Keluarga mereka termasuk berkecukupan.Di dalam jangkauan kemampuannya, dia berharap dia bisa memberikan yang terbaik untuk kedua putrinya.Oleh karena itu, setelah putri sulungnya diterima di SMA swasta, dia pun langsung mengirimkan putrinya untuk bersekolah di tempat itu.Orang yang ditemui Viona tentu saja tidak seperti orang-orang di SMA biasa tempat Veren bersekolah. Siapa pun di sekolahnya Viona mungkin bisa menjadi relasinya di masa depan.Ayahnya Viona dan Veren sudah memiliki rencana untuk masa depan.Sayangnya, Veren tidak memahami usaha ayahnya, dia hanya merasa bahwa ayahnya terus memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dia capai.Hanya karena kakaknya sangat pintar, apakah dia juga harus sebanding dengan kakaknya?Veren tidak peduli dengan perbedaan prestasi mereka. Namun, mereka jelas-jelas adalah kakak adik kandung, mengapa dia jauh lebih jelek daripada kakaknya?Setiap dia melihat Viona membawa pulang setumpuk surat cinta, dia akan merasa sangat menderita, se
Benar juga, mereka semua mendukung apa pun yang ingin dia lakukan karena dia selalu bertindak semena-mena di mata mereka.Makin dicegat oleh Anton dan Viona, makin Veren lari. Veren tidak ingin tinggal di rumah itu lagi.Jika bisa, dia berharap bisa mati bersama ibunya waktu itu sehingga tidak perlu dihina sepanjang waktu dalam hidupnya.Veren sering kali berpikir hidupnya akan terus seperti itu, dibanding-bandingkan dengan Viona, selalu kalah dari Viona, lalu menua perlahan.Jika dia tidak bertemu dengan Jason, semuanya akan berbeda.Mungkin pertemuan itu tidak akan membekas dalam ingatan Jason, tetapi itu membawakan perubahan drastis pada Veren.Veren tidak pernah berpikir dirinya akan jatuh cinta pada seorang pria yang hanya ditemui sekali.Nilai Veren tidak meningkat setelah dia tinggal di sekolah. Sebaliknya, Veren bergaul dengan preman di sekolah, bukan berusaha untuk belajar. Veren justru merasa itu jauh lebih baik daripada berusaha belajar, tetapi nilainya tidak pernah bisa mem
"Kakak sangat menyayangimu selama ini. Kamu satu-satunya adikku, mana mungkin Kakak begitu?""Veren, mungkin kamu sedang dalam masa pembangkang sekarang, jadi kamu merasa asyik bermain dengan para preman. Tapi mereka hanya akan menghancurkan hidupmu!"Sikap pembangkang Veren membuat Anton marah. Dia langsung maju dan ingin menamparnya lagi.Jika tidak dihentikan oleh Viona, pipi Veren yang lain pasti bengkak.Anton menunjuk Veren sembari memarahinya, "Ayah terlalu memanjakanmu sampai kamu jadi semena-mena.""Kamu sendiri yang dapat nilai rendah, tapi kamu malah menyalahkan Ayah dan kakakmu?""Kamu tahu nggak apa saja yang sudah kakakmu lakukan untukmu?""Dia bergadang setiap malam untuk carikan materi pembelajaran dan mengatur jadwalmu. Bagaimana hasilnya?""Kamu bergaul dengan murid-murid nakal yang hanya akan menjerumuskanmu. Kamu benar-benar membuat Ayah kecewa.""Ya, aku tahu apa pun yang kulakukan pasti salah di matamu. Kalau begitu, biar aku salah terus. Lagi pula, kamu nggak mau
"Sekarang Veren sangat sensitif, kenapa Ayah menyakitinya?""Veren bukannya benar-benar merasa ini kesalahan Ayah, dia hanya sedih.""Aku yang jadi kakak saja nggak marah. Ayah harusnya lebih toleran."Anton melihat putri sulungnya yang dewasa dan pintar, lalu menepuk tangannya. "Semua ini salah Ayah. Ayah nggak didik adikmu dengan baik, malah membebanimu.""Kali ini, keputusan Ayah sudah bulat, nggak usah bujuk lagi. Kita terlalu memanjakannya sehingga dia jadi semena-mena dan selalu bikin masalah.""Kita harus biarkan dia merasakan kesusahan, biar tahu betapa bahagia hidupnya yang sebelumnya.""Ayah nggak khawatir? Veren masih gadis, dia pasti akan cari temannya.""Ayah juga bilang preman-preman itu nggak bisa dipercaya.""Bagaimana kalau mereka bawa Veren ke tempat sembarangan?""Ayah nggak enak badan, istirahat di rumah saja. Aku akan ajak temanku cari Veren."Apapun yang terjadi, Anton tetap mengkhawatirkan keselamatan putrinya. Setelah hening sejenak, Anton berkata, "Ajak teman y
