"Lesti menunjukkan keserakahannya secara terang-terangan juga bukan masalah baginya. Selama Fabian nggak menyadari hal itu, maka dia tetap merupakan seorang ibu tiri yang lembut dan baik hati.""Oke, sudahlah, kamu boleh keluar dulu.""Baik."Phillip duduk bersandar di kursinya, dia mengambil undangan yang tampak sederhana itu. 'Hmm, sepertinya Nona Besar Keluarga Sandiga ini cukup kasihan juga.'Jelas-jelas awalnya wanita itu bagaikan harta berharga dalam keluarganya. Namun kini, dia sudah memiliki seorang ibu tiri dan adik tiri. Kedudukannya di Keluarga Sandiga langsung jatuh secara signifikan.Menurut informasi yang beredar, sekarang dia bahkan sudah pindah keluar dari rumah dan tinggal sendiri di luar, mencari pekerjaan sendiri. Sebenarnya bagaimana Fabian memainkan perannya sebagai seorang ayah? Bisa-bisanya dia mengabaikan putri kandungnya dan malah memberikan perhatian kepada putri orang lain.Dia benar-benar tidak paham, tetapi semua ini juga tidak ada hubungannya dengannya.Me
"Kalau Nyonya benar-benar tulus ingin dirias oleh studio kami, silakan tunggu dengan sabar.""Kalau kalian nggak ingin menunggu lagi, kalian hanya perlu keluar dan belok kiri saja, di sana ada sebuah salon, mungkin lebih cocok untukmu dan putrimu.""Kamu!" Saking kesalnya, wajah Lesti sudah memerah. Di tempat itu, masih ada nyonya-nyonya yang berasal dari keluarga kaya lainnya. Mereka mengeluarkan suara "pfffttt" seperti sedang menahan tawa.Dia tidak menyangka pemilik studio seperti ini saja berani mempermalukannya seperti ini. Memangnya apa hebatnya pemilik studio itu?!"Apa kamu nggak tahu siapa aku? Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu padaku!""Awas saja kamu, kemungkinan besar bisnismu ini nggak akan bisa jalan lagi!"Lesti melontarkan beberapa patah kata ancaman itu dengan gigi terkatup. Ririn juga beranjak dari kursinya dan berdiri di belakang ibunya, memberi dukungan kepada ibunya. "Cih! Kamu hanya seseorang yang tak jelas pria atau wanita! Aku sudah cukup memandang tin
"Kak, seharusnya kamu nggak akan mempermasalahkan hal itu dengan 'bocah' sepertiku, 'kan?"Kuros memutar matanya. Kalau bukan karena Karina menepuk tangannya dengan lembut, dia sama sekali tidak ingin menghiraukan ibu dan anak itu."Sudah, sudah, lupakan saja hal-hal yang nggak menyenangkan. Kalau kalian berdua ingin menata diri di sini, setelah rambutku selesai ditata, aku akan meminta penata riasku untuk merias kalian, ya?""Aku yang akan menanggung semua biayanya."Dari awal hingga akhir, Karina tampak tersenyum. Tentu saja Lesti sangat senang. Hanya saja, untuk menunjukkan sikap sungkan dan sopannya, dia menyampaikan penolakan beberapa kali."Ya ampun, nggak perlu seperti itu.""Awalnya memang hanya ada sedikit kesalahpahaman antara kami, bagaimana bisa kami membiarkan Nyonya untuk menanggung biaya kami?"Lesti mengulurkan lengannya, hendak meraih dan menggandeng lengan Karina. Namun, diam-diam Karina menghindari uluran tangan Lesti. Dia hanya berkata, "Nggak masalah, nggak seberap
Kuros menghela napas, lalu berkata, "Kamu ini selalu saja berpikir banyak, kamu selalu beranggapan kamu akan merepotkan kami. Tapi, di saat kami menghadapi kesulitan, bukankah kamu akan berdiri di pihak kami, menjadi pendukung kami tanpa ragu?""Kala itu, kalau bukan berkatmu .... Mungkin sudah nggak ada Kuros yang sekarang.""Dian, terkadang kamu perlu menunjukkan kerentananmu, tapi itu bukan berarti kamu kalah. Apa kamu mengerti?""Kamu itu terlalu keras, karena itulah ibu dan anak itu bisa 'mengunggulimu'.""Ayahmu hanyalah seorang pria biasa. Seorang pria paling nggak sanggup menghadapi wanita seperti mereka.""Jadi, kupikir kamu perlu mengubah strategimu."Mendengar Kuros mengajarinya trik-trik jitu untuk menghadapi ibu dan anak itu dengan serius, Dian tertawa dan berkata, "Apa kamu pikir aku sedang memerankan adegan persaingan antara para wanita di istana? Nggak ada trik-trik jitu sebanyak itu.""Dengarkan saja ucapanku, hal-hal yang kuajari adalah hal-hal yang benar. Selama kamu
