Justin memberi tahu Stevi tentang waktu itu Pamela menolong dirinya di Manor Sinar Rembulan.Stevi masih tidak mengerti. "Jadi, hanya karena Pamela membantumu memenangkan game saja, kamu mau mengkhianati kakak kandungmu?"Justin menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu, aku nggak akan mengkhianatimu! Aku hanya merasa Pamela bukanlah orang jahat ....""Justin, kamu sungguh membuatku kecewa!" Stevi berdiri, lalu berjalan keluar dengan tertatih-tatih ....Justin berdiri di tempat untuk berpikir sangat lama sambil mengerutkan kening....Di bawah payung.Pamela duduk di pangkuan Agam, sedangkan Agam sedang mengoleskan obat pada Pamela secara paksa.Dokter di arena pacuan kuda berdiri di samping sambil memegang obat dan menunjukkan ekspresi takut.Tangan pria yang besar itu memegang cotton bud medis, lalu mencelupkan ke dalam obat, baru mengoleskannya ke belakang telinga Pamela yang sudah biruan. Kemudian, meraih tangannya untuk mengoles obat di telapak tangannya yang ada ruam.Pamela merasa
Adsila menganggukkan kepalanya dengan senyum. "Sudah, kok! Paman, kamu nggak usah urus aku, aku sudah makan, kok!"Agam menyipitkan matanya dengan tidak senang. "Jadi, ngapain kamu masih di sini?"Adsila terdiam sejenak, lalu tertawa. "Paman, aku sudah mengerti, aku nggak akan jadi nyamuk lagi! Aku pergi dulu, aku mau lihat kudaku sudah besar belum!"Pamela, "..."Setelah melihat Adsila pergi, Agam baru menyuapi Pamela lagi.Pamela menundukkan kepalanya untuk melihat bubur itu, lalu melihat Agam sambil mengerutkan alis. "Paman, apa kita perlu akting begitu mesra di depan Adsila?"Pamela mengira dirinya sedang akting?Tatapan Agam menjadi dingin, bahkan rasa lembut yang jarang ditunjukkan pun hilang. "Makan buburmu!"Pamela yang tiba-tiba dimarahi terpaksa memakan bubur, juga diam-diam memarahi Agam terlalu aneh, karena memiliki emosinya yang tak stabil!Ketika sedang memakan bubur, Pamela mendengar suara Agam memanggil namanya dengan serius."Pamela.""Ya?" Pamela melihatnya untuk menu
Pamela tercengang, lalu melipat tangannya dengan santai sambil menatap Justin dengan tatapan menghina. "Em? Tuan Muda Justin, apa yang mau kamu lakukan?"Wajah Justin menjadi merah, seperti sedang mengatakan sesuatu yang sulit dirinya katakan. Di antara alisnya menunjukkan impulsif seorang pemuda. Setelah diam setengah menit, dia baru berkata, "Pamela, aku mau mengejarmu!"Pamela terlihat sangat tenang, dia hanya mengangkat alisnya sambil menatap Justin dari atas ke bawah. "Apa kamu sudah dewasa?"Justin mengangkat dagunya dengan bangga. "Enam bulan lagi, aku sudah berusia 18 tahun."Pamela menguap dengan malas. "Tunggu kamu sudah dewasa, baru mencariku!"Selesai berbicara, Pamela hendak pergi, tampaknya dia tidak tertarik untuk membicarakan topik ini lagi ....Justin malah mengadangnya dengan tangan agar Pamela tidak bisa keluar!Justin berkata dengan ekspresi serius, "Pamela, kamu jangan suka pada Kak Agam, kembalikan dia pada kakakku! Kalau kamu suka pria kaya, kamu bisa bersamaku.
Namun, Paman sudah melihatnya, kalau dirinya tidak ke sana, juga susah menjelaskannya.Pamela menghela napas, lalu berjalan ke sana. "Paman, aku sudah kembali."Agam memegang secangkir kopi sambil menyesapnya, lalu menatapnya dengan tenang. "Em. Apa saja yang kalian katakan?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan bosan. "Nggak apa-apa, hanya kata-kata konyol seorang anak kecil, nggak layak diungkit."Agam mengerutkan alisnya, tadi Pamela bilang akan memberitahunya setelah kembali, ternyata hanya membujuknya.Derry menepuk bangku di sebelahnya sambil tersenyum. "Pamela, mari duduk sambil ngobrol bersama!"Pamela melirik Derry, dia benar-benar tidak ingin mengobrol dengan bocah tak serius dan menjadi sasaran ejekannya.Tepat pada saat ini, Adsila berlari kemari. "Bibi! Bibi! Ayo, aku bawa kamu memilih kuda. Ini masih pagi hari, jadi nggak panas, dengan begitu kita bisa lomba menunggang kuda. Nanti kalau sudah siang, pasti panas sekali!"Pamela melihat Adsila, lalu melihat ke arah Agam. P
Setelah mendengar suara itu, Pamela menoleh untuk melihat Stevi yang menarik seekor kuda cokelat merah dan berdiri tidak jauh dari dirinya.Pamela mengangkat alisnya. "Kok cepat sekali kaki Nona Stevi sembuh?"Adsila pergi ke arena kandang lain untuk membawa keluar kudanya. Saat ini, di sini tidak ada orang lain, jadi Stevi tidak berpura-pura baik hati, dia langsung menunjukkan sikap bencinya pada Pamela."Tentu saja belum sembuh, hanya saja luka kecil itu nggak bisa memengaruhiku menunggang kuda!"Saat itu, teriakan Stevi sangat keras. Yang tak tahu pasti mengira kakinya cedera parah karena anting kecil!Sekarang, Stevi bisa berjalan begitu lancar sambil menarik kuda, jadi wajar saja mengatakan dia berpura-pura sakit di saat itu.Pamela hanya tersenyum. "Baiklah."Pamela tidak ingin berbicara dengan Stevi, juga tidak lagi melihat Stevi, hanya terus berjalan ke arah kuda yang dia sukai ....Stevi berkata dengan dingin lagi, "Pamela, kamu sebaiknya jauh dari kuda itu. Meskipun kamu berh
Pamela hanya melihat ke bawah sambil menghela napas dengan kesal. "Mungkin kamu nggak akan percaya dengan perkataanku ini. Aku nggak tertarik pada Agam, juga nggak sudi dengan status istrinya Agam! Nona Stevi, nggak ada gunanya kamu mencari masalahku, karena sama saja membuang waktu dan tenaga!"Stevi menatapnya dengan tak percaya. "Apa? Kamu nggak sudi? Jadi, beranikah kamu bersumpah kalau kamu dan Agam nggak ada apa-apa, bahkan nggak suka pada Agam?"Pamela, "..."Pamela benar-benar tidak bisa melakukan sumpah seperti itu.Karena dia dan paman sudah melakukan hal yang tak bisa dideskripsikan ....Tentu saja, mereka melakukan hal itu karena terpaksa!Namun, orang lain tidak akan memahami ketidakberdayaannya. Meskipun dia mengatakannya, pasti tidak ada yang percaya kalau saat itu dia hanya berniat menolong paman ....Jadi, sebaiknya hal ini dijadikan rahasia saja.Ketika kerja sama tiga bulan berakhir, dia akan meninggalkan kediaman Keluarga Dirgantara, bahkan akan musnah dari sisi pam
Adsila mengerutkan alisnya. "Tapi ...."Pamela sudah membawa keluar kuda itu. "Ayo, aku akan coba menungganginya."Adsila masih sangat khawatir. "Bibi, apa kamu mau pertimbangkan dulu? Kuda ini sangat sulit dijinakkan!"Pamela tersenyum. "Nggak usah, aku merasa kuda ini ada jodoh denganku.""Baiklah, nanti saat kamu menungganginya, kamu harus hati-hati!""Baik, aku sudah tahu."Stevi menarik kudanya sambil mengikuti mereka dari belakang, lalu menatap Pamela dengan menghina ....Stevi merasa sebentar lagi dia akan melihat wanita kampung yang tak tahu diri akan jatuh dari kuda, saat itu dia mau lihat Pamela masih bisa bilang kuda ini ada jodoh dengannya atau tidak!Sebenarnya kaki Stevi tidak lagi sakit, tetapi demi menyatakan lukanya sangat parah, jadi dia harus pura-pura berjalan dengan pincang....Justin menunggang kuda merah marun untuk datang mencari mereka. Ketika dia melihat Pamela membawa kuda berwarna putih itu, dia kaget dulu, baru mengerutkan keningnya."Pamela, beraninya kam
Adegan itu sangat mendebarkan!Di kejauhan, Derry, Agam dan yang lainnya bersiap lomba menunggang kuda pun menoleh karena mendengar suara itu. Lalu, mereka langsung melihat adegan mendebarkan itu!Pupil mata Agam menyusut, dia langsung menunggang kuda hitamnya untuk pergi ke arah Pamela ....Di sini, setelah Jojo memekik senang, ia langsung berdiri dengan stabil, lalu membawa Pamela yang duduk di punggungnya berlari di padang rumput. Jojo tidak menolak orang yang menungganginya, juga tidak berencana melemparnya ....Justin yang bersiap mengulurkan tangan untuk menolong pun berhenti, bahkan sangat kaget. Dirinya tak salah lihat, 'kan? Bisa-bisanya Pamela menunggangi Jojo berlari di padang rumput dengan tenang?Ba ... bagaimana mungkin? Stevi tidak percaya, juga sangat marah dan kecewa karena tidak melihat Pamela jatuh dari kuda!Kenapa Pamela bisa mengendalikan kuda ganas itu?! Harus diketahui, kalau kuda itu tidak membiarkan Kalana menungganginya!Adsila masih terkejut, tetapi ekspresi
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen