan gigi terkatup. Ririn juga beranjak dari kursinya dan berdiri di belakang ibunya, memberi dukungan kepada ibunya. "Cih! Kamu hanya seseorang yang tak jelas pria atau wanita! Aku sudah cukup memandang tin