Oleh karena itu, Stevi hanya bisa tersenyum dengan lembut dan berkata, "Pamela, maaf, ya. Ternyata aku salah paham! Kenapa kamu nggak bilang dari awal kalau kamu alergi? Kalau kamu dari tadi sudah bilang, aku juga nggak akan salah paham!"Dengan alis terangkat, Pamela berkata, "Kesalahpahaman yang Nona Stevi ucapkan dengan gampang hampir membuatku menjadi pelaku yang dikritik semua orang. Sekarang, kamu malah menyalahkanku karena aku nggak membuktikan kebenaranku sejak awal?"Senyuman Stevi menjadi kaku. "Emm ... Pamela, maksudku bukan begitu ...."Pamela tersenyum dan berkata, "Nona Stevi, aku nggak peduli apa maksudmu. Tapi, jangan lupa, kamu harus membayar semua tagihan hari ini!"Sekesal apa pun Stevi, dia juga hanya bisa menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya. Pamela, tenang saja, aku yang salah, aku akan menerima hukumanku. Hari ini, biar aku yang traktir, anggap saja sebagai permintaan maafku padamu."Pamela masih ingin mengucapkan sesuatu, tetapi tubuhnya tiba-tiba ditarik ol
Justin memberi tahu Stevi tentang waktu itu Pamela menolong dirinya di Manor Sinar Rembulan.Stevi masih tidak mengerti. "Jadi, hanya karena Pamela membantumu memenangkan game saja, kamu mau mengkhianati kakak kandungmu?"Justin menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu, aku nggak akan mengkhianatimu! Aku hanya merasa Pamela bukanlah orang jahat ....""Justin, kamu sungguh membuatku kecewa!" Stevi berdiri, lalu berjalan keluar dengan tertatih-tatih ....Justin berdiri di tempat untuk berpikir sangat lama sambil mengerutkan kening....Di bawah payung.Pamela duduk di pangkuan Agam, sedangkan Agam sedang mengoleskan obat pada Pamela secara paksa.Dokter di arena pacuan kuda berdiri di samping sambil memegang obat dan menunjukkan ekspresi takut.Tangan pria yang besar itu memegang cotton bud medis, lalu mencelupkan ke dalam obat, baru mengoleskannya ke belakang telinga Pamela yang sudah biruan. Kemudian, meraih tangannya untuk mengoles obat di telapak tangannya yang ada ruam.Pamela merasa
Adsila menganggukkan kepalanya dengan senyum. "Sudah, kok! Paman, kamu nggak usah urus aku, aku sudah makan, kok!"Agam menyipitkan matanya dengan tidak senang. "Jadi, ngapain kamu masih di sini?"Adsila terdiam sejenak, lalu tertawa. "Paman, aku sudah mengerti, aku nggak akan jadi nyamuk lagi! Aku pergi dulu, aku mau lihat kudaku sudah besar belum!"Pamela, "..."Setelah melihat Adsila pergi, Agam baru menyuapi Pamela lagi.Pamela menundukkan kepalanya untuk melihat bubur itu, lalu melihat Agam sambil mengerutkan alis. "Paman, apa kita perlu akting begitu mesra di depan Adsila?"Pamela mengira dirinya sedang akting?Tatapan Agam menjadi dingin, bahkan rasa lembut yang jarang ditunjukkan pun hilang. "Makan buburmu!"Pamela yang tiba-tiba dimarahi terpaksa memakan bubur, juga diam-diam memarahi Agam terlalu aneh, karena memiliki emosinya yang tak stabil!Ketika sedang memakan bubur, Pamela mendengar suara Agam memanggil namanya dengan serius."Pamela.""Ya?" Pamela melihatnya untuk menu
Pamela tercengang, lalu melipat tangannya dengan santai sambil menatap Justin dengan tatapan menghina. "Em? Tuan Muda Justin, apa yang mau kamu lakukan?"Wajah Justin menjadi merah, seperti sedang mengatakan sesuatu yang sulit dirinya katakan. Di antara alisnya menunjukkan impulsif seorang pemuda. Setelah diam setengah menit, dia baru berkata, "Pamela, aku mau mengejarmu!"Pamela terlihat sangat tenang, dia hanya mengangkat alisnya sambil menatap Justin dari atas ke bawah. "Apa kamu sudah dewasa?"Justin mengangkat dagunya dengan bangga. "Enam bulan lagi, aku sudah berusia 18 tahun."Pamela menguap dengan malas. "Tunggu kamu sudah dewasa, baru mencariku!"Selesai berbicara, Pamela hendak pergi, tampaknya dia tidak tertarik untuk membicarakan topik ini lagi ....Justin malah mengadangnya dengan tangan agar Pamela tidak bisa keluar!Justin berkata dengan ekspresi serius, "Pamela, kamu jangan suka pada Kak Agam, kembalikan dia pada kakakku! Kalau kamu suka pria kaya, kamu bisa bersamaku.
Namun, Paman sudah melihatnya, kalau dirinya tidak ke sana, juga susah menjelaskannya.Pamela menghela napas, lalu berjalan ke sana. "Paman, aku sudah kembali."Agam memegang secangkir kopi sambil menyesapnya, lalu menatapnya dengan tenang. "Em. Apa saja yang kalian katakan?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan bosan. "Nggak apa-apa, hanya kata-kata konyol seorang anak kecil, nggak layak diungkit."Agam mengerutkan alisnya, tadi Pamela bilang akan memberitahunya setelah kembali, ternyata hanya membujuknya.Derry menepuk bangku di sebelahnya sambil tersenyum. "Pamela, mari duduk sambil ngobrol bersama!"Pamela melirik Derry, dia benar-benar tidak ingin mengobrol dengan bocah tak serius dan menjadi sasaran ejekannya.Tepat pada saat ini, Adsila berlari kemari. "Bibi! Bibi! Ayo, aku bawa kamu memilih kuda. Ini masih pagi hari, jadi nggak panas, dengan begitu kita bisa lomba menunggang kuda. Nanti kalau sudah siang, pasti panas sekali!"Pamela melihat Adsila, lalu melihat ke arah Agam. P
Setelah mendengar suara itu, Pamela menoleh untuk melihat Stevi yang menarik seekor kuda cokelat merah dan berdiri tidak jauh dari dirinya.Pamela mengangkat alisnya. "Kok cepat sekali kaki Nona Stevi sembuh?"Adsila pergi ke arena kandang lain untuk membawa keluar kudanya. Saat ini, di sini tidak ada orang lain, jadi Stevi tidak berpura-pura baik hati, dia langsung menunjukkan sikap bencinya pada Pamela."Tentu saja belum sembuh, hanya saja luka kecil itu nggak bisa memengaruhiku menunggang kuda!"Saat itu, teriakan Stevi sangat keras. Yang tak tahu pasti mengira kakinya cedera parah karena anting kecil!Sekarang, Stevi bisa berjalan begitu lancar sambil menarik kuda, jadi wajar saja mengatakan dia berpura-pura sakit di saat itu.Pamela hanya tersenyum. "Baiklah."Pamela tidak ingin berbicara dengan Stevi, juga tidak lagi melihat Stevi, hanya terus berjalan ke arah kuda yang dia sukai ....Stevi berkata dengan dingin lagi, "Pamela, kamu sebaiknya jauh dari kuda itu. Meskipun kamu berh
Pamela hanya melihat ke bawah sambil menghela napas dengan kesal. "Mungkin kamu nggak akan percaya dengan perkataanku ini. Aku nggak tertarik pada Agam, juga nggak sudi dengan status istrinya Agam! Nona Stevi, nggak ada gunanya kamu mencari masalahku, karena sama saja membuang waktu dan tenaga!"Stevi menatapnya dengan tak percaya. "Apa? Kamu nggak sudi? Jadi, beranikah kamu bersumpah kalau kamu dan Agam nggak ada apa-apa, bahkan nggak suka pada Agam?"Pamela, "..."Pamela benar-benar tidak bisa melakukan sumpah seperti itu.Karena dia dan paman sudah melakukan hal yang tak bisa dideskripsikan ....Tentu saja, mereka melakukan hal itu karena terpaksa!Namun, orang lain tidak akan memahami ketidakberdayaannya. Meskipun dia mengatakannya, pasti tidak ada yang percaya kalau saat itu dia hanya berniat menolong paman ....Jadi, sebaiknya hal ini dijadikan rahasia saja.Ketika kerja sama tiga bulan berakhir, dia akan meninggalkan kediaman Keluarga Dirgantara, bahkan akan musnah dari sisi pam
Adsila mengerutkan alisnya. "Tapi ...."Pamela sudah membawa keluar kuda itu. "Ayo, aku akan coba menungganginya."Adsila masih sangat khawatir. "Bibi, apa kamu mau pertimbangkan dulu? Kuda ini sangat sulit dijinakkan!"Pamela tersenyum. "Nggak usah, aku merasa kuda ini ada jodoh denganku.""Baiklah, nanti saat kamu menungganginya, kamu harus hati-hati!""Baik, aku sudah tahu."Stevi menarik kudanya sambil mengikuti mereka dari belakang, lalu menatap Pamela dengan menghina ....Stevi merasa sebentar lagi dia akan melihat wanita kampung yang tak tahu diri akan jatuh dari kuda, saat itu dia mau lihat Pamela masih bisa bilang kuda ini ada jodoh dengannya atau tidak!Sebenarnya kaki Stevi tidak lagi sakit, tetapi demi menyatakan lukanya sangat parah, jadi dia harus pura-pura berjalan dengan pincang....Justin menunggang kuda merah marun untuk datang mencari mereka. Ketika dia melihat Pamela membawa kuda berwarna putih itu, dia kaget dulu, baru mengerutkan keningnya."Pamela, beraninya kam