Viona berkata, "Ayah, jangan mengatai Veren lagi, dia juga sudah berusaha.""Kali ini, prestasinya sudah meningkat lima peringkat. Kalau dia terus berusaha, dia mungkin bisa diterima di universitas ternama."Viona selalu sangat memperhatikan prestasi adiknya. Namun, dia tidak ingin menyinggung perasaan Veren.Veren langsung melemparkan piringnya di atas meja."Cukup, jangan bicara lagi. Kamu menyindirku, ya? Kamu mengeluh kalau aku belum cukup dimarahi oleh Ayah, 'kan?" kata Veren.Viona meletakkan alat makannya dengan tidak berdaya dan berkata, "Veren, aku nggak ....""Veren, kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu tentangku?"Dengan ekspresi tegas, ayah mereka juga berkata, "Veren, cepat minta maaf pada kakakmu.""Dia benar-benar mengkhawatirkanmu dan bahkan lebih memperhatikan prestasimu daripada kamu sendiri. Tapi, kamu malah mengatainya seperti ini. Apakah kamu nggak takut kakakmu sedih?"Dengan ekspresi sedih, Veren berkata, "Ayah takut dia sedih, tapi pernahkah Ayah berpikir bah
Keluarga mereka termasuk berkecukupan.Di dalam jangkauan kemampuannya, dia berharap dia bisa memberikan yang terbaik untuk kedua putrinya.Oleh karena itu, setelah putri sulungnya diterima di SMA swasta, dia pun langsung mengirimkan putrinya untuk bersekolah di tempat itu.Orang yang ditemui Viona tentu saja tidak seperti orang-orang di SMA biasa tempat Veren bersekolah. Siapa pun di sekolahnya Viona mungkin bisa menjadi relasinya di masa depan.Ayahnya Viona dan Veren sudah memiliki rencana untuk masa depan.Sayangnya, Veren tidak memahami usaha ayahnya, dia hanya merasa bahwa ayahnya terus memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dia capai.Hanya karena kakaknya sangat pintar, apakah dia juga harus sebanding dengan kakaknya?Veren tidak peduli dengan perbedaan prestasi mereka. Namun, mereka jelas-jelas adalah kakak adik kandung, mengapa dia jauh lebih jelek daripada kakaknya?Setiap dia melihat Viona membawa pulang setumpuk surat cinta, dia akan merasa sangat menderita, se
Benar juga, mereka semua mendukung apa pun yang ingin dia lakukan karena dia selalu bertindak semena-mena di mata mereka.Makin dicegat oleh Anton dan Viona, makin Veren lari. Veren tidak ingin tinggal di rumah itu lagi.Jika bisa, dia berharap bisa mati bersama ibunya waktu itu sehingga tidak perlu dihina sepanjang waktu dalam hidupnya.Veren sering kali berpikir hidupnya akan terus seperti itu, dibanding-bandingkan dengan Viona, selalu kalah dari Viona, lalu menua perlahan.Jika dia tidak bertemu dengan Jason, semuanya akan berbeda.Mungkin pertemuan itu tidak akan membekas dalam ingatan Jason, tetapi itu membawakan perubahan drastis pada Veren.Veren tidak pernah berpikir dirinya akan jatuh cinta pada seorang pria yang hanya ditemui sekali.Nilai Veren tidak meningkat setelah dia tinggal di sekolah. Sebaliknya, Veren bergaul dengan preman di sekolah, bukan berusaha untuk belajar. Veren justru merasa itu jauh lebih baik daripada berusaha belajar, tetapi nilainya tidak pernah bisa mem
"Kakak sangat menyayangimu selama ini. Kamu satu-satunya adikku, mana mungkin Kakak begitu?""Veren, mungkin kamu sedang dalam masa pembangkang sekarang, jadi kamu merasa asyik bermain dengan para preman. Tapi mereka hanya akan menghancurkan hidupmu!"Sikap pembangkang Veren membuat Anton marah. Dia langsung maju dan ingin menamparnya lagi.Jika tidak dihentikan oleh Viona, pipi Veren yang lain pasti bengkak.Anton menunjuk Veren sembari memarahinya, "Ayah terlalu memanjakanmu sampai kamu jadi semena-mena.""Kamu sendiri yang dapat nilai rendah, tapi kamu malah menyalahkan Ayah dan kakakmu?""Kamu tahu nggak apa saja yang sudah kakakmu lakukan untukmu?""Dia bergadang setiap malam untuk carikan materi pembelajaran dan mengatur jadwalmu. Bagaimana hasilnya?""Kamu bergaul dengan murid-murid nakal yang hanya akan menjerumuskanmu. Kamu benar-benar membuat Ayah kecewa.""Ya, aku tahu apa pun yang kulakukan pasti salah di matamu. Kalau begitu, biar aku salah terus. Lagi pula, kamu nggak mau
