"Bisa-bisanya kamu menanyakan hal seperti itu lagi. Perjamuan malam ini diadakan khusus untukmu.""Aku tahu kamu nggak menyukai acara-acara seperti ini. Tapi, karena sebelumnya kamu nggak hadir, kamu sudah melewatkan kesempatan untuk mengenal banyak orang.""Bibi Lesti-mu bilang sebagian besar dari anak-anak seusiamu di luar saja sudah berpacaran. Tapi, hingga sekarang kamu masih belum punya pasangan. Sebagai seorang ayah, bagaimana aku bisa nggak khawatir?""Kami bukan bermaksud memaksamu untuk kencan buta. Hanya saja, kamu masih muda. Menjalin hubungan pertemanan dengan banyak orang juga bukan hal yang buruk."Begitu mendengar ayahnya mengungkit wanita itu, senyuman di wajah Dian pun memudar.'Bukan memaksaku untuk kencan buta? Bukankah wanita itu jelas-jelas sedang memaksaku untuk mengenal pria-pria itu?''Mungkin dia bahkan ingin segera mencarikan seorang pria yang memiliki status sosial sama dengan keluarga kami dan sudah nggak sabar lagi untuk melihatku menikah. Dengan begitu, ak
"Makin besar, anak ini sudah makin punya pemikiran sendiri. Aku ingin memanggilnya untuk berpartisipasi dalam perjamuan malam besok, tapi dia malah menolak dengan berbagai alasan. Untungnya, pada akhirnya dia sudah setuju.""Kamu ini, bisa saja. Bukankah yang terpenting dia sudah setuju untuk hadir? Kamu sendiri juga tahu sekarang dia sudah besar, sudah punya pemikiran sendiri. Anak-anak selalu begitu.""Terlebih lagi, sekarang Dian sudah menjadi anak magang di surat kabar. Dia pasti sangat sibuk bekerja. Lihatlah betapa pengertiannya dia. Dia nggak pernah berinisiatif untuk memberi tahu orang luar bahwa dia adalah Nona Keluarga Sandiga."Seulas senyum terlukis indah di wajah wanita itu.Fabian menggenggam tangannya dan berkata, "Anak-anak sudah besar, sudah bisa memilih jalan sendiri dan meninggalkan rumah ini. Untung saja, masih ada kamu di sisiku. Kamu selalu menemaniku. Selama bertahun-tahun ini, kamu sudah bekerja keras. Dian bukanlah anak yang nggak tahu balas budi. Hanya saja, d
"Aku juga tahu. Tapi, apa kamu nggak lihat sekarang anak wanita itu sudah tinggal secara independen di luar dan mulai bekerja di Surat Kabar Sino?""Walau aku juga nggak mengharapkan Ririn meraih pencapaian yang besar, paling nggak dia juga nggak boleh kalah dari anak wanita itu, 'kan?"Tahun kedua Lesti menjadi menantu Keluarga Sandiga, Ririn sudah berganti marga. Kini, dia bukan Ririn Sanders lagi, melainkan Ririn Sandiga. Orang yang tidak tahu mungkin akan mengira Ririn adalah anak dari Fabian dan Lesti.Karena putrinya berganti marga dan ikut menjadi anggota Keluarga Sandiga, kala itu Lesti menjadi bahan tertawaan di kalangannya.Tentu saja semua orang bisa membaca apa yang ada dalam benaknya itu.Hanya Fabian seorang yang telah dikelabui oleh wanita itu. Dia masih mengira rasa cinta wanita itu sangat dalam padanya. Padahal wanita itu hanya ingin mendapatkan harta kekayaannya kelak.Saat membahas tentang Keluarga Sandiga, tentu saja harus mengungkit Dian, Nona Keluarga Sandiga yang
Grace segera mengirimkan pesan balasan untuknya. "Eh? Apa? Bukankah keluargamu baru saja mengadakan sebuah perjamuan malam? Mengapa mengadakan perjamuan malam lagi?"Sebelumnya, kamu berhasil melarikan diri, apa kali ini kamu nggak bisa melarikan diri lagi? Kalau kamu hadir, tentu saja aku akan hadir!""Ya, begitulah. Ayahku tahu sebelumnya aku hanya mencari alasan untuk melarikan diri. Jadi, kali ini ayahku sudah mengingatkanku untuk nggak melarikan diri lagi.""Kamu datang, ya. Kalau nggak, berpartisipasi dalam acara seperti itu besok malam, aku pasti akan canggung setengah mati.""Acara kencan buta besar-besaran! Semangat, ya!"Setelah membaca pesan bersifat bercanda dari sahabatnya itu, kening Dian berkerut."Jujur saja, daripada menghadiri perjamuan malam besok, lebih baik aku bekerja lembur!""Sungguh membosankan! Aku benar-benar malas bertemu dengan sekelompok pria asing itu. Palingan setiap orang dari mereka mengenakan 'topeng' untuk menyembunyikan karakter asli mereka. Jelas-j
"Lesti menunjukkan keserakahannya secara terang-terangan juga bukan masalah baginya. Selama Fabian nggak menyadari hal itu, maka dia tetap merupakan seorang ibu tiri yang lembut dan baik hati.""Oke, sudahlah, kamu boleh keluar dulu.""Baik."Phillip duduk bersandar di kursinya, dia mengambil undangan yang tampak sederhana itu. 'Hmm, sepertinya Nona Besar Keluarga Sandiga ini cukup kasihan juga.'Jelas-jelas awalnya wanita itu bagaikan harta berharga dalam keluarganya. Namun kini, dia sudah memiliki seorang ibu tiri dan adik tiri. Kedudukannya di Keluarga Sandiga langsung jatuh secara signifikan.Menurut informasi yang beredar, sekarang dia bahkan sudah pindah keluar dari rumah dan tinggal sendiri di luar, mencari pekerjaan sendiri. Sebenarnya bagaimana Fabian memainkan perannya sebagai seorang ayah? Bisa-bisanya dia mengabaikan putri kandungnya dan malah memberikan perhatian kepada putri orang lain.Dia benar-benar tidak paham, tetapi semua ini juga tidak ada hubungannya dengannya.Me
"Kalau Nyonya benar-benar tulus ingin dirias oleh studio kami, silakan tunggu dengan sabar.""Kalau kalian nggak ingin menunggu lagi, kalian hanya perlu keluar dan belok kiri saja, di sana ada sebuah salon, mungkin lebih cocok untukmu dan putrimu.""Kamu!" Saking kesalnya, wajah Lesti sudah memerah. Di tempat itu, masih ada nyonya-nyonya yang berasal dari keluarga kaya lainnya. Mereka mengeluarkan suara "pfffttt" seperti sedang menahan tawa.Dia tidak menyangka pemilik studio seperti ini saja berani mempermalukannya seperti ini. Memangnya apa hebatnya pemilik studio itu?!"Apa kamu nggak tahu siapa aku? Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu padaku!""Awas saja kamu, kemungkinan besar bisnismu ini nggak akan bisa jalan lagi!"Lesti melontarkan beberapa patah kata ancaman itu dengan gigi terkatup. Ririn juga beranjak dari kursinya dan berdiri di belakang ibunya, memberi dukungan kepada ibunya. "Cih! Kamu hanya seseorang yang tak jelas pria atau wanita! Aku sudah cukup memandang tin
"Kak, seharusnya kamu nggak akan mempermasalahkan hal itu dengan 'bocah' sepertiku, 'kan?"Kuros memutar matanya. Kalau bukan karena Karina menepuk tangannya dengan lembut, dia sama sekali tidak ingin menghiraukan ibu dan anak itu."Sudah, sudah, lupakan saja hal-hal yang nggak menyenangkan. Kalau kalian berdua ingin menata diri di sini, setelah rambutku selesai ditata, aku akan meminta penata riasku untuk merias kalian, ya?""Aku yang akan menanggung semua biayanya."Dari awal hingga akhir, Karina tampak tersenyum. Tentu saja Lesti sangat senang. Hanya saja, untuk menunjukkan sikap sungkan dan sopannya, dia menyampaikan penolakan beberapa kali."Ya ampun, nggak perlu seperti itu.""Awalnya memang hanya ada sedikit kesalahpahaman antara kami, bagaimana bisa kami membiarkan Nyonya untuk menanggung biaya kami?"Lesti mengulurkan lengannya, hendak meraih dan menggandeng lengan Karina. Namun, diam-diam Karina menghindari uluran tangan Lesti. Dia hanya berkata, "Nggak masalah, nggak seberap
Kuros menghela napas, lalu berkata, "Kamu ini selalu saja berpikir banyak, kamu selalu beranggapan kamu akan merepotkan kami. Tapi, di saat kami menghadapi kesulitan, bukankah kamu akan berdiri di pihak kami, menjadi pendukung kami tanpa ragu?""Kala itu, kalau bukan berkatmu .... Mungkin sudah nggak ada Kuros yang sekarang.""Dian, terkadang kamu perlu menunjukkan kerentananmu, tapi itu bukan berarti kamu kalah. Apa kamu mengerti?""Kamu itu terlalu keras, karena itulah ibu dan anak itu bisa 'mengunggulimu'.""Ayahmu hanyalah seorang pria biasa. Seorang pria paling nggak sanggup menghadapi wanita seperti mereka.""Jadi, kupikir kamu perlu mengubah strategimu."Mendengar Kuros mengajarinya trik-trik jitu untuk menghadapi ibu dan anak itu dengan serius, Dian tertawa dan berkata, "Apa kamu pikir aku sedang memerankan adegan persaingan antara para wanita di istana? Nggak ada trik-trik jitu sebanyak itu.""Dengarkan saja ucapanku, hal-hal yang kuajari adalah hal-hal yang benar. Selama kamu
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen