Pamela tercengang, lalu melipat tangannya dengan santai sambil menatap Justin dengan tatapan menghina. "Em? Tuan Muda Justin, apa yang mau kamu lakukan?"Wajah Justin menjadi merah, seperti sedang mengatakan sesuatu yang sulit dirinya katakan. Di antara alisnya menunjukkan impulsif seorang pemuda. Setelah diam setengah menit, dia baru berkata, "Pamela, aku mau mengejarmu!"Pamela terlihat sangat tenang, dia hanya mengangkat alisnya sambil menatap Justin dari atas ke bawah. "Apa kamu sudah dewasa?"Justin mengangkat dagunya dengan bangga. "Enam bulan lagi, aku sudah berusia 18 tahun."Pamela menguap dengan malas. "Tunggu kamu sudah dewasa, baru mencariku!"Selesai berbicara, Pamela hendak pergi, tampaknya dia tidak tertarik untuk membicarakan topik ini lagi ....Justin malah mengadangnya dengan tangan agar Pamela tidak bisa keluar!Justin berkata dengan ekspresi serius, "Pamela, kamu jangan suka pada Kak Agam, kembalikan dia pada kakakku! Kalau kamu suka pria kaya, kamu bisa bersamaku.
Namun, Paman sudah melihatnya, kalau dirinya tidak ke sana, juga susah menjelaskannya.Pamela menghela napas, lalu berjalan ke sana. "Paman, aku sudah kembali."Agam memegang secangkir kopi sambil menyesapnya, lalu menatapnya dengan tenang. "Em. Apa saja yang kalian katakan?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan bosan. "Nggak apa-apa, hanya kata-kata konyol seorang anak kecil, nggak layak diungkit."Agam mengerutkan alisnya, tadi Pamela bilang akan memberitahunya setelah kembali, ternyata hanya membujuknya.Derry menepuk bangku di sebelahnya sambil tersenyum. "Pamela, mari duduk sambil ngobrol bersama!"Pamela melirik Derry, dia benar-benar tidak ingin mengobrol dengan bocah tak serius dan menjadi sasaran ejekannya.Tepat pada saat ini, Adsila berlari kemari. "Bibi! Bibi! Ayo, aku bawa kamu memilih kuda. Ini masih pagi hari, jadi nggak panas, dengan begitu kita bisa lomba menunggang kuda. Nanti kalau sudah siang, pasti panas sekali!"Pamela melihat Adsila, lalu melihat ke arah Agam. P
Setelah mendengar suara itu, Pamela menoleh untuk melihat Stevi yang menarik seekor kuda cokelat merah dan berdiri tidak jauh dari dirinya.Pamela mengangkat alisnya. "Kok cepat sekali kaki Nona Stevi sembuh?"Adsila pergi ke arena kandang lain untuk membawa keluar kudanya. Saat ini, di sini tidak ada orang lain, jadi Stevi tidak berpura-pura baik hati, dia langsung menunjukkan sikap bencinya pada Pamela."Tentu saja belum sembuh, hanya saja luka kecil itu nggak bisa memengaruhiku menunggang kuda!"Saat itu, teriakan Stevi sangat keras. Yang tak tahu pasti mengira kakinya cedera parah karena anting kecil!Sekarang, Stevi bisa berjalan begitu lancar sambil menarik kuda, jadi wajar saja mengatakan dia berpura-pura sakit di saat itu.Pamela hanya tersenyum. "Baiklah."Pamela tidak ingin berbicara dengan Stevi, juga tidak lagi melihat Stevi, hanya terus berjalan ke arah kuda yang dia sukai ....Stevi berkata dengan dingin lagi, "Pamela, kamu sebaiknya jauh dari kuda itu. Meskipun kamu berh
Pamela hanya melihat ke bawah sambil menghela napas dengan kesal. "Mungkin kamu nggak akan percaya dengan perkataanku ini. Aku nggak tertarik pada Agam, juga nggak sudi dengan status istrinya Agam! Nona Stevi, nggak ada gunanya kamu mencari masalahku, karena sama saja membuang waktu dan tenaga!"Stevi menatapnya dengan tak percaya. "Apa? Kamu nggak sudi? Jadi, beranikah kamu bersumpah kalau kamu dan Agam nggak ada apa-apa, bahkan nggak suka pada Agam?"Pamela, "..."Pamela benar-benar tidak bisa melakukan sumpah seperti itu.Karena dia dan paman sudah melakukan hal yang tak bisa dideskripsikan ....Tentu saja, mereka melakukan hal itu karena terpaksa!Namun, orang lain tidak akan memahami ketidakberdayaannya. Meskipun dia mengatakannya, pasti tidak ada yang percaya kalau saat itu dia hanya berniat menolong paman ....Jadi, sebaiknya hal ini dijadikan rahasia saja.Ketika kerja sama tiga bulan berakhir, dia akan meninggalkan kediaman Keluarga Dirgantara, bahkan akan musnah dari sisi pam