Saat Ririn dirias oleh penata rias Karina, ekspresi tidak puas masih tampak jelas di wajahnya. Dia sudah melakukan penyelidikan, dia tahu penata rias paling andal di studio ini adalah Kuros.Biarpun dia tidak puas melihat sikap penata rias yang satu itu, tetapi menurut informasi yang diperolehnya, keterampilan Kuros benar-benar tiada duanya. Dengan sentuhan dari tangan ajaibnya, Kuros bisa menjadikan seorang wanita yang terlihat biasa-biasa saja menjadi seorang wanita yang sangat cantik. Walaupun baginya dirinya sudah sangat cantik, tetapi dia juga ingin memberikan kejutan pada orang lain, membuat orang-orang terpana padanya.Terlebih lagi, selama ada Dian dalam hidupnya, di mata orang lain hanya ada wanita itu, tidak ada dirinya. Ririn benar-benar tidak tahan menghadapi situasi seperti itu lagi.Dia menginginkan pandangan semua pria hanya tertuju padanya."Ibu, Ibu suruh si Kuros itu untuk merias wajahku, oke?""Aku nggak ingin dirias oleh sembarang orang!"Penata rias itu baru saja h
"Sepanjang tahun, kami yang berkecimpung di industri ini pasti akan bertemu beberapa orang aneh. Aku juga sudah terbiasa. Kalau kamu nggak ingin dirias, tolong pergi dari sini. Aku masih punya tamu lainnya.""Kupikir Nyonya Karina memberikan kesempatan ini kepada kalian juga nggak ingin melihat kesempatan yang dia berikan kepada kalian malah kalian sia-siakan seperti ini."Saat berbicara, seulas senyum tetap tersungging di wajah wanita itu, seakan-akan dia hanya sedang berbicara santai tanpa tanda-tanda sedang kesal, marah, mengancam atau lain sebagainya. Sebaliknya, melihat reaksi wanita itu, Lesti terkejut bukan main. Dia langsung menepuk punggung tangan Ririn dan berkata, "Apa kamu menganggap tempat ini adalah rumahmu? Aku peringatkan kamu, sebaiknya kamu jangan berperilaku terlalu lancang."Selesai berbicara, dia mengalihkan pandangannya ke arah penata rias itu. Sambil tersenyum, dia berkata, "Aku benar-benar minta maaf. Aku sudah terlalu memanjakan putriku, jadi temperamennya kura
"Ingat baik-baik, ya. Malam ini, kamu harus menunjukkan penampilan terbaikmu di hadapan orang-orang itu. Makin kamu bersikap patuh dan lembut, Dian makin terlihat nggak terkontrol. Saat itu tiba, aku malu lihat siapa yang berani menginginkan wanita itu!"Lesti memasang ekspresi bangga. Ririn ikut menimpali. "Ibu nggak perlu khawatir, bukankah aku selalu menunjukkan sisi penurutku di hadapan orang lain?""Terlebih lagi, menurutku sekarang Ayah lebih memihak pada kita. Jadi, kita nggak perlu terlalu mengkhawatirkan hal-hal kelak.""Walau dia punya kakek dan nenek, dia juga nggak kelihatan dekat dengannya. Mungkin saja hubungan mereka sama sekali nggak baik!""Apalagi ibunya sudah lama mati, nggak seberuntung aku yang memiliki Ibu yang baik.""Selama ada Ibu, Ibu adalah pendukungku selamanya."Lesti menyandarkan kepala putrinya ke bahunya."Sebelum kamu menikah dengan seorang pria yang memiliki status sosial yang setara dengan kita, aku tetap akan senantiasa waspada."Hal yang paling dikh
"Terima kasih banyak, ya. Kalau nggak, aku benar-benar nggak tahu harus pergi ke mana untuk mencari gaun."Kuros menanggapinya dengan santai. "Selama ada aku, apa kamu perlu pergi ke tempat lain lagi untuk mencari gaun?""Sudah kubilang, masalah pakaianmu serahkan saja padaku.""Sudah, sudah, jangan buang-buang waktu di sini lagi. Kalau kalian ingin mengambil foto, cepat lakukan. Kalau nggak, mungkin dia akan telat menghadiri perjamuan malam ini!""Oke ...."Staf-staf lainnya segera mengerumuni Dian, bahkan ada yang segera mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan kecantikan Dian.Sejak Dian dan Kuros saling mengenal, setiap kali Dian muncul di studio ini, mereka pasti akan mengabadikan setiap momen bersinarnya sosok Dian dengan sempurna.Foto-foto itu bukan hanya sekadar foto-foto sebagai bentuk pengabadian momen-momen tertentu, foto-foto itu juga merupakan bahan pembelajaran yang sangat berharga bagi mereka.Dari mana sudut pandang penilaian Kuros? Bagaimana cara Kuros memadukan riasan