"Sekarang Veren sangat sensitif, kenapa Ayah menyakitinya?""Veren bukannya benar-benar merasa ini kesalahan Ayah, dia hanya sedih.""Aku yang jadi kakak saja nggak marah. Ayah harusnya lebih toleran."Anton melihat putri sulungnya yang dewasa dan pintar, lalu menepuk tangannya. "Semua ini salah Ayah. Ayah nggak didik adikmu dengan baik, malah membebanimu.""Kali ini, keputusan Ayah sudah bulat, nggak usah bujuk lagi. Kita terlalu memanjakannya sehingga dia jadi semena-mena dan selalu bikin masalah.""Kita harus biarkan dia merasakan kesusahan, biar tahu betapa bahagia hidupnya yang sebelumnya.""Ayah nggak khawatir? Veren masih gadis, dia pasti akan cari temannya.""Ayah juga bilang preman-preman itu nggak bisa dipercaya.""Bagaimana kalau mereka bawa Veren ke tempat sembarangan?""Ayah nggak enak badan, istirahat di rumah saja. Aku akan ajak temanku cari Veren."Apapun yang terjadi, Anton tetap mengkhawatirkan keselamatan putrinya. Setelah hening sejenak, Anton berkata, "Ajak teman y
Mereka adalah saudara kandung, tetapi mengapa Veren tidak secantik Viona?Tanpa perlu dikatakan, Veren dapat melihat pertanyaan itu dari tatapan mereka.Cih! Veren juga ingin tahu mengapa Tuhan begitu tidak adil, memberikan kecantikan dan kepintaran kepada Viona, tetapi tidak memberikan apa-apa padanya.Sekarang, Veren juga tidak betah tinggal di rumah lagi. Ayah selalu mengatakan betapa unggul dan baik Viona.Akan tetapi, Veren tidak mau menerima kebaikan dari Viona.Mengapa Viona yang telah memiliki segalanya dengan angkuh memberi sedekah padanya?Menurut Veren, Viona hanya ingin pamer.Dalam waktu yang singkat, Viona bisa menyelesaikan tugas sekolah, serta mengaturkan jadwal Veren dan mencarikan materi pembelajaran yang paling efektif untuk Veren. Bukankah jelas itu pamer?Seperti di masa kecil, saat mereka bepergian keluar dengan gaun yang sama, orang dewasa hanya ingin berbicara dengan Viona yang lebih cantik.Mereka memuji Viona cantik dan pasti akan menjadi primadona setelah dew
Jason sedang menunggu sopir dan kebetulan melihat seorang teman sekolah. Dia mengira Veren adalah Viona.Viona sekelas dengannya. Melihat gadis itu berdiri sendirian di sana dan menangis, Jason memberikan saputangan padanya.Jason memiliki kesan yang baik terhadap Viona yang giat. Jarang Jason bisa begitu sabar."Kamu harus berusaha kalau mau jadi yang terbaik.""Kalau nggak bisa dan nggak mau, nggak usah pedulikan.""Hidup ini hidup kita, nggak usah pedulikan pandangan orang lain."Veren terbengong dan bergumam, "Ya, hidup ini hidup kita."Tepat saat ini, sopir sudah sampai. Jason mengangguk padanya. "Aku pulang dulu, kamu juga cepat pulang."Veren dengan enggan melihat Jason pergi. Saat ini, Jason tidak tahu kebaikan sesaatnya akan membawakan perubahan besar pada kehidupan orang lain.Ketika Jason hilang dari pandangan, jantung Veren berdetak dengan kencang. Inikah perasaan jatuh cinta?Veren memegang dadanya dan meremas saputangan dengan erat.Veren buru-buru mengejar, tetapi mobil
"Ayah, jangan khawatir. Di sekolah nanti, aku akan putus dengan mereka.""Ke depannya, aku akan belajar dengan giat dan baca semua materi pembelajaran yang Kakak carikan untukku. Ayah, jangan marah lagi."Ini pertama kalinya Veren mengaku kesalahan di depan Anton.Dulu, tidak peduli betapa besar kesalahan Veren dan betapa semena-mena, Veren selalu angkuh ketika pulang ke rumah.Veren tidak sudi untuk meminta maaf. Dia selalu merasa ayah memaksanya minta maaf karena Viona.Jika Viona melakukan kesalahan, ayah pasti tidak tega untuk menegur Viona. Ayah hanya cuek padanya.Anton tidak tahu apa yang terjadi dengan putri bungsunya. Veren yang tiba-tiba menjadi dewasa setelah lari sepanjang sore menimbulkan kecurigaan Anton.Namun, terhadap permintaan maaf Veren, Anton tentu harus memotivasi dan menghiburnya."Ya, Ayah senang sekali kalau kamu bisa berpikir begini.""Didikan Ayah dan kakakmu selama ini nggak sia-sia.""Ayah sudah introspeksi diri, Ayah terlalu gegabah tadi sore.""Apapun kes