Adsila mengerutkan alisnya. "Tapi ...."Pamela sudah membawa keluar kuda itu. "Ayo, aku akan coba menungganginya."Adsila masih sangat khawatir. "Bibi, apa kamu mau pertimbangkan dulu? Kuda ini sangat sulit dijinakkan!"Pamela tersenyum. "Nggak usah, aku merasa kuda ini ada jodoh denganku.""Baiklah, nanti saat kamu menungganginya, kamu harus hati-hati!""Baik, aku sudah tahu."Stevi menarik kudanya sambil mengikuti mereka dari belakang, lalu menatap Pamela dengan menghina ....Stevi merasa sebentar lagi dia akan melihat wanita kampung yang tak tahu diri akan jatuh dari kuda, saat itu dia mau lihat Pamela masih bisa bilang kuda ini ada jodoh dengannya atau tidak!Sebenarnya kaki Stevi tidak lagi sakit, tetapi demi menyatakan lukanya sangat parah, jadi dia harus pura-pura berjalan dengan pincang....Justin menunggang kuda merah marun untuk datang mencari mereka. Ketika dia melihat Pamela membawa kuda berwarna putih itu, dia kaget dulu, baru mengerutkan keningnya."Pamela, beraninya kam
Adegan itu sangat mendebarkan!Di kejauhan, Derry, Agam dan yang lainnya bersiap lomba menunggang kuda pun menoleh karena mendengar suara itu. Lalu, mereka langsung melihat adegan mendebarkan itu!Pupil mata Agam menyusut, dia langsung menunggang kuda hitamnya untuk pergi ke arah Pamela ....Di sini, setelah Jojo memekik senang, ia langsung berdiri dengan stabil, lalu membawa Pamela yang duduk di punggungnya berlari di padang rumput. Jojo tidak menolak orang yang menungganginya, juga tidak berencana melemparnya ....Justin yang bersiap mengulurkan tangan untuk menolong pun berhenti, bahkan sangat kaget. Dirinya tak salah lihat, 'kan? Bisa-bisanya Pamela menunggangi Jojo berlari di padang rumput dengan tenang?Ba ... bagaimana mungkin? Stevi tidak percaya, juga sangat marah dan kecewa karena tidak melihat Pamela jatuh dari kuda!Kenapa Pamela bisa mengendalikan kuda ganas itu?! Harus diketahui, kalau kuda itu tidak membiarkan Kalana menungganginya!Adsila masih terkejut, tetapi ekspresi
Justin sangat suka dengan lomba, jadi dia pun ingin ikut dengan antusias."Kalau begitu, ayo kita berempat lomba! Dari sini sampai ujung hutan, siapa yang duluan sampai, siapa yang menang! Bagaimana?"Adsila mengangkat tangannya. "Baik, aku mau ikut!"Semua orang sudah setuju, mereka berempat pun berjaga jarak, lalu memasuki trek masing-masing untuk berada di titik awal yang sama dan bersiap untuk mulai lomba ...."Pamela."Terdengar suara dingin seorang pria dari belakang mereka.Pamela dan Jojo sudah bersiap untuk lari, tetapi ada orang yang memanggilnya sehingga dia harus menolehkan kepala. Lalu, melihat Agam menunggang kuda hitam berhenti di kejauhan sambil menatapnya dengan serius.Agam mengenakan pakaian berkuda yang elegan dan profesional, bahkan terlihat sangat ganteng dan wibawa.Pria tampan yang menunggang kuda tidak seperti pangeran, melainkan seperti raja muda yang wibawa dan berkuasa.Pamela tercengang, baru bertanya, "Paman, apa ada masalah?""Kemari."Nada pria itu terde
"..." Eric ingin muntah.Agam melambaikan cambuk di tangannya dengan kuat dan tenang, juga tidak menunjukkan ekspresi apa pun.Cambuk itu mendarat ke pantat kuda Derry, seketika Derry dan kudanya langsung hilang ....Kuda Derry yang kaget pun berlari kencang, sedangkan Derry dari kejauhan berteriak, "Agam! Aku hanya bercanda saja, kamu sungguh keterlaluan! Berhenti ... berhenti ...."Agam menyimpan cambuknya, lalu menunjukkan ekspresi tidak terjadi apa-apa.Andra hanya tertawa. "Agam, Eric, ayo kita ke sana untuk lomba lagi."Eric menganggukkan kepalanya. "Ayo."Agam menjawab "ya", tetapi matanya melirik ke arah Pamela tanpa sadar. Lomba Pamela sudah dimulai.Kuda Pamela sudah berlari cepat di hutan sana, bahkan lebih cepat dari mereka bertiga .......Agam, Eric dan Andra pergi ke arena kuda untuk lomba, juga dengan cara ini menghabiskan waktu.Tak lama kemudian, Derry menunggang kudanya kembali sambil mengatai mereka bertiga, tetapi dia juga ikut bergabung dalam lomba.Dengan begitu,