Mereka adalah saudara kandung, tetapi mengapa Veren tidak secantik Viona?Tanpa perlu dikatakan, Veren dapat melihat pertanyaan itu dari tatapan mereka.Cih! Veren juga ingin tahu mengapa Tuhan begitu tidak adil, memberikan kecantikan dan kepintaran kepada Viona, tetapi tidak memberikan apa-apa padanya.Sekarang, Veren juga tidak betah tinggal di rumah lagi. Ayah selalu mengatakan betapa unggul dan baik Viona.Akan tetapi, Veren tidak mau menerima kebaikan dari Viona.Mengapa Viona yang telah memiliki segalanya dengan angkuh memberi sedekah padanya?Menurut Veren, Viona hanya ingin pamer.Dalam waktu yang singkat, Viona bisa menyelesaikan tugas sekolah, serta mengaturkan jadwal Veren dan mencarikan materi pembelajaran yang paling efektif untuk Veren. Bukankah jelas itu pamer?Seperti di masa kecil, saat mereka bepergian keluar dengan gaun yang sama, orang dewasa hanya ingin berbicara dengan Viona yang lebih cantik.Mereka memuji Viona cantik dan pasti akan menjadi primadona setelah dew
Jason sedang menunggu sopir dan kebetulan melihat seorang teman sekolah. Dia mengira Veren adalah Viona.Viona sekelas dengannya. Melihat gadis itu berdiri sendirian di sana dan menangis, Jason memberikan saputangan padanya.Jason memiliki kesan yang baik terhadap Viona yang giat. Jarang Jason bisa begitu sabar."Kamu harus berusaha kalau mau jadi yang terbaik.""Kalau nggak bisa dan nggak mau, nggak usah pedulikan.""Hidup ini hidup kita, nggak usah pedulikan pandangan orang lain."Veren terbengong dan bergumam, "Ya, hidup ini hidup kita."Tepat saat ini, sopir sudah sampai. Jason mengangguk padanya. "Aku pulang dulu, kamu juga cepat pulang."Veren dengan enggan melihat Jason pergi. Saat ini, Jason tidak tahu kebaikan sesaatnya akan membawakan perubahan besar pada kehidupan orang lain.Ketika Jason hilang dari pandangan, jantung Veren berdetak dengan kencang. Inikah perasaan jatuh cinta?Veren memegang dadanya dan meremas saputangan dengan erat.Veren buru-buru mengejar, tetapi mobil
"Ayah, jangan khawatir. Di sekolah nanti, aku akan putus dengan mereka.""Ke depannya, aku akan belajar dengan giat dan baca semua materi pembelajaran yang Kakak carikan untukku. Ayah, jangan marah lagi."Ini pertama kalinya Veren mengaku kesalahan di depan Anton.Dulu, tidak peduli betapa besar kesalahan Veren dan betapa semena-mena, Veren selalu angkuh ketika pulang ke rumah.Veren tidak sudi untuk meminta maaf. Dia selalu merasa ayah memaksanya minta maaf karena Viona.Jika Viona melakukan kesalahan, ayah pasti tidak tega untuk menegur Viona. Ayah hanya cuek padanya.Anton tidak tahu apa yang terjadi dengan putri bungsunya. Veren yang tiba-tiba menjadi dewasa setelah lari sepanjang sore menimbulkan kecurigaan Anton.Namun, terhadap permintaan maaf Veren, Anton tentu harus memotivasi dan menghiburnya."Ya, Ayah senang sekali kalau kamu bisa berpikir begini.""Didikan Ayah dan kakakmu selama ini nggak sia-sia.""Ayah sudah introspeksi diri, Ayah terlalu gegabah tadi sore.""Apapun kes
Namun, tidak seperti sekolah Veren yang hanya fokus pada pembelajaran, sama sekali tidak memberi waktu istirahat pada murid-murid.Andaikan dia belajar dengan giat dan masuk ke SMA yang sama dengan Viona.Sayangnya, semua itu sudah terlambat.Viona tidak mungkin tidak bisa memahami keluhan Veren. Dia menepuk kepalanya. "Kalau kamu belajar dengan giat, kita bisa kuliah sama-sama, oke?""Tapi sudah lama ada lomba paduan suara di sekolah. Katanya juara pertama bisa maju ke lomba internasional. Jadi, semua orang sangat antusias."Veren bisa mengakses ponsel Viona sesuka hati. Lalu, Veren mencari tahu seperti apa SMA swasta yang dikembangkan secara komprehensif itu.Bukankah pria di tengah baris paling belakang dalam grup paduan suara adalah pria yang menghiburnya hari itu?"Ah ...."Teriakan itu membuat Viona yang sedang membedaki wajah menoleh ke belakang dan bertanya, "Kenapa? Ada yang kirim video usil?""Ini ... yang ikut grup paduan suara itu teman kelas Kakak?"Viona mengangguk. "Tent
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen