Adsila menyilangkan lengannya dan tersenyum sambil berkata, "Memangnya aku bilang itu kamu? Aku nggak sebut nama, tapi kenapa kamu merasa tersinggung?"Justin membelalakkan matanya dengan penuh amarah. "Kamu ...."Melihat kedua orang ini hendak bertengkar lagi, Pamela berkata, "Sudahlah, kalian berdua makan saja, jangan bersuara. Nanti kalian tersedak."Adsila mengangguk dengan patuh. Dia tidak lagi menghiraukan Justin. Sesuai ucapan bibinya, dia memakan sarapannya dengan patuh.Justin menatap Pamela dan mendengus dengan kesal, lalu dia juga menundukkan kepalanya dan memakan telur mata sapi dalam diam.Melihat adegan ini, kebencian meluap dalam hati Stevi.Entah bagaimana caranya, Pamela sudah berhasil membutakan Agam. Pamela juga berhasil mengendalikan Adsila yang nakal. Sekarang, bahkan Justin juga mau mendengar ucapan Pamela?Situasi seperti ini sangat berbahaya.Pamela terlihat masih muda dan kekanak-kanakan, tetapi dia sebenarnya jauh lebih licik daripada yang Stevi bayangkan!...
Beberapa pria ini langsung menunggangi kuda mereka untuk pergi memeriksa situasinya .......Stevi jatuh terduduk di ladang rumput. Dia mengenakan celana pendek, sehingga kedua lututnya tergores dan berdarah.Dalam waktu singkat, beberapa pria yang berkuda ini pun tiba di tempat ini.Justin adalah orang pertama yang turun dari kudanya. Dia berjalan maju dan bertanya dengan penuh perhatian, "Ada apa, Kak Stevi?"Sambil berlinang air mata, Stevi berkata dengan ekspresi kesakitan, "Justin ... saat aku main layangan, aku nggak sengaja terjatuh, sepertinya kakiku keseleo. Sakit sekali ...."Justin berjongkok dan membantu Stevi untuk bangkit. Melihat luka goresan di kaki Stevi yang berdarah, Justin mengernyit dan berkata, "Kak Stevi, kenapa kamu nggak berhati-hati?!"Pada saat ini.Adsila yang berada di dekat sana memandang ke arah Stevi dengan kesal dan berkata, "Bibi, tebakanmu benar. Dia lagi-lagi berulah! Huh, jatuh sedikit saja langsung nggak bisa bangun lagi, sampai harus teriak minta
Justin menganggukkan kepalanya dan memapah Stevi yang masih menangis sambil bersandar di bahunya untuk berdiri.Stevi menghentikan tangisannya dan berusaha untuk berdiri. Namun, kaki kanannya terasa sangat sakit dan tidak bertenaga. Wajahnya pucat, keningnya juga berkeringat. Meskipun dia sedang bersandiwara pun hal seperti ini tidak bisa dipalsukan ....Melihat Stevi yang kesakitan, Justin hanya merasa kasihan padanya."Kak Stevi, kalau nggak ada yang membantumu main layangan, kamu bisa memanggilku ke sini. Kenapa kamu memaksa untuk main sendirian?" tanya Justin.Stevi menahan rasa sakitnya sambil berkata, "Justin, kamu adalah seorang pria, kamu nggak mungkin suka main layangan! Aku kira main sendiri itu nggak susah, jadi aku ingin coba. Tapi, aku sudah memandang diriku terlalu tinggi. Akulah yang bodoh ...."Justin membuang napas dengan penuh rasa simpati. Dia meletakkan lengan Stevi di bahunya dan berkata, "Sudah, Kak Stevi, jangan menyalahkan dirimu lagi. Biar aku papah kamu naik k
'Kudanya Paman bernama Lan, seharusnya nama ini diambil dari nama Kalana, wanita idaman dalam hati Paman, 'kan?' pikir Pamela.Lan, Kalana ....Agam menyadari kebingungan Pamela, dia pun bertanya, "Ada apa?"Pamela tersadar, dia pun mengelus kuda hitam ini sambil menjawab, "Nggak apa-apa, kudanya bagus!""Kamu suka berkuda?" tanya Agam lagi."Lumayan!" jawab Pamela.Agam tiba-tiba merangkul pinggangnya Pamela sambil berkata, "Kali ini, kamu belum puas main, jadi lain kali, kita datang berdua saja tanpa mereka."Pamela langsung tercengang. Pikiran Agam sudah kabur, ya?Dua bulan lagi, hubungan kerja sama mereka akan berakhir. Mana ada lagi yang namanya "lain kali" bagi mereka?!Pria ini tiba-tiba mencubit pinggang Pamela dengan pelan, seakan-akan dia sedang menginspeksi kualitas sebuah produk. Dia berkata dengan sinis, "Biasanya kamu makan lumayan banyak, tapi kenapa kamu sekurus ini?"Pamela berkata dengan kesal, "Terserah aku, lah!"Pria ini tertawa kecil dan berkata, "Makanlah lebih
Tanpa ragu-ragu, Agam menerima ponsel Justin dan berbalik untuk mendengar ucapan Kalana.Pamela menoleh dan menatap punggung pria yang sedang bertelepon itu. Alisnya terangkat, ekspresinya tidak jelas.Derry yang tadinya pergi menghubungi pihak rumah sakit berjalan masuk dan berkata, "Jangan khawatir, pihak rumah sakit sudah mengirimkan ambulans ke sini. Stevi akan segera menerima pengobatan."Justin menatap Stevi yang tidak sadarkan diri di atas ranjang dengan tatapan sedih dan berkata, "Kak Stevi, sudah dengar, belum? Kakimu akan segera menerima pengobatan, kamu akan baik-baik saja!"Namun, Stevi sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun ....Dokter di taman berkuda ini datang dan mencubit bagian di atas bibir Stevi, membuat Stevi mengernyit dan terbangun.Meskipun Stevi sudah sadarkan diri, dia tetap terlihat sangat lemah dan putus asa. Dia berkata, "Kakiku sudah lumpuh, untuk apa kalian masih menyelamatkanku? Biarkan saja aku pergi ...."Melihat Stevi seperti ini, Justin merasa
Apakah Agam masih bertelepon dengan wanita idamannya?Pamela sebenarnya sudah tahu siapa yang menyuruh Agam untuk tetap di sini, pasti Kalana yang tadi menelepon.Masalah penarikan investasi Keluarga Respati yang diganti menjadi pengamatan sementara juga pasti terjadi karena Kalana.Hal ini masuk akal dan tidak mengherankan.Setelah berpikir sejenak, Pamela berkata pada Ervin, "Baiklah, aku akan pergi denganmu, tapi tunggu sebentar, ya."Tunggu sebentar? Ervin bertanya dengan heran, "Tunggu apa, Nyonya?"Dengan ekspresi tenang, Pamela berkata, "Tunggu sampai aku menyelesaikan masalahku dengan Nona Stevi."Ervin makin bingung, keningnya juga berkerut. Dia merasakan sejenis firasat buruk. Saat dia ingin bertanya lagi, Pamela sudah berjalan menghampiri Stevi yang terluka dan setengah berbaring di atas ranjang ....Baru saja Pamela berjalan mendekat, Justin langsung berdiri dan mengadang di hadapan Stevi dengan penuh kewaspadaan. Dia tidak membiarkan Pamela mendekati Stevi, lalu bertanya,
Pamela melihat kaki Stevi yang terluka dan berkata, "Menurutku, bukan ligamen kaki Nona Stevi yang putus, tapi kaki Nona Stevi keseleo, sehingga tulangnya bergeser. Aku kebetulan bisa melakukan manipulasi tulang. Tanpa operasi, aku bisa mengembalikan kakimu seperti semula. Apakah Nona Stevi mau mencobanya?"Stevi menangis sambil menatap Pamela dan berkata, "Bukan ligamennya yang putus? Pamela, jangan asal bicara! Memangnya dokter ini bohong? Kamu menyuruhku untuk nggak memercayai ucapan dokter, tapi percaya pada ucapan orang awam sepertimu? Konyol sekali!"Pamela tidak menjelaskan panjang lebar lagi. Dia berjalan ke arah kaki ranjang dan mengulurkan tangannya untuk memegang pergelangan kaki Stevi yang terluka ....Stevi langsung menjauhkan kakinya supaya Pamela tidak menyentuh kakinya!Namun, begitu Stevi bergerak, dia langsung merasa kesakitan hingga dia bercucuran keringat. Dia berkata dengan lemas, "Jangan, jangan sentuh aku! Justin, cepat tahan dia!"Saat Justin tersadar, dia langs
Justin pergi mengambil benda hitam di atas ranjang itu, ternyata itu seekor tikus palsu yang terlihat sangat menjijikkan!"Nggak apa-apa, Kak Stevi! Ini palsu!" kata Justin.'Pamela sudah gila, ya? Kenapa dia membawa benda seperti ini?' pikir Justin.'Pada saat seperti ini, dia malah masih ingin main-main!''Kaki Kak Stevi sudah mati rasa, tapi Pamela masih saja menakutinya seperti ini!''Sebentar .... Kak Stevi turun dari ranjang?'Saat Justin menyadari hal ini, dia langsung menatap Stevi dengan tatapan terkejut dan bertanya, "Kak Stevi, kaki ... kakimu sudah sembuh?"Ekspresi Stevi menjadi kaku, dia sendiri juga tercengang. Dia baru menyadari bahwa kakinya sudah menginjak lantai. Tadi, dia bahkan sudah melompat!Astaga! Tadi, saat dia terkejut karena tikus palsu itu, dia melompat dari ranjang dengan sangat lincah. Jika dia masih saja bersandiwara, tidak ada lagi yang akan memercayainya ....Stevi bergegas menyembunyikan kecanggungannya, lalu dia berpura-pura terkejut. Dia tersenyum d
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen